Pakubuwana IX: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Baris 34: Baris 34:
[[Ranggawarsita]] sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah ''Serat Cemporet''. Saat itu karier [[Ranggawarsita]] sendiri sudah memasuki senja. Ia mengungkapkan kegelisahan hatinya melalui [[Serat Kalatida]], karyanya yang sangat populer.
[[Ranggawarsita]] sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah ''Serat Cemporet''. Saat itu karier [[Ranggawarsita]] sendiri sudah memasuki senja. Ia mengungkapkan kegelisahan hatinya melalui [[Serat Kalatida]], karyanya yang sangat populer.


Dalam ''[[Serat Kalatida]]'', [[Ranggawarsita]] memuji Pakubuwana IX sebagai raja bijaksana, namun dikelilingi para pejabat yang suka menjilat mencari keuntungan pribadi. Zaman itu disebutnya sebagai ''Zaman Edan''.
Dalam [[Serat Kalatida]], [[Ranggawarsita]] memuji Pakubuwana IX sebagai raja bijaksana, namun dikelilingi para pejabat yang suka menjilat mencari keuntungan pribadi. Zaman itu disebutnya sebagai ''Zaman Edan''.


Pakubuwana IX memiliki dua permaisuri yakni GKR. Pakubuwana serta GKR. Maduretna, serta dikaruniai 57 putra-putri. Semasa kepemimpinan Pakubuwana IX, keadaan [[Kasunanan Surakarta]] mengalami kemajuan yang pesat. Bangunan fisik [[Keraton Surakarta]] banyak yang direnovasi, seperti Siti Hinggil, Panggung Sangga Buwana, dan lain-lain, sehingga ia juga terkenal dengan sebutan '''Sinuhun Bangun Kadhaton'''. Sebagai seorang raja, Pakubuwana IX juga aktif menulis karya sastra, di antaranya Serat Wulang Putri, Serat Jayeng Sastra, Serat Menak Cina, Serat Wirayatna, dan beberapa karya sastra lainnya.
Pakubuwana IX memiliki dua permaisuri yakni GKR. Pakubuwana serta GKR. Maduretna, serta dikaruniai 57 putra-putri. Semasa kepemimpinan Pakubuwana IX, keadaan [[Kasunanan Surakarta]] mengalami kemajuan yang pesat. Bangunan fisik [[Keraton Surakarta]] banyak yang direnovasi, seperti Siti Hinggil, Panggung Sangga Buwana, dan lain-lain, sehingga ia juga terkenal dengan sebutan '''Sinuhun Bangun Kedhaton'''. Sebagai seorang raja, Pakubuwana IX juga aktif menulis karya sastra, di antaranya Serat Wulang Putri, Serat Jayeng Sastra, Serat Menak Cina, Serat Wirayatna, dan beberapa karya sastra lainnya.


Pemerintahan Pakubuwana IX berlangsung selama 32 tahun dan berakhir saat kematiannya pada tanggal [[16]] [[Maret]] [[1893]]. Ia digantikan putranya sebagai raja [[Kasunanan Surakarta]] selanjutnya, bergelar [[Pakubuwana X]].
Pemerintahan Pakubuwana IX berlangsung selama 32 tahun dan berakhir saat kematiannya pada tanggal [[16]] [[Maret]] [[1893]]. Ia digantikan putranya sebagai raja [[Kasunanan Surakarta]] selanjutnya, bergelar [[Pakubuwana X]].

Revisi per 23 Juli 2015 14.02

Sri Susuhunan Pakubuwana IX
Pakubuwana IX
Susuhunan Surakarta
Berkuasa18611893
PendahuluSusuhunan Pakubuwana VIII
PenerusSusuhunan Pakubuwana X
Gubernur JenderalLudolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele
Ary Prins
Pieter Mijer
James Loudon
J.W. van Lansberge
Frederik s'Jacob
Otto van Rees
Cornelis Pijnacker Hordijk
Informasi pribadi
Kelahiran(1830-12-22)22 Desember 1830
Hindia Belanda Surakarta, Hindia Belanda
Kematian16 Maret 1893(1893-03-16) (umur 62)
Hindia Belanda Surakarta, Hindia Belanda
WangsaWangsa Mataram
Nama lengkap
Raden Mas Duksino
AyahSusuhunan Pakubuwana VI
IbuGKR. Ageng
PasanganGKR. Pakubuwana
GKR. Maduretna
Dan 53 Istri Selir[1]
AgamaIslam

Sri Susuhunan Pakubuwana IX (Bahasa Jawa: Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono IX) 22 Desember 1830 – 16 Maret 1893, adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 18611893.

Kisah Pemerintahan

Nama aslinya adalah Raden Mas Duksina (Bahasa Jawa: Raden Mas Suryo Duksino), putra Pakubuwana VI. Ia masih berada di dalam kandungan ketika ayahnya dibuang ke Ambon oleh Belanda karena mendukung pemberontakan Pangeran Diponegoro. Ia sendiri kemudian lahir pada tanggal 22 Desember 1830. Setelah dewasa, Raden Mas Duksina bergelar KGPH. Prabuwijaya.

Pakubuwana IX naik takhta menggantikan Pakubuwana VIII (paman ayahnya) pada tanggal 30 Desember 1861. Pemerintahannya ini banyak dilukiskan oleh Ranggawarsita dalam karya-karya sastranya, misalnya dalam Serat Kalatida.

Hubungan antara Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sendiri kurang harmonis karena fitnah pihak Belanda bahwa Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita yang menjabat sebagai juru tulis keraton) telah membocorkan rahasia persekutuan antara Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Akibatnya, Pakubuwana VI pun dibuang ke Ambon. Hal ini membuat Pakubuwana IX membenci keluarga Mas Pajangswara, padahal juru tulis tersebut ditemukan tewas mengenaskan karena disiksa dalam penjara oleh Belanda.

Ranggawarsita sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah Serat Cemporet. Saat itu karier Ranggawarsita sendiri sudah memasuki senja. Ia mengungkapkan kegelisahan hatinya melalui Serat Kalatida, karyanya yang sangat populer.

Dalam Serat Kalatida, Ranggawarsita memuji Pakubuwana IX sebagai raja bijaksana, namun dikelilingi para pejabat yang suka menjilat mencari keuntungan pribadi. Zaman itu disebutnya sebagai Zaman Edan.

Pakubuwana IX memiliki dua permaisuri yakni GKR. Pakubuwana serta GKR. Maduretna, serta dikaruniai 57 putra-putri. Semasa kepemimpinan Pakubuwana IX, keadaan Kasunanan Surakarta mengalami kemajuan yang pesat. Bangunan fisik Keraton Surakarta banyak yang direnovasi, seperti Siti Hinggil, Panggung Sangga Buwana, dan lain-lain, sehingga ia juga terkenal dengan sebutan Sinuhun Bangun Kedhaton. Sebagai seorang raja, Pakubuwana IX juga aktif menulis karya sastra, di antaranya Serat Wulang Putri, Serat Jayeng Sastra, Serat Menak Cina, Serat Wirayatna, dan beberapa karya sastra lainnya.

Pemerintahan Pakubuwana IX berlangsung selama 32 tahun dan berakhir saat kematiannya pada tanggal 16 Maret 1893. Ia digantikan putranya sebagai raja Kasunanan Surakarta selanjutnya, bergelar Pakubuwana X.

Referensi

Kepustakaan

  • Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Lihat Pula

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Pakubuwana VIII
Susuhunan Surakarta
1861-1893
Diteruskan oleh:
Pakubuwana X