Didi Chia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Arthur F. Tjia, yang akrab di panggil dengan nama Didi Chia di kalangan musisi Jazz lahir di Manado Sulawesi Utara, 12 Agustus 1933. Dia belajar Piano sejak berusia 7 tah...'
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 19 Juni 2007 08.13

Arthur F. Tjia, yang akrab di panggil dengan nama Didi Chia di kalangan musisi Jazz lahir di Manado Sulawesi Utara, 12 Agustus 1933. Dia belajar Piano sejak berusia 7 tahun pada seorang guru piano klasik, Ny. Stien de Vos, tapi terpaksa berhenti karena terjadi perang dunia II. Setelah tentara Jepang menyerah pada tahun 1945, tentara sekutu masuk, ketika itulah seorang tentara Amerika suka main kerumah Didi Chia, kebetulan karena ayah-nya pandai berbahasa Inggris, sambil membawa rekaman piringan hitam berisi musik boogie-woogie dan blues. Didi senang mendengar musik yang menurut dia, unik itu. Sejak itu, dia mulai belajar memainkan musik boogie woogie dan blues tersebut. Didi Chia memiliki keistimewaan dalam hal pendengaran, sehingga untuk mempelajari sebuah lagu, dia cukup hanya mendengarkan sekali saja.

Setelah usai perang, Orang Tua Didi, mencarikan guru piano baru, tapi rupanya Didi tidak tertarik lagi untuk belajar musik klasik. Dia lebih suka memainkan boogie woogie dan blues. Bersama saudara-saudaranya dia membentuk band yang memainkan musik tersebut. Dan Didi pernah juga mendapat julukan sebagai raja boogie-woogie

Karena Didi terlalu nakal, tidak ada sekolah di Manado, yang mau menerimanya sebagai murid. Maka pada tahun 1954, oleh Orang Tua-nya dia dipindahkan ke Jakarta. Dari Manado Didi naik kapal KPM (Perusahaan Pelayaran milik Belanda) Kalabahi, mendarat di Tanjung Perak, Surabaya, lalu meneruskan perjalanan dengan Kereta Api. Di Jakarta Didi indekos di daerah Petojo Udik tapi tidak bersekolah. Dia membeli sebuah sepeda , lalu berkeliling kota Jakarta, dan menonton semua Bioskop. Film berjudul The Glenn Miller Story ditontonnya sebanyak 7 kali, demikian juga Film The Benny Goodman Story.

Pada awal tahun 1960-an, Didi bertemu dengan Bill Saragih, lalu membentuk Band bersama Herman Tobing dan Ivo Nilakresna sebagai penyanyi. Mereka bermain di Pesta Rumahan, untuk mengiringi dansa. Bill Saragih dan Ivo Nilakresna bergantian menyanyi. Waktu itu Didi heran, setiap Bill memainkan Flute-nya kok selalu ada nada yang terdengar Fals, ketika Didi menanyakan hal itu, Bill menjawab Itulah Jazz. Pada mulanya Didi tidak merasa suka dengan nada-nada tersebut, tapi lama kelamaan karena sering bermain dengan Bill, lama-lama dia merasa suka, dan mulai mencoba mengikuti dan mempelajari nada-nada aneh tersebut.

Ketika Hotel Indonesia di buka, pada tahun 1962, Didi dan Bill main di Ramayana Restaurant. Bill bermain Piano, Didi bermain Vibrafon. Dan kalau Bill menyanyi, Didi yang main Piano. Kemudian atas prakarsa Tim Kantoso (yang juga merupakan salah satu tokoh pergerakkan Jazz di Indonesia), Didi dan Bill mendirikan Jazz Riders. Sebagai musisi, Didi mendapat penghasilan lumayan besar saat itu, sehingga Didi pernah bingung menghabiskan uang-nya itu, dan lucunya dalam bingung-nya itu Dia malah banyak menghabiskan uang-nya dengan sering naik Pesawat Terbang Jakarta-Surabaya pulang pergi, hanya untuk merasakan Naik pesawat terbang saja, karena saya waktu kecil juga pernah bercita-cita menjadi Pilot, katanya.

Ketika diselenggarakan Floating Fair, misi kesenian Indonesia, berkeliling Tanah Air dengan Kapal Tampomas, Didi menggantikan Bill bermain di Wisma Nusantara. Saat itu Didi mulai memainkan musik berirama latin, meniru permainan Kuartet George Shearings.

Anggota Jazz Riders saat itu adalah: Didi Chia, Hanny Joseph, Tess Lopis, John Apitule, dan Sutrisno, kemudian John Apitule digantikan oleh Oele Pattiselanno, dan Perry Pattiselano juga turut masuk. Dalam group ini Bob Tutupoli tampil sebagai penyanyi lagu-lagu standart Jazz, ditambah lagu-lagu Harry Belafonte. Sementara itu Bill Saragih sudah berangkat ke Bangkok.

Pada awal 1970-an, Didi Chia bersama Jack Lesmana, Benny Mustapha, Benny Likumahua, dan Oele Pattiselano bergabung untuk memainkan musik gaya Dixieland di Hotel Borobudur, di Jakarta.

Didi membuat rekaman Rest & Rilex dengan Produser Karim Suweileh. Dia juga membuat rekaman bersama Luluk Purwanto, Elfa Secioria, Douglas de Vega, dan Oele Pattiselano.

Tahun 2004 merupakan tahun-tahun terakhir Didi Tjia bermain musik. Penyakit Parkinson dan diabetes membuat kondisi tubuhnya menjadi terganggu. Sempat dirawat di RS MMC pada pertengahan 2004 dan kemudian kondisinya makin menurun. Semangat bermain musik masih menggebu pada masa tuanya dengan bermain musik dai gereja (GPIB Getsemani dan GKj Tanjung Priok) bersama keluarga.

1 Maret 2007, sempat hadir dalam Jazz Soiree, Java Jazz Festival untuk menerima award Lifetime Achievement dari Java Jazz Festival.

Kamis, 9 Mei 2007, dalam usia 73 tahun, Didi Tjia tutup usia, berpulang ke Rumah Tuhan dengan meninggalkan 4 orang anak, Michael Tjia, Sandra Marisa Tjia, Ester Tjia, dan Samuel Tjia hasil dari pernikahan dengan Rng. Soebosini Arijati, serta 3 orang cucu, Korinta, Kika dan Mesya

sumber : http://jazz.sendagurau.com