Garuda Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
Lukas Tobing (bicara | kontrib)
Baris 83: Baris 83:
[[Berkas:Garuda_MD-11_Spijkers-1.jpg|thumb|left|MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.]]
[[Berkas:Garuda_MD-11_Spijkers-1.jpg|thumb|left|MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.]]


Sepanjang dekade [[1990]], Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembelian armada pesawat 9 unit [[McDonnell-Douglas MD-11]] (datang tahun [[1991]] sebagai pengganti DC-10), [[Boeing 737]] seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun [[1992]], sebagai pengganti DC-9), serta [[Boeing 747|Boeing 747-400]] (datang tahun [[1994]], 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari [[Varig]]) dan [[Airbus A330|Airbus A330-300]] (datang tahun [[1996]], pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama di Fukuoka dan satunya lagi terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas [[Krisis Finansial Asia]] yang juga membuat keuangan Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup.). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.
Sepanjang dekade [[1990]], Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembaruan armada dengan menyewa 9 unit [[McDonnell-Douglas MD-11]] (datang tahun [[1991]] sebagai pengganti DC-10), kemudian membeli [[Boeing 737]] seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun [[1992]], sebagai pengganti DC-9), serta [[Boeing 747|Boeing 747-400]] (datang tahun [[1994]], 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari [[Varig]]) dan [[Airbus A330|Airbus A330-300]] (datang tahun [[1996]], pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, [[Garuda Indonesia Penerbangan 865|yang pertama di Fukuoka, Jepang]] dan satunya lagi [[Garuda Indonesia Penerbangan 152|terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara]]. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya dan merupakan yang terburuk dalam sejarah penerbangan Indonesia, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas [[Krisis Finansial Asia]] yang membuat keuangan Indonesia menjadi lesu dan kondisi sosial politik Indonesia yang memanas, utamanya dengan gerakan Reformasi yang berhasil memaksa Presiden [[Soeharto]] mengundurkan diri. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup pada awal 2000-an). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.


Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, Beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti [[Serangan 11 September 2001]], [[Bom Bali 2002|Bom Bali I]] dan [[Bom Bali 2005|Bom Bali II]], wabah [[SARS]], dan [[Tsunami Aceh|Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004]]. Selain itu, Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwa Garuda Indonesia Penerbangan 200, akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta - Amsterdam.<ref>[http://ec.europa.eu/transport/air-ban/pdf/list_en.pd The European Airline Banlist: Garuda to apply for Amsterdam flights]</ref>
Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, terdapat beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) memperburuk kinerja Garuda, seperti [[Serangan 11 September 2001]], [[Bom Bali 2002|Bom Bali I]] dan [[Bom Bali 2005|Bom Bali II]], wabah [[SARS]], dan [[Tsunami Aceh|Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004]]. Selain itu, Garuda (dan penerbangan Indonesia umumnya pada saat itu) juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwa [[Garuda Indonesia Penerbangan 200]], akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta - Amsterdam.<ref>[http://ec.europa.eu/transport/air-ban/pdf/list_en.pd The European Airline Banlist: Garuda to apply for Amsterdam flights]</ref>


== Quantum Leap dan ambisi menjadi maskapai bintang 5 ==
== Quantum Leap dan ambisi menjadi maskapai bintang 5 ==

Revisi per 8 November 2014 01.10

Garuda Indonesia
IATA ICAO Kode panggil
GA GIA Indonesia
Didirikan26 Januari 1949 (sebagai Garuda Indonesian Airways)
Mulai beroperasi28 Desember 1949
Penghubung
Penghubung sekunder
Kota fokus
Program penumpang setiaGarudaMiles
Lounge bandara
  • Garuda First Lounge
  • Garuda Executive Lounge
AliansiSkyTeam
Anak perusahaan
Armada119
Tujuan102 (54 Domestik, 48 Internasional)
SloganThe Airline of Indonesia
Perusahaan indukPemerintah Republik Indonesia
Kantor pusatJakarta, Indonesia
Tokoh utamaEmirsyah Satar (CEO)
Situs webwww.garuda-indonesia.com

Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda adalah nama burung tunggangan Dewa Wisnu dalam legenda pewayangan. Pada tahun 2007, maskapai ini bersama dengan maskapai Indonesia lainnya, dilarang terbang menuju Eropa karena kejadian yang menimpa Garuda Indonesia Penerbangan 200.[1] Setahun kemudian, maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA yang menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan penerbangan Internasional.[2] Pada 1 Juni 2010, Garuda Indonesia melakukan pembukaan kembali rute Amsterdam yang di tutup pada tahun 2004 dengan pesawat Airbus A330-200 dengan kapasitas sebanyak 222 penumpang dengan perhentian di Dubai, Uni Emirat Arab. Hal ini menunjukkan Garuda Indonesia mulai tertarik dalam membuka rute ke Eropa. Pada tahun 2010, Garuda mendapatkan penghargaan dari Skytrax yaitu " World's Most Improved Airline" atas langkah Garuda yang dipimpin oleh Emirsyah Satar dalam merombak maskapai nasional tersebut.[3] Pada tahun 2013, Garuda Indonesia mendapat penghargaan dari Skytrax yaitu "World Best Economy Class" dan "World Best Economy Class Seat".

Pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia bergabung dengan aliansi SkyTeam sebagai anggota yang ke 20 dan berlangsung di Denpasar, Bali.[4] Garuda telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Liverpool FC Inggris dan kini merupakan sponsor global untuk Liverpool FC.[5] Pada tanggal 30 Mei 2014, Garuda Indonesia melayani rute ke Amsterdam dengan nonstop menggunakan Boeing 777-300ER yang memiliki kabin terbaru dari semua armada. Pada tanggal 8 September 2014, Garuda Indonesia membuka kembali rute Eropa kedua mereka yaitu London dengan armada yang sempat digunakan untuk menerbangi rute nonstop menuju Belanda.[6]

Asal nama Garuda Indonesia

Pada tanggal 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr. Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada Presiden di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta kepada beliau memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di zaman kolonial yang berisi, Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu")

Maka pada tanggal 28 Desember 1949, penerbangan bersejarah terjadi pada pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menghadiri upacara pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan nama Garuda Indonesian Airways, yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.

Sejarah

Dekade 1940-1950-an: awal pendirian, perjuangan, dan menjadi maskapai nasional

Douglas DC-3 Seulawah, pesawat perdana Garuda Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, sumbangan rakyat Aceh.

Pada tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia, dimana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari Jogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh dana untuk membeli pesawat ini, didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga 120.000 Dollar Malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir, Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari KLM, perusahaan penerbangan nasional Belanda. Selain itu, Pemerintah Birma juga membantu pendirian maskapai ini. Garuda pada awalnya adalah hasil joint venture antara Pemerintah Indonesia dengan maskapai Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM) dengan kalkulasi Pemerintah Indonesia memiliki 51% saham dan selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM, karena paksaan nasionalis KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke Pemerintah Indonesia dan pada waktu yang bersamaan, maskapai ini memiliki 46 pesawat. Tahun 1956, Garuda Indonesia meresmikan pelayanan penerbangan haji menuju Mekkah dengan Convair CV-340.

Untuk membalas budi Birma, Garuda menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada Pemerintah negara itu. Saat itu, Garuda memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara dan jadwal penerbangan. Kesiapan Garuda Indonesia ini membuat mereka berbeda dengan maskapai pionir lainnya di Asia.

Dekade 1960-1970-an: Perkembangan signifikan dan berekspansi

Convair 990 "Majapahit" milik Garuda Indonesian Airways di Bandar Udara Internasional Schiphol, Amsterdam pada tahun 1965.

Dekade ini merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian di Hongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama "Emerald Route". Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya", yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdam melewati Medan, Bombay, Beirut dan Roma. Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti, Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang.

Dekade 1970-1980-an: Berkembang maju dan mendunia

Boeing 747 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Zurich pada bulan Mei 1985.
McDonnell Douglas DC-10-30 Garuda Indonesia baru saja mendarat di Bandara Internasional Charles de Gaulle.

Dilanjutkan pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional kemudian, beberapa pesawat di jual untuk menggarap pasar domestik dengan Fokker F-27 dan Fokker F-28 dan pada pertengahan 1970an, muncul dimana sebuah tren kenaikan jumlah penumpang yang naik pesawat dan tren tersebut tidak disia-siakan oleh Wiweko untuk membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 yang di peruntukkan Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia dan Eropa dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak).Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.

Kemudian di tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan merubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikat dengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaii dengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.

