Burung pemangsa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seekor elang Brontok, yang merupakan spesies burung pemangsa

Burung pemangsa adalah burung yang mencari makan dengan cara berburu, yakni dengan terbang, menggunakan indra tajam mereka, terutama penglihatan. Mereka terdefinisikan sebagai burung yang utamanya berburu hewan bertulang belakang, termasuk juga burung lain. Cakar dan paruh mereka cenderung relatif besar, kuat dan beradaptasi untuk merobek daging. Dalam kebanyakan kasus, betina lebih besar daripada jantan. Istilah raptor berasal dari kata rapere (artinya merebut atau merebut paksa) dan mungkin merujuk secara informal kepada kepada semua burung pemangsa, atau khusus untuk kelompok diurnal.[1] Karena gaya hidup predator mereka, sering kali mereka berada di bagian atas rantai makanan masalah konservasi yang berbeda.

Banyak spesies burung dapat dianggap sebagian atau eksklusif dianggap predator, namun dalam ilmu burung, istilah "burung pemangsa" hanya berlaku pada untuk burung dari familia di bawah ini.

Definisi[sunting | sunting sumber]

Secara harfiah, istilah "burung pemangsa" mempunyai arti yang luas yang mencakup banyak burung yang berburu, memakan hewan, dan juga burung memakan serangga.[2] Dalam ilmu burung, dan definisi yang digunakan di sini, istilah tersebut memiliki arti sempit untuk burung yang mempunyai penglihatan cemerlang untuk mencari makan, kaki yang kuat untuk mencengkeram mangsanya,[3] dan paruh melengkung yang kuat untuk merobek daging.[4] Kebanyakan burung pemangsa juga mempunyai cakar melengkung yang kuat untuk membunuh atau menangkap mangsa.[3][4] Berbeda dengan kakatua misalnya, burung pemangsa memiliki paruh yang digunakan untuk merobek daging, namun paruh dari paruh bengkok bersifat masif (padat dan kompak). Bagian atas dan bawah paruh dari burung paruh bengkok terlihat menyerupai alat catut.[5] Selain itu pula, burung pemangsa nokturnal seperti burung hantu juga dilengkapi dengan pendengaran yang baik.[3] Burung pemangsa umumnya memakan hewan bertulang belakang, yang biasanya relatif besar untuk ukuran seekor burung.[2] Kebanyakan juga memakan bangkai setidaknya kadang-kadang dan nazar dan kondor makan bangkai sebagai sumber makanan utama mereka.[4] Sebagai contoh, definisi sempit tidak termasuk bangau dan camar, yang bisa makan ikan cukup besar, sebagian karena burung-burung ini menangkap dan membunuh mangsanya sepenuhnya dengan paruh mereka,[2] dan juga skua pemakan burung, penguin pemakan ikan, dan kukabura pemakan vertebrata juga termasuk burung pemangsa.

Dengan menggunakan ciri-ciri dan perilaku mereka, spesies yang tercantum di bawah ini biasanya dikenal sebagai burung pemangsa dalam ilmu burung. Mereka dapat dibagi menjadi spesies yang berburu pada siang hari, pemangsa, dan menjadi spesies yang berburu sepanjang malam, seumpama burung hantu. Pemangsa lain dalam jenis burung lainnya dan burung hantu terkait jauh dan diklasifikasikan dalam perbedaan ordo ordo; bagaimanapun, evolusi konvergen mereka, keduanya merupakan kelompok burung yang beradaptasi dengan gaya hidup predator.[2]

Perilaku[sunting | sunting sumber]

Beberapa jenis burung pemangsa diurnal dapat melakukan migrasi. Bahkan seperti Elang-alap dapat melakukan migrasi dari bumi bagian utara sampai bumi bagian selatan yang jaraknya dapat mencapai ribuan kilometer.[6] Burung pemangsa migrasi biasanya juga melakukan terbang berputar (soaring) selama beberapa menit.[6] Untuk melakukan soaring, burung pemangsa ini melakukannya mengikuti aliran udara panas (thermal) yang arah alirannya dari bawah ke atas, sehingga mendorong burung pemangsa makin terbang tinggi dan kemudian meluncur ke arah yang mereka inginkan. Soaring ini menghemat energi burung pemangsa dalam melakukan terbang. Untuk berbagai jenis burung hantu tidak melakukan migrasi.[6]

Klasifikasi berdasarkan keturunan[sunting | sunting sumber]

Elang botak

Burung pemangsa yang bersifat diurnal biasanya diklasifikasikan menjadi lima familia (secara tradisional, dari urutan Falconiformes, klasifikasi pada saat ini[meragukan] berurutan dari):

Burung pemangsa yang bersifat nokturnal – burung hantu – yang diklasifikasikan secara terpisah sebagai anggota dua familia yang masih ada dari ordo Strigiformes:

Pengamatan bahwa burung lain yang tidak terkait dengan kelompok burung pemangsa dapat melakukan peran ekologi serupa dan melahirkan kesamaan morfologi satu sama lain dijelaskan oleh konsep evolusi konvergen.

Nama umum[sunting | sunting sumber]

Nama-nama umum untuk aneka burung pemangsa berdasarkan struktur tetapi banyak nama-nama tradisional tidak mencerminkan hubungan evolusi di antara kelompok.

Variasi bentuk dan ukuran
  • Elang cenderung termasuk burung yang besar dengan sayap yang panjang, lebar, dan kaki yang besar. Elang sepatu punya kaki dan telapaknya, hingga jari kakinya berbulu dan membangun sarang di batang pohon yang besar.
  • Elang Tiram, satu spesies tunggal yang ditemukan di seluruh dunia dan mengkhususkan diri dalam hal menangkap ikan, dan membangun sarang besar di atas pohon.
  • Elang sejati adalah burung pemangsa berukuran sedang yang biasanya termasuk dalam genus Accipiter (lihat di bawah).

Konservasi[sunting | sunting sumber]

Burung hantu dapat dijadikan pembasmi hama tikus alami

Keberadaan burung pemangsa seperti burung hantu penting bagi petani untuk memberantas hama, seperti tikus. Selain itu, keberadaannya dapat juga sebagai indikator kondisi sebuah ekosistem karena jenis ini peka terhadap perubahan lingkungan. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia memasukkannya ke dalam daftar satwa dilindungi dalam PP 7 dan 8 tahun 1999 serta UU No.5 Tahun 1990.[7]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Brown, Leslie (1997). Birds of Prey. Chancellor Press. ISBN 1-85152-732-X. 
  2. ^ a b c d Burton, Philip (1989). Birds of Prey. illustrated by Boyer, Trevor; Ellis, Malcolm; Thelwell, David. Gallery Books. hlm. 8. ISBN 0-8317-6381-7. 
  3. ^ a b c Informasi dari Taman Nasional Lore Lindu (TNLL):Perjumpaan Raptor di Taman Nasional Lore Lindu[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b c Perrins, Christopher, M; Middleton, Alex, L. A., ed. (1984). The Encyclopaedia of Birds. Guild Publishing. hlm. 102. 
  5. ^ Hermawan, Rudi. Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. hlm. 143–144. ISBN 602-99884-8-4. 
  6. ^ a b c Penjelasan burung pemangsa menurut organisasi RAIN (Raptor Indonesia)[pranala nonaktif permanen] RaptorIndonesia. Diakses pada 8 November 2012.
  7. ^ "Survey Raptor (Burung Pemangsa) Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta". Kanopi Indonesia. Diakses tanggal 1 June 2012. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]