Muara Teweh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bluesatellite memindahkan halaman Muara Teweh ke Muara Teweh (kota): standardisasi penamaan "kota" yang bukan kota otonom (Daerah Tingkat 2)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah ibukota [[kabupaten Barito Utara]] bagian dari provinsi [[Kalimantan Tengah]]. Penduduknya merupakan suku asli Dayak Tewoyan atau juga di sebut Dayak Taboyan, [[Suku Dayak Bakumpai|Dayak Bakumpai]] dan [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]], disamping pendatang dari daerah lain. Adapun perhutanan, pertambangan [[batu bara]] dan [[emas]] serta perkebunan [[kelapa sawit]] dan [[karet]] adalah produk andalan dari kota Muara Teweh.
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah ibukota [[kabupaten Barito Utara]] bagian dari provinsi [[Kalimantan Tengah]], mayoritas penduduknya berasal dari [[Suku Dayak Bakumpai]] yang merupakan sub etnis [[Suku Dayak Ngaju|Dayak Ngaju]] yang beragama Islam.
Suku asli di Muara teweh yakni<br>
* [[Suku Dayak Tewoyan]] atau disebut juga ''Dayak Taboyan'',<br>
* [[Suku Dayak Bakumpai|Dayak Bakumpai]],dan<br>
* [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]].<Br>
Adapun perhutanan, pertambangan [[batu bara]] dan [[emas]] serta perkebunan [[kelapa sawit]] dan [[karet]] adalah produk andalan dari kota Muara Teweh.


==Asal usul nama Muara Teweh==
==Asal usul nama Muara Teweh==
Baris 9: Baris 14:


==Sejarah==
==Sejarah==
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat ''rumah-rumah apung'' yang dalam bahasa setempat disebut ''[[rumah lanting]]''. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (''Gaz'') dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat ''rumah-rumah apung'' yang dalam bahasa setempat disebut ''[[rumah lanting]]''. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (''Gaz'') dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.

==Rujukan==
==Rujukan==
{{reflist}}
{{reflist}}

Revisi per 23 Januari 2015 03.26

Muara Teweh (disingkat: MTW[1]) adalah ibukota kabupaten Barito Utara bagian dari provinsi Kalimantan Tengah, mayoritas penduduknya berasal dari Suku Dayak Bakumpai yang merupakan sub etnis Dayak Ngaju yang beragama Islam. Suku asli di Muara teweh yakni

Adapun perhutanan, pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit dan karet adalah produk andalan dari kota Muara Teweh.

Asal usul nama Muara Teweh

  • Dalam kumunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei = Tumbang, Muara; Tiwei = Ikan Seluang Tiwei).
  • Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini = Muara Musini).
  • Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei = Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).
  • Pada komunitas Dayak Ngaju Bakumpai/Kapuas, disebutkan Tumbang Tiwei (Tumbang Tiwei = Muara Tiwei, yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh).
  • pada komunitas dayak Tewoyan di kec.Teweh Timur ,kec.Gunung Purei,Oleng Tiwei(Muara Teweh)

Sejarah

Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.

Rujukan