Bagindo Aziz Chan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagindo Aziz Chan
Wali Kota Padang ke-2
Masa jabatan
15 Agustus 1946 – 19 Juli 1947
Sebelum
Pengganti
Said Rasad
Sebelum
Wakil Wali Kota Padang ke-1
Masa jabatan
24 Januari 1946 – 15 Agustus 1946
Informasi pribadi
Lahir(1910-09-30)30 September 1910
Padang, Pantai Barat Sumatra, Hindia Belanda
Meninggal19 Juli 1947(1947-07-19) (umur 36)
Padang, Sumatera Barat
Partai politikPersatuan Muslimin Indonesia (sampai 1937)
Partai Syarikat Islam Indonesia (1945-1947)[1]
Suami/istriRaden Entis Atisah[2]
Hj. Siti Zaura Oesman
Anak1
Alma materRechtshoogeschool te Batavia
Profesi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Bagindo Aziz Chan atau juga ditulis dengan ejaan Bagindo Azizchan (30 September 1910 – 19 Juli 1947) adalah seorang guru dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan, yang dilantik pada tanggal 15 Agustus 1946 menggantikan Mr. Abubakar Jaar.[3]

Ia meninggal dalam usia 36 tahun setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan Belanda. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 082/TK/2005, tanggal 7 November 2005, Bagindo Aziz Chan menerima Bintang Mahaputera Adipradana dan Gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 November 2005.[4]


Riwayat hidup[sunting | sunting sumber]

Museum Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan

Kehidupan awal dan pendidikan[sunting | sunting sumber]

Bagindo Aziz Chan lahir di Kampung Alang Laweh, Kota Padang pada 30 September 1910. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara, buah pernikahan Bagindo Montok dan Djamilah.[5]

Lahir pada 30 September 1910, Bagindo Aziz Chan mengenyam pendidikan HIS di Padang, MULO di Surabaya, dan AMS di Batavia. Ia sempat dua tahun duduk di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) danmembuka praktik pengacara. Ia juga aktif di beberapa organisasi, di antaranya sebagai anggota pengurus Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan Agus Salim.

Kembali ke kampung halamannya pada tahun 1935, ia mengabdi sebagai guru di beberapa sekolah di Padang dan berkali-kali pindah mengajar ke luar kota.[6] Ia sempat aktif di Persatuan Muslim Indonesia (Permi) sampai organisasi itu dibubarkan pada tahun 1937.

Dari pernikahannya dengan Siti Zaura Oesman, Bagindo Aziz dikaruniai anak Ineke Azizchan Nafis.[7][8]

Perjuangan[sunting | sunting sumber]

Setelah proklamasi kemerdekaan, ia ditunjuk sebagai Wakil Wali Kota Padang pada 24 Januari 1946 dan pada 15 Agustus 1946 dilantik sebagai wali kota menggantikan Mr. Abubakar Jaar, yang pindah tugas menjadi residen di Sumatera Utara.

Di tengah situasi pasca-kedatangan Sekutu di Padang pada 10 Oktober 1945, ia menolak tunduk terhadap kekuatan militer Belanda yang berada di belakang tentara Sekutu.[9] Ia terus melakukan perlawanan dengan menulis di surat kabar perjuangan Tjahaja Padang, bahkan turun langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda sampai akhirnya meninggal pada tanggal 19 Juli 1947.[10] Ia juga berpidato di depan umum, "Langkahilah dulu mayatku, baru Kota Padang saya serahkan".[11]

Meninggal dunia[sunting | sunting sumber]

Pada 19 Juli 1947 sore hari, Bagindo dan keluarga bertolak dari Padang menuju Padang Panjang. Di daerah Purus, rombongannya dicegat oleh Letnan Kolonel Van Erps yang memberitahukan telah terjadi insiden di Nanggalo yang merupakan daerah garis demarkasi Belanda.[12]

Menurut versi Belanda, ketika Bagindo turun itu dari mobil Jeep yang mengantarkannya di daerah Nanggalo itu, ia tertembak di lehernya dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Padang.[12]

