Muara Teweh: Perbedaan antara revisi
Baris 22: | Baris 22: | ||
| situs = |
| situs = |
||
}} |
}} |
||
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah sebuah [[Kota]] yang terletak di provinsi [[Kalimantan Tengah]], Indonesia. Kota ini merupakan ibukota dari [[Kabupaten Barito Utara]]. |
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah sebuah [[Kota]] yang terletak di provinsi [[Kalimantan Tengah]], Indonesia. Kota ini merupakan ibukota dari [[Kabupaten Barito Utara]]. |
||
Suku asli di Muara teweh yakni :<br> |
|||
* [[Suku Dayak Taboyan]] atau disebut juga ''Dayak Tawoyan'',dan |
|||
Suku asli di Muara teweh yakni<br> |
|||
* [[Suku Dayak Bakumpai|Dayak Bakumpai]],<br> |
|||
* [[Suku Dayak Taboyan]] atau disebut juga ''Dayak Tawoyan'',dan <br> |
|||
* [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]].<Br> |
* [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]].<Br> |
||
Kehutanan, pertambangan [[batu bara]] dan [[emas]] serta perkebunan [[kelapa sawit]], rotan dan [[karet]] merupakan produk andalan dari Kabupaten Barito Utara dengan ibukotanya Muara Teweh. |
Kehutanan, pertambangan [[batu bara]] dan [[emas]] serta perkebunan [[kelapa sawit]], rotan dan [[karet]] merupakan produk andalan dari Kabupaten Barito Utara dengan ibukotanya Muara Teweh. |
||
Baris 32: | Baris 31: | ||
* Dalam komunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei = Tumbang, Muara; Tiwei = Ikan Seluang Tiwei). |
* Dalam komunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei = Tumbang, Muara; Tiwei = Ikan Seluang Tiwei). |
||
* Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini = Muara Musini). |
* Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini = Muara Musini). |
||
* Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei = Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei). |
* Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei = Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh. |
||
* Pada komunitas Dayak Ngaju Bakumpai/Kapuas, disebutkan Tumbang Tiwei (Tumbang Tiwei = Muara Tiwei, yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh). |
|||
* pada komunitas dayak Tewoyan di kec.Teweh Timur ,kec.Gunung Purei,Oleng Tiwei(Muara Teweh) |
* pada komunitas dayak Tewoyan di kec.Teweh Timur ,kec.Gunung Purei,Oleng Tiwei(Muara Teweh) |
||
==Sejarah== |
==Sejarah== |
||
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat ''rumah-rumah apung'' yang dalam bahasa setempat disebut ''[[rumah lanting]]''. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (''Gaz'') dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.Dan di dekat teluk mati ada kapal |
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat ''rumah-rumah apung'' yang dalam bahasa setempat disebut ''[[rumah lanting]]''. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (''Gaz'') dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.Dan di dekat teluk mati ada kapal onrush millik belanda pernah tenggelam di teluk itu |
||
==Rujukan== |
==Rujukan== |
Revisi per 13 Agustus 2015 17.16
Kota Muara Teweh | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Berkas:Muara teweh.jpg | |
Motto: Rakyat Muara | |
Koordinat: 0°54′S 115°00′E / 0.9°S 115°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Tengah |
Tanggal berdiri | 20 Maret 2015 |
Dasar hukum | UU DOB Tahun 2015 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Luas | |
• Total | 1.277,81 km2 (493,37 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 429 |
• Kepadatan | 201/km2 (520/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Muara Teweh (disingkat: MTW[1]) adalah sebuah Kota yang terletak di provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Kota ini merupakan ibukota dari Kabupaten Barito Utara.
Suku asli di Muara teweh yakni :
- Suku Dayak Taboyan atau disebut juga Dayak Tawoyan,dan
- Dayak Maanyan.
Kehutanan, pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit, rotan dan karet merupakan produk andalan dari Kabupaten Barito Utara dengan ibukotanya Muara Teweh.
Asal usul nama Muara Teweh
- Dalam komunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei = Tumbang, Muara; Tiwei = Ikan Seluang Tiwei).
- Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini = Muara Musini).
- Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei = Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh.
- pada komunitas dayak Tewoyan di kec.Teweh Timur ,kec.Gunung Purei,Oleng Tiwei(Muara Teweh)
Sejarah
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.Dan di dekat teluk mati ada kapal onrush millik belanda pernah tenggelam di teluk itu