Aksara Kawi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
NextJi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 66: Baris 66:
<!--file:Kawi Script Abecedarium.jpg|Abecedarium Aksara Kawi dari Desa Jeruk-->
<!--file:Kawi Script Abecedarium.jpg|Abecedarium Aksara Kawi dari Desa Jeruk-->
File:Shape variants of Kawi script.jpg|Berbagai macam variasi bentuk aksara Kawi
File:Shape variants of Kawi script.jpg|Berbagai macam variasi bentuk aksara Kawi
File:kawijawa.png|Poster Aksara Kawi yang telah dibakukan disertai bunyi dalam [[IPA]] dan [[Aksara Jawa]]
File:Copy of a stone stele written in Kawi script.jpg|Reproduksi sebuah prasasti bertulis Kawi yang disimpan di Museum Budaya Batavia
File:Copy of a stone stele written in Kawi script.jpg|Reproduksi sebuah prasasti bertulis Kawi yang disimpan di Museum Budaya Batavia
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beschreven steen TMnr 10026881.jpg|Prasasti bertulis Kawi yang difoto di Sumatera
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beschreven steen TMnr 10026881.jpg|Prasasti bertulis Kawi yang difoto di Sumatera

Revisi per 9 Agustus 2014 04.59

Aksara Kawi
Jenis aksara
Abugida
BahasaIndonesia, Filipina, Malaysia
Periode
abad ke-8 8th–abad ke-16
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
Sunda
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Aksara Kawi (dari bahasa Sansekerta kavi yang berarti 'pujangga')[1] adalah aksara Brahmi historis yang pernah digunakan di wilayah maritim Asia tenggara sekitar abad 8 hingga 16 Masehi. Aksara ini terutama digunakan di wilayah Jawa dan Bali, Indonesia, namun beberapa prasasti bertulis Kawi telah ditemukan sampai sejauh Filipina.[2] Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sansekerta dan Jawa kuno. [1]

Aksara Kawi pada perkembangannya menjadi nenek moyang dari aksara-aksara tradisional Indonesia seperti aksara Jawa, Bali, Sunda, dn lain-lain.[1]

Ciri-ciri

Suku kata /ka/ ditulis dengan satu huruf. Tanda baca mengubah, menambah, atau menghilangkan vokal suku kata tersebut. Huruf mempunyai bentuk subskrip untuk menulis tumpukan konsonan.

Aksara Kawi adalah sebuah abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan sebuah suku kata dengan vokal /a/yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara ditulis tanpa spasi (scriptio continua). Aksara Kawi memiliki sekitar 47 huruf, namun terdapat sejumlah huruf yang bentuk dan penggunaannya tidak diketahui pasti karena sedikitnya contoh yang ditemukan dalam prasasti bertulis Kawi.[1]

Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad Arab), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, namun tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.[2]

Aksara Kawi memiliki bentuk subskrip huruf yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan pasangan dalam aksara Jawa dan pangangge dalam aksara Bali. Namun beberapa inskripsi Aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.[3][4] Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari Kakawin Ramayana :

Jahnī yāhning talaga kadi langit (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari Kakawin Ramayana, 16.31, (Bhramara wilasita)

Sejarah

Aksara Jawa Kuno berasal dari Aksara Pallawa yang mengalami penyederhanaan bentuk huruf pada sekira abad VIII. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan Aksara Brahmi dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (e.g. Aksara Thai, Aksara Batak, Aksara Burma).

Perbedaan terpenting antara Aksara Pallawa dengan Aksara Jawa Kuno antara lain adalah :

  • Aksara Jawa Kuno memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan Aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
  • Aksara Jawa Kuno cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan Aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
  • Aksara Jawa Kuno memiliki bentuk karakter berbeda dibanding Aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.

J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Jawa Kuno, yaitu :

  • Aksara Jawa Kuno Awal / Aksara Kawi Awal (750 – 925 M)
    • Bentuk Kuna : Contohnya terdapat pada Prasasti Dinoyo dari Malang, Prasasti Sangkhara dari Sragen, dan Prasasti Plumpungan dari Salatiga.
    • Bentuk Standar : Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi dan Rakai Balitung; misalnya Prasasti Rukam dari Temanggung, Prasasti Munduan dari Temanggung, dan Prasasti Rumwiga dari Bantul.
  • Aksara Jawa Kuno Akhir / Aksara Kawi Akhir (925 – 1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Medang di Jawa Timur dan Kerajaan Kediri; misalnya Prasasti Lemahabang dari Lamongan, Prasasti Cibadak dari Sukabumi, dan Prasasti Ngantang dari Malang.
  • Aksara Majapahit (sekira antara 1250 – 1450 M) : Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Majapahit; misalnya Prasasti Kudadu dari Mojokerto, Prasasti Adan-adan dari Bojonegoro, dan Prasasti Singhasari dari Malang.

Huruf

Tabel Aksara Jawa Kuno di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad VIII - abad X. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan Aksara Jawa Kuno dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).
Tabel huruf-huruf konsonan Aksara Kawi Tabel huruf-huruf vokal dan angka Aksara Kawi

Galeri

Rujukan

  • Brandes, J. L. A., 1889, Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java, in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII.
  • De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography : A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden & Koln.
  • Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten : Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia.

Catatan kaki

Pranala luar

Lihat pula

Aksara Nusantara