Namun, menurut hasil visum yang dilakukan oleh 4 dokter Indonesia di Bukittinggi, Bagindo meninggal karena kepala belakangnya dipukul dengan barang berat sehingga tulang kepalanya hancur. Selain itu, terdapat tiga bekas tembakan di wajahnya yang dilakukan tentara Belanda setelah ia menjadi mayat.[1][12]

Jenazah Bagindo Aziz Chan dimakamkan pada 20 Juli 1947 pukul 02.00 dalam sebuah upacara besar yang dihadiri pejabat sipil dan militer di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi.[12] Keesokan harinya Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda.[1]

Penghormatan[sunting | sunting sumber]

Monumen Bagindo Azizchan dengan latar belakang Museum Adityawarman

Untuk menghormati jasa-jasa dan pengorbanannya, nama Bagindo Aziz Chan diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota, seperti Padang dan Bukittinggi. Di Padang, sebuah monumen berbentuk kepalan tinju didirikan di persimpangan Jalan Gajah Mada dan Jalan Jhoni Anwar, Kampung Olo, Nanggalo. Meskipun diresmikan sebagai Monumen Bagindo Aziz Chan oleh Wali Kota Padang Syahrul Ujud pada 19 Juli 1983, monumen ini berikut persimpangan lebih dikenal sebagai tugu Simpang Tinju. Monumen lainnya, terletak di Taman Melati dalam kompleks Museum Adityawarman, hasil karya pelukis Wisran Hadi dan pemahat Arby Samah.

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Bagindo Azizchan memiliki dua orang istri, yakni R. Atisah Adiwirya dan Siti Zaura Oesman. Dari istri pertama, ia dikaruniai tujuh orang anak, yakni Roswita Azizchan, Bagindo Radhi Azizchan, Upy Azumar Azizchan, Bagindo Azir Azizchan, Andoda Nushati Azizchan, Huriah Pratiwi Azizchan, dan Bagindo Rendra Azizchan.[13] Adapun dari istri kedua ia memiliki anak bernama Ineke Azizchan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c https://historia.id/militer/articles/wali-kota-padang-berpulang-di-bulan-ramadan-Pyj4r
  2. ^ https://books.google.co.id/books?id=pVBxAAAAMAAJ&q=Entis+Atisah&dq=Entis+Atisah&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjpmuii0oT5AhWmR2wGHZArCkoQ6AF6BAgKEAM
  3. ^ Husein, Ahmad (1992). Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950. Volume 1. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau. ISBN 978-979-405-126-9.
  4. ^ "Gelar Pahlawan Nasional buat Bagindo Aziz Chan" Diarsipkan 2015-01-08 di Wayback Machine. Suara Merdeka, 09-11-2005. Diakses 08-01-2015.
  5. ^ https://daerah.sindonews.com/read/1151091/29/bagindo-aziz-chan-wali-kota-padang-yang-jadi-korban-kelicikan-belanda-1477702760
  6. ^ Fatimah, Siti (2007). Bgd. Azizchan, 1910-1947: pahlawan nasional dari Kota Padang. Universitas Negeri Padang, PKSBE. ISBN 978-979-3458-14-4. 
  7. ^ Tabloid Minang News. Edisi 09 - November 2010, hal 10 - 11 (Tokoh).
  8. ^ Satu Abad (30 SEPT 1910 - 30 SEPT 2010) Bagindo Azizchan, Pahlawan Nasional dari Kota Padang, Siti Fatimah, Emizal Amri, Yasrina Ayu, ISBN 978-979-3458-14-4, Editor Ahli : Mestika Zed, hal 111 - 114.
  9. ^ Kahin, A. (1999). Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity. 1926-1998. Amsterdam University Press. ISBN 90-5356-395-4.
  10. ^ Sudarmanto, J. B. (2007). Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.
  11. ^ Anwar, Rosihan (2004). Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia. Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-532-1. 
  12. ^ a b c d https://books.google.co.id/books?id=bnkSAAAAMAAJ&pg=PA155
  13. ^ Donny Syofyan (2023-01-14). "Apa Kabar Sekolah Internasional Bagindo Azizchan?". Langgam.id. Diakses tanggal 2023-01-14. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Jabatan politik
Didahului oleh:
Mr. Abubakar Jaar
Wali kota Padang
19461947
Diteruskan oleh:
Said Rasad