Gabriel Marcel: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Luna Edelweiss (bicara | kontrib)
Luna Edelweiss (bicara | kontrib)
Baris 3: Baris 3:
== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
[[Berkas:Plaque Gabriel Marcel, 21 rue de Tournon, Paris 6.jpg|thumb|left|200px|Batu Nisan Gabriel Marcel]]
[[Berkas:Plaque Gabriel Marcel, 21 rue de Tournon, Paris 6.jpg|thumb|left|200px|Batu Nisan Gabriel Marcel]]
Marcel dilahirkan pada tahun 1889 di [[Paris]].<ref name="Harun"/> <ref name="Bertens">{{id}} Karl Bertens., ''Filsafat Barat Kontemporer - Perancis'', Jakarta: Gramedia, 2001</ref> Karl Bertens menyatakan bahwa ayahnya seorang [[Katolik]] dan ibunya keturunan [[Yahudi]],<ref name="Bertens" /> namun sebuah biografi oleh Adré-Pierre Bizien menyatakan bahwa ayahnya merupakan seorang diplomat agnostik.<ref>http://suite101.fr/article/gabriel-marcel-biographie-dun-philosophe-artiste-aimant-dieu-a27268 Biographie de Gabriel Marcel par Adré-Pierre Bizien</ref> Kematian ibu kandungnya membuat Marcel hidup dalam ketidakbahagiaan, karena ayahnya menikah lagi.<ref name="Bertens" /> Namun berkat kunjungannya ke luar negeri ([[Jerman]] dan [[Italia]]) menjadikan dia berpikir terbuka sejak semula menjadi filsuf.<ref name="Bertens" /> Ia mendapatkan gelar [[sarjana]] dalam filsafat pada tahun 1910 di [[Universitas Sorbonne]] pada usia 20 tahun.<ref name="Harun" /> Pada awalnya ia tertarik dengan [[idealisme]] dan menolah [[positivisme]], namun kemudian mengikuti [[eksistensialisme]].<ref name="Harun"/>
Marcel dilahirkan pada tahun 1889 di [[Paris]].<ref name="Harun"/> <ref name="Bertens">{{id}} Karl Bertens., ''Filsafat Barat Kontemporer - Perancis'', Jakarta: Gramedia, 2001</ref> Karl Bertens menyatakan bahwa ayahnya seorang [[Katolik]] dan ibunya keturunan [[Yahudi]],<ref name="Bertens" /> namun sebuah biografi oleh André-Pierre Bizien menyatakan bahwa ayahnya merupakan seorang diplomat agnostik.<ref>http://suite101.fr/article/gabriel-marcel-biographie-dun-philosophe-artiste-aimant-dieu-a27268 Biographie de Gabriel Marcel par Adré-Pierre Bizien</ref> Kematian ibu kandungnya membuat Marcel hidup dalam ketidakbahagiaan, karena ayahnya menikah lagi.<ref name="Bertens" /> Namun berkat kunjungannya ke luar negeri ([[Jerman]] dan [[Italia]]) menjadikan dia berpikir terbuka sejak semula menjadi filsuf.<ref name="Bertens" /> Ia mendapatkan gelar [[sarjana]] dalam filsafat pada tahun 1910 di [[Universitas Sorbonne]] pada usia 20 tahun.<ref name="Harun" /> Pada awalnya ia tertarik dengan [[idealisme]] dan menolah [[positivisme]], namun kemudian mengikuti [[eksistensialisme]].<ref name="Harun"/>