Dekade 1990-2000-an: Kecelakaan beruntun, kesulitan ekonomi dan reputasi buruk

Boeing 747-400 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Frankfurt.
MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.

Sepanjang dekade 1990, Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembaruan armada dengan menyewa 9 unit McDonnell-Douglas MD-11 (datang tahun 1991 sebagai pengganti DC-10), kemudian membeli Boeing 737 seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun 1992, sebagai pengganti DC-9), serta Boeing 747-400 (datang tahun 1994, 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari Varig) dan Airbus A330-300 (datang tahun 1996, pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama di Fukuoka, Jepang dan satunya lagi terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya dan merupakan yang terburuk dalam sejarah penerbangan Indonesia, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas Krisis Finansial Asia yang membuat keuangan Indonesia menjadi lesu dan kondisi sosial politik Indonesia yang memanas, utamanya dengan gerakan Reformasi yang berhasil memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup pada awal 2000-an). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.

Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, terdapat beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Selain itu, Garuda (dan penerbangan Indonesia umumnya pada saat itu) juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwa Garuda Indonesia Penerbangan 200, akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta - Amsterdam.[7]

Quantum Leap dan ambisi menjadi maskapai bintang 5

Seragam baru awak kabin Garuda Indonesia menampilkan kebaya dan kain batik motif lereng untuk wanita dan stelan jas abu-abu, kemeja biru, dan dasi untuk pria.
sebuah pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-800 dengan Livery Baru bermanuver Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2010.

Di angkatnya perintah larangan terbang Uni Eropa Terhadap Garuda Indonesia dan 3 maskapai penerbangan Indonesia lainnya, membuat Garuda Indonesia meluncurkan sebuah rencana ekspansi 5 tahun yang agresif dengan nama Quantum Leap, rencana ini mencakup rencana re-branding maskapai dengan mengubah livery maskapai, memperkenalkan seragam staf baru,menggandakan armadanya dari 62 menjadi 116 pesawat dan menaikkan 10,1 juta penumpang per tahun menjadi 27.6 juta dalam periode yang sama serta menaikkan pertambahan jumlah rute domestik maupun internasional dari 41 menjadi 62. Hal yang diimplementasikan oleh Emirsyah Satar ini juga muncul dalam perkenalan profil perusahaan GIA dan berbagai anak perusahaan mereka di jejaring sosial media, YouTube dengan nama "Garuda Indonesia Corporate Profile 2014".[8] Rute ekspansi di awali dari pembukaan rute ke Amsterdam, dengan transit di Abu Dhabi oleh pesawat Airbus A330-200. Pada tahun 2014, Penerbangan non-stop menggunakan pesawat Boeing 777-300ER direncanakan akan dimulai menuju ke beberapa rute dunia seperti London, Frankfurt, Paris, Roma, Madrid dan Los Angeles serta kota lainnya dipertimbangkan untuk dibuka kembali.

Sebuah Inisiatif akan lambang baru dikembangkan oleh konsultan merek Landor Associates yang berpusat pada sebuah ide baru tentang "sayap alam" yang bertujuan untuk mengganti logo lama Garuda yang terpasang selam 27 tahun, yang dapat diharapkan untuk dapat "menangkap semangat keramahan Indonesia dan profesionalisme" oleh Garuda Indonesia.

Tanggal 10 Juni 2009, Garuda Indonesia menampilkan sebuah skema warna baru logo pada sirip Airbus A330-200 baru setelah memakai desain yang sama selama lebih dari puluhan tahun. logo pada ekor pesawat yang mengalami re-branding ini terdiri dari nuansa warna biru yang berbeda beda dengan tulisan Garuda Indonesia di tengah lambung pesawat sementara itu, Garuda Indonesia mempertahankan simbol garuda yang didesain Landor di lambung pesawat dan terus menggunakannya sebagai identitas perusahaan.

Pada tanggal 28 Mei 2010, Garuda Indonesia secara resmi meluncurkan seragam baru bagi pramugari/pramugaranya untuk memperbarui citra akan pelayanan Garuda Indonesia yang terinspirasi dari kebaya tradisional Gondosuli dengan motif batik lereng dilengkapi dengan kebaya warna biru gaya Kartini di bagian atas dan kostum tambahan bagi pramugari, termasuk sebuah batik bermotif lereng berwarna jingga dengan kebaya berwarna jingga. laki laki memakai jas abu abu, kemeja biru dan dasi bermerek, yang didesain oleh Josephine Komara.

