Perang Belasting: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 118.97.23.73 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Adi.akbartauhidin
Baris 27: Baris 27:
===Perlawanan rakyat===
===Perlawanan rakyat===
Perang ini diawali oleh gerakan protes [[petani]] terhadap pemerintah [[Hindia-Belanda]] atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.<ref>Nafis, A., (2004), ''Syair Perang Kamang'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 9793797029</ref> Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh [[tentara]] [[Belanda]].<ref>Djurip, (1996), ''Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.</ref> Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.<ref>Hatta, M., (2011), ''Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi'', Penerbit Buku Kompas, ISBN 9797095401.</ref> Dikabarkan pula, [[kuda]] neneknya [[Mohammad Hatta]] juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung [[residen]] [[Padang]] pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.<ref name=Imran>[[Amrin Imran|Imran, Amrin]] (1991). ''Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa''. hlm.9. [[Jakarta]]: Mutiara Sumber Widya. [[OCLC]] [http://worldcat.org/oclc/9072338 9072338]</ref>
Perang ini diawali oleh gerakan protes [[petani]] terhadap pemerintah [[Hindia-Belanda]] atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.<ref>Nafis, A., (2004), ''Syair Perang Kamang'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 9793797029</ref> Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh [[tentara]] [[Belanda]].<ref>Djurip, (1996), ''Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.</ref> Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.<ref>Hatta, M., (2011), ''Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi'', Penerbit Buku Kompas, ISBN 9797095401.</ref> Dikabarkan pula, [[kuda]] neneknya [[Mohammad Hatta]] juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung [[residen]] [[Padang]] pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.<ref name=Imran>[[Amrin Imran|Imran, Amrin]] (1991). ''Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa''. hlm.9. [[Jakarta]]: Mutiara Sumber Widya. [[OCLC]] [http://worldcat.org/oclc/9072338 9072338]</ref>

Pada malam tanggal 15 Juni
dikirimlah tiga pasukan patrol ke daerah Kamang untuk menangkap dan mengepung
H. Abdul Manan yang dengan pengikut-pengikutnya yang fanatic merupakan pusat
gerakan pemberontakan.

Satu
patroli yang terdiri dari 30 orang dibawah pimpinan Letnan Itzing Hein dan
Cheriex menuju Pauh.

Patroli
kedua disertai kontrolir Agam Tua (Westennenk) dan Kontroler Dahler terdiri
dari 80 orang dibawah pimpinan Kapten Lutz, Letnal Leroux dan pembantu Letnan
Van Heulen dengan tujuan untuk menangkap H. Abdul Manan di kediamannya di
Kampung Tangah.

Patroli
ketiga terdiri dari 50 orang dipimpin oleh letnan Holding dan pembantu Letnan
Schaap dengan tujuan Magek, turut serta yang terpenting Kepala laras (laras
terkemuka), mentri kelas I dan penghulu-penghulu kepala pada tiap-tiap
pasukuan.

Jam
setengah 10 dimalam hari beranglatkah kedua yang akan bertempur dari
Bukittinggi membelok ke Kampung Ambacang ke kiri untuk melakukan pengepungan di
Kampung Tapi, rumah H. Abdul Manan.

Dengan
susah payah menempuh jalan-jalan dapatlah kontroli dan penghulu kepala masuk
kampung. Dan dari tiga orang perempuan yang di jumpai di dapat keterangan bahwa
H. Abdul Manan mungkin di kampung tangah di rumah istrinya atau di kamoung
Bangsa atau di rumah anaknya Haji Ahmat.


==Perang Manggopoh==
==Perang Manggopoh==

Revisi per 30 Maret 2015 07.31

Perang belasting merupakan perang bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat Sumatera Barat melawan pemerintah kolonial Hindia-Belanda akibat penerapan pajak (Belanda: belasting) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan reaksi keras mengirimkan marechaussee (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.

Perang belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar pada kawasan lain seperti Manggopoh, Lintau Buo dan lain-lain.[1]

Perang Kamang

Perang Kamang
Tanggal1908
Lokasi Kamang, Sumatera Barat
Pihak terlibat
Rakyat Kamang Hindia-Belanda
Korban
100 orang tewas

12 orang tewas

20 orang luka-luka

Perang Kamang merupakan peperangan yang terjadi di Kamang tahun 1908 akibat penerapan pajak (belasting) kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari Fort de Kock dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari Tuanku Nan Renceh pada masa Perang Padri.

Perlawanan rakyat

Perang ini diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia-Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.[2] Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh tentara Belanda.[3] Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.[4] Dikabarkan pula, kuda neneknya Mohammad Hatta juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung residen Padang pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.[5]

Perang Manggopoh

Perang Manggopoh
Tanggal1908
LokasiManggopoh, Sumatera Barat
Pihak terlibat
Rakyat Manggopoh Hindia-Belanda
Korban

7 orang tewas

7 orang ditangkap
53 orang tewas

Perang Manggopoh berlangsung di Manggopoh, Sumatera Barat dipimpin oleh Siti Manggopoh.[6] Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.[6]

Referensi

  1. ^ St. Dt. M. Machudum, (1952), Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun, Masa Baru (dahulu A. C. Nix).
  2. ^ Nafis, A., (2004), Syair Perang Kamang, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 9793797029
  3. ^ Djurip, (1996), Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
  4. ^ Hatta, M., (2011), Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas, ISBN 9797095401.
  5. ^ Imran, Amrin (1991). Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa. hlm.9. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. OCLC 9072338
  6. ^ a b Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), Siti Manggopoh, Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 9799583071

Daftar Pustaka

  • Amran, R., (1988), Pemberontakan pajak 1908, Sumatra Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang, Gita Karya
  • Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), Kamang 1908, Djakarta: Tintamas.