Ia mengajar di perbagai Lycees secara berpindah-pindah; Vendome (1911-1912), [[Paris]] (1915-1918, 1939-1941), Sens (1919-1922) dan di [[Montpellier]] (1941) yang tidak diduduki tentara [[Jerman]] di wilayah selatan.<ref name="Bertens"/> Lalu pada masa [[Perang Dunia I]] dia bekerja di [[Palang Merah]], dalam tugas pencarian orang-orang hilang, dia memiliki pandangan bahwa manusia kongkret tidak bisa disamakan dengan data yang terdapat dalam [[arsip]], [[formulir]], atau surat resmi lainnya.<ref name="Bertens"/> Pada tahun 1919 ia menikahi Jacqueline Boegner, kemenakan pendeta Boegner yang terkenal sebagai tokoh gerakan [[Oikumene]].<ref name="Bertens"/> Melalui pencarian yang panjang, akhirnya Marcel masuk [[Katolik]] pada tahun 1929.<ref name="Bertens"/> Di sini dia bertemu dengan penulis [[drama]] bernama Francois Mauriac.<ref name="Bertens"/> Mungkin hal inilah yang menyebabkan Marcel menolak sistematisasi dalam karya-karyanya.<ref name="Bertens"/> Marcel juga menulis karya-karya dalam bentuk drama sangat banyak jumlahnya.<ref name="Bertens"/>
Ia mengajar di perbagai Lycees secara berpindah-pindah; Vendome (1911-1912), [[Paris]] (1915-1918, 1939-1941), Sens (1919-1922) dan di [[Montpellier]] (1941) yang tidak diduduki tentara [[Jerman]] di wilayah selatan.<ref name="Bertens"/> Lalu pada masa [[Perang Dunia I]] dia bekerja di [[Palang Merah]], dalam tugas pencarian orang-orang hilang, dia memiliki pandangan bahwa manusia kongkret tidak bisa disamakan dengan data yang terdapat dalam [[arsip]], [[formulir]], atau surat resmi lainnya.<ref name="Bertens"/> Pada tahun 1919 ia menikahi Jacqueline Boegner, kemenakan pendeta Boegner yang terkenal sebagai tokoh gerakan [[Oikumene]].<ref name="Bertens"/> Melalui pencarian yang panjang, akhirnya Marcel masuk [[Katolik]] pada tahun 1929.<ref name="Bertens"/> Di sini dia bertemu dengan penulis [[drama]] bernama Francois Mauriac.<ref name="Bertens"/> Mungkin hal inilah yang menyebabkan Marcel menolak sistematisasi dalam karya-karyanya.<ref name="Bertens"/> Marcel juga menulis karya-karya dalam bentuk drama sangat banyak jumlahnya.<ref name="Bertens"/>

Revisi per 30 Agustus 2014 13.11

Gabriel Marcel adalah seorang filsuf dari Perancis, dan merupakan salah satu filsuf fenomenologi dan eksistensialis yang berpengaruh besar di Perancis.[1] Selain sebagai filsuf, ia dikenal juga sebagai musisi, kritikus drama, dan pengarang.[1] Tulisan-tulisan filsafat Marcel seringkali ditulis dalam bentuk drama.[1]

Riwayat Hidup

Batu Nisan Gabriel Marcel

Marcel dilahirkan pada tahun 1889 di Paris.[2] [3] Karl Bertens menyatakan bahwa ayahnya seorang Katolik dan ibunya keturunan Yahudi,[3] namun sebuah biografi oleh André-Pierre Bizien menyatakan bahwa ayahnya merupakan seorang diplomat agnostik.[4] Kematian ibu kandungnya membuat Marcel hidup dalam ketidakbahagiaan, karena ayahnya menikah lagi.[3] Namun berkat kunjungannya ke luar negeri (Jerman dan Italia) menjadikan dia berpikir terbuka sejak semula menjadi filsuf.[3] Ia mendapatkan gelar sarjana dalam filsafat pada tahun 1910 di Universitas Sorbonne pada usia 20 tahun.[2] Pada awalnya ia tertarik dengan idealisme dan menolah positivisme, namun kemudian mengikuti eksistensialisme.[2]

Ia mengajar di perbagai Lycees secara berpindah-pindah; Vendome (1911-1912), Paris (1915-1918, 1939-1941), Sens (1919-1922) dan di Montpellier (1941) yang tidak diduduki tentara Jerman di wilayah selatan.[3] Lalu pada masa Perang Dunia I dia bekerja di Palang Merah, dalam tugas pencarian orang-orang hilang, dia memiliki pandangan bahwa manusia kongkret tidak bisa disamakan dengan data yang terdapat dalam arsip, formulir, atau surat resmi lainnya.[3] Pada tahun 1919 ia menikahi Jacqueline Boegner, kemenakan pendeta Boegner yang terkenal sebagai tokoh gerakan Oikumene.[3] Melalui pencarian yang panjang, akhirnya Marcel masuk Katolik pada tahun 1929.[3] Di sini dia bertemu dengan penulis drama bernama Francois Mauriac.[3] Mungkin hal inilah yang menyebabkan Marcel menolak sistematisasi dalam karya-karyanya.[3] Marcel juga menulis karya-karya dalam bentuk drama sangat banyak jumlahnya.[3]