Konsep pelayanan baru Garuda Indonesia bernama "Garuda Indonesia Experience", termasuk aspek dari kebudayaan, masakan, dan keramahan Indonesia. Diperkenalkannya Mini Nasi Tumpeng Nusantara dan jus martebe(markisa dan terong belanda) sebagai menu baru merupakan langkah awal ACS dalam memberikan layanan makanan yang berkelas seperti pada bulan Februari 2011, maskapai ini memperkenalkan tempe dalam menu masakannya dalam penerbangannya menuju Tokyo, Jepang. (tempe masuk dalam menu makanan penerbangan menuju Jepang karena, terdapat pengrajin tempe yang memperkenalkan sebagai pengganti makanan daging dan menurut penelitian di sana, tempe baik untuk di makan)

Majalah Garuda

Garuda juga memperkenalkan In-Flight Magazine yang bernama "Colours" yang memiliki oplah sebanyak 60.000 eksemplar dan didistribusikan pada seluruh penerbangan Garuda Indonesia. Hal ini diterbitkan sebagai media on-board eksklusif dengan cerita perjalanan menarik di tujuan di seluruh nusantara, fitur, wawancara dengan orang Indonesia terkenal dan artikel gaya hidup pada makanan, perjalanan dan keindahan serta budaya.

Garuda In-Flight Magazine memiliki lebih dari 900.000 pembaca per bulan, termasuk A dan A + pengusaha / wanita, profesi, pengusaha, dan wisatawan kelas atas.

Garuda pesawat terbang Majalah ini diterbitkan di bawah lisensi untuk Garuda Indonesia oleh PT Indo Multi Media

Sirkulasi dan distribusi

Sebanyak 60.000 eksemplar Garuda In-Flight Magazine versi Inggris / versi Indonesia, dan 30.000 eksemplar Garuda In-Flight Magazine versi Jepang dan Mawaddah (Arab) didistribusikan gratis pada setiap bulan, sebagai berikut:

  1. Semua penerbangan Garuda Indonesia tujuan internasional dan domestik.
  2. Garuda Indonesia Executive Lounge di Bandara seluruh Indonesia.
  3. Semua pemegang Kartu Platinum GarudaMiles.

Struktur kelompok percetakan adalah sebagai berikut:

  • Indo Manca Media menerbitkan Jakarta JAVA KINI serta Jakarta Java Dining, Jakarta Expat Directory dan Seri Peta Jakarta, Banten, Bandung & Jawa Barat; Yogyakarta & Jawa Tengah; Surabaya & Jawa Timur; Peta Golf, Peta Hiburan Jakarta dan lainnya terkait majalah Jakarta & Java.
  • Media Wisata Dewata yang mempublikasikan lengan IMM di Bali dan menerbitkan Hello Bali, Bali Dining, Bali Tourism Board's Map Series dan lainnya yang terkait Bali.

Sistem IOCS Garuda Indonesia

Pada bulan November 2010, Garuda Indonesia menerapkan sistem baru yang disebut dengan sistem kendali operasi terpadu (Integrated Operational Control System/IOCS) yang merupakan salah satu dari program Quantum Leap. Sistem terpadu ini menggabungkan sistem untuk memantau pergerakan pesawat, awak kabin, dan manajemen penumpang yang bertujuan untuk mempermudah jalannya maskapai dalam mengantar dan menjemput, Fakta Teknologi IOCS Garuda:

  • Sistem ini merupakan gabungan sistem yang memantau pergerakan pesawat, penjadwalan awak kabin, dan manajemen penumpang
  • Sistem IOCS ini berharga US$ 1.5 juta (update: sebelumnya tertulis US$15 juta)
  • Sistem IOCS ini menangani 81 pesawat, 580 pilot, 2000 awak kabin and 2000 penerbangan per minggu

Pada tanggal 19 November 2010, selama 4 jam sistem IOCS tidak bisa diakses dan menyebabkan beberapa hal seperti:

