Biaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Biaya adalah pengeluaran modal yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk berupa barang atau jasa. Sifat dari biaya adalah pengorbanan ekonomi. Biaya dapat dibedakan menjadi bermacam-macam sesuai dengan tujuan pengelompokannya. Keberagaman jenis biaya diakibatkan oleh beragamnya tujuan penentuan biaya.[1]

Pemikir[sunting | sunting sumber]

Charles Babbage[sunting | sunting sumber]

Yang Yang dan

Charles Babbage merupakan matematikawan yang memusatkan pemikirannya pada pengelolaan pabrik secara efisien. Ia mengemukakan bahwa produktivitas kerja dan pengurangan jumlah biaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam proses kerja. Metode yang diterapkan oleh Babbage adalah pembagian pekerjaan yang disertai dengan pembagian tenaga kerja. Setiap pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja yang mempunyai kemampuan untuk mengerjakannya. Kondisi demikian membuat keterampilan khusus bagi pekerja dapat dibina. Adanya kekhususan dalam pekerjaan membuat waktu dan biaya untuk pelatihan dapat dikurangi. Selain itu, pekerjaan yang sama dan berluang-ulang dikerjakan akan menghasilkan tenaga kerja ahli yang bekerja secara efisien.[2]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Biaya akuntansi dan biaya kesempatan[sunting | sunting sumber]

Dalam akuntansi, yang dimaksud dengan biaya adalah aliran sumber daya keuangan atau lainnya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaan, jasa, tenaga kerja, produk, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau memproduksi barang atau jasa.[3] Sementara biaya kesempatan merujuk pada setiap alternatif yang dikorbankan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih bernilai. Misalnya, seorang guru dibayar sebesar Rp 500.000,00 per bulan. Jika kemudian ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencoba berwirausaha, maka ia akan kehilangan pekerjaannya sebagai guru dan mengorbankan kesempatan mendapatkan gaji Rp 500.000,00. Dapat disimpulkan bahwa—bagi guru itu—biaya kesempatan untuk menjadi wirausahawan adalah Rp 500.000,00 per bulan.

Tugas akuntan adalah mencatat aliran uang yang keluar masuk dan keluar dari organisasi. karenanya, seorang akuntan—berbeda dengan ekonom—tidak menghitung biaya kesempatan karena pada kenyataannya tidak ada sepersenpun uang yang keluar dari pengorbanan itu, yang hilang hanya kesempatan.

Berdasarkan persediaan[sunting | sunting sumber]

Biaya pemesanan[sunting | sunting sumber]

Biaya pemesanan merupakan biaya yang digunakan untuk memperoleh produk dari luar perusahaan. Pengeluaran terjadi selama proses pencatatan pesanan, proses pemesanan, administrasi dan perpajakan, pengujian produk, pembayaran tagihan, pengawasan produk dan transportasi produk. Jumlah biaya pemesanan berbanding lurus dengan jumlah pembelian produk.[4]

Biaya penyimpanan[sunting | sunting sumber]

Biaya penyimpanan terbagi menjadi tiga yaitu biaya modal, biaya simpan dan biaya risiko. Biaya modal merupakan biaya yang digunakan untuk menyiapkan bangunan dan peralatan yang diperlukan untuk pengadaan dan pemeliharaan persediaan. Biaya simpan berupa biaya sewa bangunan beserta dengan biaya perawatan dan perbaikan, konsumsi energi listrik, gaji petugas keamanan, pajak atas persediaan, pajak dan asuransi peralatan, serta penyusutan dan perbaikan peralatan. Biaya simpan dapat berbentuk biaya tetap, biaya variabel, maupun biaya semi variabel. Sedangkan biaya risiko merupakan pengeluaran bila terjadi keusangan produk, asuransi untuk persediaan, penyusutan fisik, dan risiko kehilangan produk. Biaya penyimpanan semakin kecil ketika jumlah pembelian produk oleh suatu perusahaan meningkat.[4]

Penerapan[sunting | sunting sumber]

Akuntansi biaya[sunting | sunting sumber]

Analisis terhadap biaya telah digunakan dalam akuntansi biaya dengan periode pertama dimulai tahun 1880-1925. Pada periode ini, akuntansi masih bersifat tertutup dan informasi mengenai biaya masih menjadi rahasia perusahaan. Perhatian mengenai biaya masih tertuju pada prosedur penentuan harga produk. Setelah tahun 1925, analisis biaya digunakan untuk menentukan biaya ketersediaan barang untuk keperluan pelaporan ke pihak luar perusahaan. Periode tahun 1950an hingga 1960an, sistem biaya tradisional mulai digunakan kembali untuk meningkatkan pemanfaatan biaya secara manajerial. Pada periode tahun 1980an hingga 1990an, persaingan ekonomi meningkat sehingga konsep akuntansi dan manajemen diubah karena gagal memenuhi kebutuhan manajerial. Pemusatan perubahan ialah usaha untuk mengurangi biaya dalam persaingan dan bisnis. Pengurangan biaya dilakukan dengan peningkatan manajemen mutu dan produktivitas perusahaan.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hariyani, Diyah S. (2018). Akuntansi Manajemen: Teori dan Aplikasi. Malang: Aditya Media Publishing. hlm. 9–10. ISBN 978-602-52843-1-1. 
  2. ^ Priyono (2007). Pengantar Manajemen (PDF). Sidoarjo: Zifatama Publishing. hlm. 5. 
  3. ^ "Biaya". Cerdasco. (dalam bahasa Inggris). 2019-09-20. Diakses tanggal 2020-10-29. 
  4. ^ a b Efendi, S., dkk. (2019). Melati, ed. Manajemen Operasional (PDF). Jakarta Selatan: LPU-UNAS. hlm. 92. ISBN 978-623-7273-00-4. 
  5. ^ Mukhzarudfa dan Wirmie Eka Putra (2019). Akuntansi Manajemen: Suatu Pengantar (PDF). Jambi: Salim Media Indonesia. hlm. 9–10. ISBN 978-602-5724-80-0. 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • William Baumol (1968), Entrepreneurship in Economic Theory. American Economic Review, Papers and Proceedings.
  • Bent Flyvbjerg, Mette K. Skamris Holm, and Søren L. Buhl (2002), "Underestimating Costs in Public Works Projects: Error or Lie?" Diarsipkan 2012-05-25 di Wayback Machine. Journal of the American Planning Association, vol. 68, no. 3, 279-295.
  • Stephen Ison and Stuart Wall (2007), Economics, 4th Edition, Harlow, England; New York: FT Prentice Hall.
  • Israel Kirzner (1979), Perception, Opportunity and Profit, Chicago: University of Chicago Press.

Referensi[sunting | sunting sumber]