Marcel sangat mencintai seni, hal ini terlihat dari musik yang juga menjadikannya berarti, misalnya tokoh J.S Bach, seorang musisi pada zaman Barok.[5] J.S Bach, bagi Marcel lebih penting dibanging Pascal, St. Agustinus maupun pengaran siapa pun.[3] Dia adalah pemain piano yang sangat profesional.[3]

Marcel banyak diundang untuk memberikan ceramah dan mengajar; di [Jerman]], Norwegia, Portugal, Amerika Serikat, Kanada, Amerika Selatan, Jepang, Maroko dan Libanon.[3] Penghargaan yang pernah ia terima adalah diangkat sebagai anggota Institut de France, hadiah sastra Perancis, hadiah Goethe dari kota hamburg, hadian perdamaian dari toko buku Jerman, hadiah Erasmus dari Belanda dsb.[3] Ia meninggal dunia pada tahun 1973.[2][3]

Karya-karya yang dihasilkan

Bentuk-bentuk karya Marcel tidaklah sistematis, namun berifat buku harian, artikel-artikel dan kumpulan ceramah.[3]

  • 'Journal Metaphysique (1927) - Buku harian metafisis
  • Position et Approaches concrete du mystere ontologiquo (1933) - Perumusan pendekatan-pendekatan konkret terhadap misteri ontologi
  • Etre et avoir (1935 - Ada dan mempunyai
  • Homo Viator (1945) - manusia yang sedang berjalan
  • Le Mistere de L'etre (1951) - Misteri Ada
  • Les hommes contre l'humaine (1951)- Manusia melawan manusiawi
  • L'homme problematique (1955)- Manusia sebagai problem
  • Presence et immortalite (1959) - Kehadiran dan kebakaan
  • la dignite humaine (1964) - Martabat manusia
  • Paix sur tere (1965)- Damai di bumi

Teori Pemikiran

pemikiran filisofis

Marcel sangat menonjol dalam menolak filsafat sebagai sistem, sehingga sulit untuk memahaminya baik sari isi maupun penguraiannya.[3] Ia mencapai puncak pemikiran pada era Perang Dunia II.[3] Dalam menuliskan tantang filsafat yang berhubungan dengan keagamaan, dia lebih suka disebut neosokratisme dibanding eksistensialisme kristiani.[3] Hal ini didasarkan pada pikiran Marcel yang menghargai hal-hal yang tidak sistematis, seolah-olah filsafatnya sudah lengkap.[3]

Metode Folosofis

Sebagai filsuf sekaligus dramawan, dia tidak memisahkan aktivitas itu, malah drama merupakan salah satu cara terbaik dalam mengungkapkan gagasan pikirannya sekaligus langsung berdampak pada orang banyak.[6] Dia menyebutnya "kehidupan memanjat ke pemikiran", di mana yang utama adalah hidup itu sendiri yang kemudian dipikirkan.[6] Dengan menekankan kaitan antara realitas dan pemikiran, maka dia menolak rasionalisme dan empirisme yang selama ini mendominasi filsafat modern. Dia bertolak dari cara eksistesialisme, warisan atau pengaruh dari Kierkegaard, Heidegger dan Jasper.[6] Eksistensi adalah seluruk kompleks yang meliputi semua faktor kongkret, hal ini dari peristiwa hidup yang digumuli secara pribadi oleh Marcel. Eksistensi tidak lebih penting dari esensi atau obyektifitas, dan hal ini dapat dialami dan bermakna ketika manusia memiliki relasi dengan manusia lain.[3] Peralihan itu memiliki 3 fase; admiration atau kekaguman, reflextion atau perenungan dan exploration atau eksplorasi.[6]