  • Jadwal kru pesawat yang kacau, jadwal pilot yang bertabrakan, sampai-sampai ada pilot yang sedang sakit mendapat jadwal menerbangkan pesawat
  • Pada tanggal 21 November 2010, terjadi delay masal penerbangan Garuda
  • Pada tanggal 22 November 2010, penerbangan ke Medan, Batam, Pangkal Pinang and Padang dibatalkan
  • Pada tanggal 23 November 2010, sejumlah 13 jadwal penerbangan dibatalkan
  • Pemesanan tiket ditutup dari tanggal 22-24 November 2010
  • 5000 jemaah haji terlantar di Arab Saudi. Menurut Direktur Operasi Garuda, keterlambatan disebabkan terbatasnya pintu keberangkatan di bandara

Barulah pada tanggal 25 November 2010 penerbangan kembali normal, baru baru ini Garuda merencanakan perubahan sistem dan nama IOCS menjadi "Garuda Altea" yang dirancang oleh Amadeus untuk meningkatkan cakupan utama pada pekerjaan di lapangan.

Garuda memasuki bursa saham

Pada tanggal 11 Februari 2011. Garuda memulai IPO sebagai langkah awal menuju bursa saham.[9] Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp750 per saham dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 miliar lembar ke 6,3 miliar lembar saham.[10] Garuda Indonesia memutuskan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia.

Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham Garuda Indonesia di harga Rp620 per lembar dengan total sebesar Rp 1,53 triliun. Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar Rp750 per lembar.[11]

Unit pelatihan terpadu & unit bisnis strategis

Diikuti dengan berlakunya Quantum Leap, Garuda Indonesia juga mendirikan beberapa UBS dan menggaet beberapa usaha strategis untuk mendukung operasional, seperti[12]:

  • PT Abacus Distribution Systems Indonesia[13]
  • PT Aero Systems Indonesia[14]

Dan berikut beberapa Unit Bisnis Strategis yang Garuda Indonesia bawahi:

  • Garuda Indonesia Training Center[15]
  • Garuda Indonesia Cargo[16]
  • Garuda Sentra Medika[17]

Kerjasama dengan Liverpool FC

Berkas:LFC - Garuda.jpg
Poster Garuda Indonesia dengan Liverpool FC

Pada bulan Juli 2012, Garuda Indonesia menandatangani perjanjian sponsorship selama 3 tahun dengan klub Liga Inggris Liverpool FC. Persetujuan tersebut memberi Garuda hak sebagai Official Partner Liverpool Football Club (Mitra Resmi Liverpool FC) dan Official Global Airline Partner of Liverpool Football Club (Mitra Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC). Tambahannya, selama musim kompetisi 2012-2013, setiap pertandingan kandang Liverpool di Anfield, akan diputar video iklan Garuda berdurasi 6 menit.Kerjasama dengan Liverpool ini akan memberikan Garuda Indonesia media exposure untuk meningkatkan brand awareness di pasar internasional secara lebih efektif dengan manfaat yang lebih maksimal, mengingat brand Garuda Indonesia akan mendapatkan frekuensi penayangan yang lebih tinggi dengan durasi tayang lebih lama. Pada tahun 2013, Liverpool melakukan tur Asia dengan salah satu negara tujuannya adalah Indonesia. Melalui kunjungan tour tersebut, diharapkan kunjungan ini akan meningkatkan kualitas persepakbolaan di Indonesia.[18]

Layanan dalam penerbangan

Pada tahun 2010, Garuda dalam rencana Quantum Leap yang salah satunya bertujuan untuk melakukan re-branding, mulai melakukan perbaikan layanan dalam kursi pesawat selama penerbangan jarak jauh maupun dekat dengan mendatangkan pesawat baru berkursikan nyaman nan empuk dan di lengkapi fasilitas AVOD serta colokan listrik dalam memberikan kenyamanan dalam penerbangan untuk menyamakan kualitas fasilitas kursi dalam penerbangan dengan maskapai internasional kelas dunia seperti KLM, Air France dan Singapore Airlines. Garuda juga memperkenalkan kursi baru dalam memberi kenyamanan penumpang dalam pesawat.

Kelas utama/first class

Berkas:GIA First Class (B777-300ER Outlook).jpg
First Class Garuda Indonesia di Boeing 777-300ER.

Pada pesawat Boeing 777-300ER, tersedia 8 kursi kelas utama dengan konfigurasi 1-2-1. Kabin kelas utama memiliki fasilitas yang mewah seperti:[19]

  • Sliding door disetiap suite.
  • Kursi ergonomis yang dirancang secara optimal , dengan luas 82 inci dan lebar 22 inci yang dapat diubah menjadi tempat tidur datar (180°) dan dilengkapi dengan matras, selimut, bantal, dan lengkap dengan ottoman.
  • Meja yang bisa digunakan untuk menikmati hidangan menu yang disajikan.
  • Seat control dengan panel layar sentuh untuk kemudahan penggunaan.
  • Pembatas untuk suite pada lini tengah yang dapat disesuaikan untuk mempermudah percakapan dengan penumpang suite yang berada di sebelahnya.
  • In-flight entertainment dengan 23.5 inci touch screen LCD, dilengkapi dengan remote control dan headphone kedap suara.
  • Lemari penyimpanan pribadi.
  • Lampu baca pribadi.

Kelas bisnis/executive class

Berkas:GIA Business Class (B777-300ER Seat Mode).jpg
Executive Class terbaru Garuda di Boeing 777-300ER.

Terdapat beberapa fasilitas dari Executive Class, yaitu:

  • Flat-Bed seats yang memiliki ruang kaki 74" dan dapat disandarkan hingga 180 derajat dan dilengkapi dengan sandaran tangan 11 inci.
  • Layar sentuh LCD dengan AVOD di setiap kursi,
  • Colokan listrik di setiap kursi dan lampu baca pribadi.

Pesawat Boeing 747-400 dan Boeing 737 masih menggunakan kursi eksekutif lama. Boeing 747–400 memiliki ruang kaki 46"-48" dengan panjang kursi 16". Sementara di Boeing 737, termasuk seri -300, -400, -500, dan seri -800 terbaru memiliki ruang kaki 41" hingga 44" dengan panjang 19". Di beberapa pesawat, tersedia TV di setiap kursi.

Kelas ekonomi/economy class

Berkas:GIA Economy Class (B737-800 B747-400 & A330'S Outlook).jpg
Economy Class terbaru di armada Airbus A330-200/300.

Tersedia di semua pesawat. Ruang kaki terdiri dari 30" hingga 35" tergantung jenis pesawat, dengan panjang kursi 17". Pesawat Airbus A330-200, Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 NG memiliki kursi kelas ekonomi yang lebih baru yang menawarkan layar sentuh LCD 9-inci dengan AVOD.

Makanan dan minuman ditawarkan tergantung lamanya penerbangan. Anggur dan bir juga ditawarkan dalam penerbangan internasional.

Pelayanan imigrasi dalam penerbangan

Garuda juga menawarkan Immigration on Board (IoB) yang merupakan hasil kerjasama dari Dirjen Keimigrasian dan Kemenkumham yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan nilai tambah maskapai bagi penumpang dan Garuda juga memberlakukan IoB ini di beberapa tujuan Garuda, yaitu:[20]

  • Bandara Internasional Pudong (PVG), Shanghai – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
  • Bandara Internasional Incheon (ICN) Seoul – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
  • Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
  • Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
  • Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
  • Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
  • Bandara Internasional Kansai (KIX), Osaka - Ngurah Rai International Airport (DPS), Denpasar

Penghargaan maskapai

Terdapat beberapa penghargaan yang diberikan kepada Garuda Indonesia antara lain, yaitu:

  • Four Star Rated Airlines (Skytrax Awards 2010).[21]
  • World's Most Improved Airlines (Skytrax Awards 2010).[22]
  • Asia's Leading Airlines Services Quality (CAPA Awards 2010).
  • Best International Airlines (Roy Morgan Survey in January, February & July 2012).
  • The World's Best Regional Airline (Skytrax Awards 2012).
  • ASEAN Premium Airlines (Frost& Sullivan Survey 2012).[23]
  • Best Asia & Australasia Airlines (Passanger Choice Awards 2013).[24]
  • World Best Airline Food on Long Haul Flight & Top 5 Airline Food on Short Haul Flight (Asia Pacific Airline Food Awards 2013).[25]
  • The World's Best Economy Class & Best Economy Class Airline Seat (Skytrax Awards 2013).[26]
  • World's Best Cabin Crew (Skytrax Awards 2014).[27]

Diharapkan dengan di raihnya penghargaan tersebut, Garuda Indonesia sebagai maskapai terbesar nasional dan kebanggaan Indonesia bisa memberikan pelayanan yang lebih di dalam penerbangan.