Marcel menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan harus bersama manusia-manusia lainnya.[2] Akan tetapi, manusia juga memiliki kebebasan yang bersifat otonom.[2] Otonomi inilah yang membuat manusia dapat melakukan pilihan, yaitu mengatakan "ya" atau "tidak" terhadap segala sesuatu yang dihadapinya.[2] Akan tetapi, manusia harus juga terbuka terhadap orang lain.[2] Jika tidak, manusia akan menjadi terasing, bukan saja dari sesamanya, tetapi dari dirinya sendiri.[2]

Kekaguman kepada apa yang ada pada diri kita, kemudian kita refleksikan apa yang kita kagumi. Fase kekaguman meliputi dua hal; 1. abstrak, analistis, obyektif, universal, dapat diverifikasi, dan 2. tidak memikirkan logika, namun dialog, tidak memikirkan obyek namun persona.[6] tahap ini dapat menguak Ada namun juga tetap tersembunyi. fase yang ketiga adalah eksplorasi yang melampaui pemikiran aktif, di sinilah kita menemukan yang ekspisit. Hal ini oleh Roger Troisfontaines disebut sebagai psikoanalisa ontologis.[6]

"Ada" dan "Mempunyai"

Bagi Marcel kata "mempunyai" atau "memiliki" memiliki dua makna, yang pertama memiliki secara otomatis dalam diri sendiri, dan yang kedua adalah memiliki dalam arti di luar diri.[3] Dan secara tahapannya, "Ada" baru "mempunyai", bukan "mempunyai" kemudian "Ada".[3] Relasi di antara dua makna itu nampak dalam tiga aspek relasinya; ekslusivitas yaitu "milik saya pribadi" bukan orang lain, yang kedua adalah memelihara agar tidak hilang "apa yang kita miliki" itu, dan yang ketiga adalah adanya kuasa atas "apa yang kita miliki". Dalam hubungan antara pemilik dan yang memiliki itu tidak bisa dipisahkan.[3]

Problem dan Misteri

"Problem" berasal dari bahasa Yunani "pros" artinya "di depan", dan "ballo" adalah "melemparkan", jadi "problem" adalah sesuatu yang diperhadapkan kepada kita di depan.[3] "Problem" berasal dari luar diri kita, sedangkan "misteri" berasal dari dalam diri kita.[3] Problem bisa dipecahkan dengan logika, namun misteri tidak pernah diajukan secara obyektif sehingga tidak bisa dipecahkan.[3] Namun misteri bukan tidak bisa dimengerti sama sekali, namun melampaui pemikiran manusia karena bukan kegelapannya melainkan karena cahayanya yang mengagumkan. Misteri melibatkan diri dalam setiap hidup, namun bukan untuk dipecahkan melainkah untuk dialami dan dipercaya, hal ini bukan hanya dalam keagamaan.[6] Maka problem bisa dikatakan diliputi suasana "mempunyai" sedangkan misteri diliputi oleh "Ada" Hal selanjutnya adalah mengenai teori tentang tubuh, kehadiran dan "Engkau Absolut" yang lebih bersifat misteri.[6]

Engkau Absolut berbicara mengenai Allah. Melalui relasi dengan orang lain, bagi Marcel dapat menghantarkan kita kepada kehadiran dari "Yang Lain" atau Tuhan.[6] Di sinilah maka kepercayaan, iman, dan harapan tidak memerlukan pembuktian sistematis maupun logika yang empiris.[6]

Referensi

  1. ^ a b c (Inggris)K.R. Hanley. 1999. "Marcel, Gabriel". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 834-835. London: Cambridge University Press.
  2. ^ a b c d e f g h i Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 174-177.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab (Indonesia) Karl Bertens., Filsafat Barat Kontemporer - Perancis, Jakarta: Gramedia, 2001
  4. ^ http://suite101.fr/article/gabriel-marcel-biographie-dun-philosophe-artiste-aimant-dieu-a27268 Biographie de Gabriel Marcel par Adré-Pierre Bizien
  5. ^ (Indonesia)Karl-Edmund Prier., Sejarah Musik – Jilid 2', Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 2007
  6. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Brendan Sweetman., The vision of Gabriel Marcel: epistemology, human person, the transcendent, New York: Edition Rodopi B.V, 2008