Code share agreement & kota tujuan

Garuda Indonesia menawarkan penerbangan ke Australia, Asia Tenggara, Asia Timur dan Eropa serta Timur Tengah. Garuda Indonesia melayani 102 kota tujuan (domestik dan internasional) di 28 negara di 4 benua besar dunia termasuk juga 70 tujuan internasional melalui codeshare agreement dengan maskapai berikut (maskapai bertanda * adalah anggota aliansi Skyteam):

Garuda Indonesia juga bekerja sama dengan anak perusahaan Etihad Airways yang berkiprah dalam otobus, yaitu Etihad Bus Services yang melayani rute antara Abu Dhabi-Dubai.

Pada 20 September 2014, direncanakan codesharing agreement dengan maskapai asal Portugal, yaitu TAP Portugal yang kesepakatannya telah ditandatangani oleh kedua Direktur Utama yang dilakukan di Lisbon dan jika terwujud, kedua maskapai ini akan berbagi konektivitas rute di antara Jakarta-Amsterdam dan Amsterdam-Lisbon.[31]

Armada

Boeing 737 seri 800 Garuda melintas di Bandar Udara Internasional Changi Singapura.
Boeing 747-400 Garuda Indonesia bersiap untuk mendarat.
Boeing 777-300 milik Garuda Indonesia baru saja mendarat di Bandara Internasional Narita , Tokyo.
Airbus A330-200 Garuda Indonesia bersiap menjelang pendaratan di Bandara Internasional Hong Kong.
Airbus A330 milik Garuda melintas seusai mendarat di Bandara Internasional Kansai.
ATR 72 Seri 600 ini beroperasi di bawah Garuda Indonesia dengan nama Garuda Explore
Bombardier CRJ 1000 NextGen milik Garuda ini di tujukan untuk melayani rute terpencil di Indonesia timur.

Saat ini, Garuda Indonesia menggunakan pesawat Airbus A330-200;Airbus A330-300 dan Boeing 777-300ER untuk menerbangi rute Amsterdam, Asia Timur (China,Korea Selatan dan Jepang) dan Australia (Perth,Melbourne,Sydney dan Brisbane) kemudian, ATR 72-600;Boeing 737-800 dan Bombardier CRJ1000NextGen digunakan untuk menerbangi rute domestik dan Regional.

Terhitung pada tahun 2014, armada Garuda Indonesia adalah sebagai berikut:

Armada Garuda Indonesia
Jenis Pesawat Beroperasi Pesanan Kelas Catatan
F B E Total
ATR 72–600 6 21 70 70 dioperasikan sebagai sub-brand Garuda Indonesia Explore
Bombardier CRJ1000 15 7 12 84 96 dioperasikan sebagai sub-brand Garuda Indonesia Explore Jet
Airbus A330-200 11 36 186 222 5 pesawat dilengkapi dengan Thales IFE, 6 lainnya dilengkapi dengan Panasonic IFE
Airbus A330-300 2 16 215 251 Konfigurasi baru. Kursi flat-bed di Executive Class.
6 42 257 PK-GPF menggunakan livery Skyteam
Boeing 737-300 1 16 94 110 Dipensiunkan mulai tahun 2015
Boeing 737-500 4 12 84 96 Dipensiunkan mulai tahun 2015
Boeing 737-800 71 33 144 156 Semua pesawat yang berregistrasi PK-GEx tidak menggunakan in-seat IFE
PK-GMH menggunakan livery Skyteam
Boeing 737 MAX 8 50 TBA TBA TBA Menggantikan armada Boeing 737-800 secara bertahap.[32]
Boeing 747-400 2 42 386 428 Digunakan dalam penerbangan menuju Jeddah dari Makassar, Medan dan Surabaya
Boeing 777-300ER 5 5 8 38 268 314 Terbang nonstop dari Jakarta menuju Amsterdam, Jeddah dan Tokyo Narita
Total 123 82

.

Mantan Armada[33]
Pesawat Diperkenalkan Dipensiunkan Catatan
Airbus A300B4-600FF 1982 2002 Pengguna Pertama.
Satu pesawat jatuh di Medan.
Boeing 737-400 1992 2012 Digantikan pesawat Boeing 737-800s.
satu jatuh di Yogyakarta.
Boeing 747-200 1980 2004 Digantikan Pesawat Airbus A330-300 & Boeing 747-400.
Convair 240 1950 1965
Convair 340 1952 1968 Digunakan pertama kali untuk penerbangan Haji.
Convair 440 1956 1970
Convair 990 1962 1975 Pesawat jet pertama.
Satu pesawat jatuh di Mumbai.
de Havilland Heron 1952 1956 Pengguna Pertama.
Douglas DC-3 1949 1970 Pesawat Pertama yang diterbangkan.
Douglas DC-8-50 1966 1980
Fokker F27-200 1967 1975 Satu pesawat kecelakaan di Lampung.
Fokker F28 Mk-1000 1969 1983 Digantikan oleh Fokker F28 Mk-3000.
tiga hancur pada tahun 1975-1982.
Fokker F28 Mk-3000 1973 1998 Pengguna Pertama.
Fokker F28 Mk-4000 1978 2001
Lockheed L-188 Electra 1960 1977 Satu pesawat jatuh di Manado.
McDonnell Douglas DC-9-30 1970 1993 Digantikan oleh Boeing 737s.
satu pesawat berada di Museum Transportasi, TMII.
McDonnell Douglas DC-10-30 1973 2004 Satu pesawat tergelincir di Fukuoka.
McDonnell Douglas MD-11 1990 1998
PBY 5 Catalina 1950 1953 Warisan Pesawat dari KNILM

Galeri

Peristiwa yang menimpa Garuda Indonesia

Beberapa peristiwa yang terjadi pada maskapai Garuda Indonesia antara lain adalah:

Referensi

  1. ^ "List of airlines banned within the EU". European Commission's "Transport" website. Diakses tanggal 21 Juni 2009. 
  2. ^ Filght Blight. Diakses 7 Januari 2011
  3. ^ Garuda meraih penghargaan World's Most Improved Airline
  4. ^ Garuda Indonesia resmi menjadi anggota ke-20 alaiansi global SkyTeam
  5. ^ Garuda Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama dengan Liverpool FC
  6. ^ Garuda Indonesia layani penerbangan langsung pertama dari Indonesia ke Eropa
  7. ^ The European Airline Banlist: Garuda to apply for Amsterdam flights
  8. ^ Saluran di YouTube
  9. ^ Garuda $500 mln IPO kicks off busy yr in Indonesia
  10. ^ Garuda Indonesia IPO to raise $526 mln, retail may lift debut
  11. ^ Artikel: CT beli 10% saham Garuda Indonesia
  12. ^ Garuda Indonesia SBU
  13. ^ Abacus Distribution Systems Indonesia
  14. ^ Tentang Aero Systems Indonesia
  15. ^ Garuda Indonesia Training Center
  16. ^ Garuda Indonesia Cargo
  17. ^ Garuda Sentral Medika
  18. ^ "Garuda forms partnership with Liverpool FC". Diakses tanggal 11 Juli 2012. 
  19. ^ Garuda Indonesia Experience
  20. ^ Garuda Indonesia: Immigration on Board
  21. ^ Garuda Indonesia wins Best International Airline
  22. ^ Garuda Indonesia raih The Worlds Most Improves Airline Award pada tahun 2010
  23. ^ Garuda Indonesia raih dua penghargaan internasional
  24. ^ Garuda kini jadi maskapai terbaik Asia dan Australia
  25. ^ Garuda Indonesia terima penghargaan maskapai dengan makanan terlezat
  26. ^ Garuda raih Worlds Best Economy Class 2013 dari Skytrax
  27. ^ Garuda Indonesia awared The Worlds Best Cabin Staff
  28. ^ https://www.ana.co.jp/eng/aboutana/press/2013/131219.html
  29. ^ https://www.garuda-indonesia.com/id/en/news-and-events/news/garuda-indonesia-delta-air-lines-jalin-kerjasama.page
  30. ^ http://www.jetairways.com/EN/IN/JetPrivilege/Partners/Codeshare/Garuda-Indonesia.aspx
  31. ^ Garuda akan kerjasama dengan TAP portugal pada rute Jakarta-Lisbon
  32. ^ Garuda pesan Boeing 737 Max 8 untuk gantikan Boeing 737-800
  33. ^ "Garuda Indonesia". Garuda Indonesia. Diakses tanggal 17 Juli 2013. 
  34. ^ Tempo Interaktif Pilot Garuda Diduga Meninggal Karena Serangan Jantung
  35. ^ Hatta: Identifikasi Korban Tewas Garuda Juga Gunakan Tes DNA
  36. ^ Penumpang Garuda Indonesia meninggal di udara

Pranala luar