Samadhi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP53Reza (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
BP53Reza (bicara | kontrib)
Melengkapi artikel pilihan.
Baris 26: Baris 26:
Kelima adalah mahasamadhi, ini adalah fase akhir yakni sang meditator telah meninggalkan tubuhnya secara utuh dan pergi menyatu dengan Tuhan.
Kelima adalah mahasamadhi, ini adalah fase akhir yakni sang meditator telah meninggalkan tubuhnya secara utuh dan pergi menyatu dengan Tuhan.


===Menjaga Samadhi===
==== Samadhi mandiri ====


== Samadhi dalam ajaran Budha ==

== Samadhi dalam ajaran Sikh ==

== Menjaga Samadhi ==
Melakukan samadhi membutuhkan kesiapan dan niat yang kuat, bahkan mempertahankan kemurniannya lebih sulit lagi. Tingkatan samadhi yang dasar seperti laya dan savikalpa sifatnya temporer dan dapat terhapus dalam waktu singkat. Kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan tingkatan samadhi disebabkan oleh ganggguan-gangguan dari dalam diri sendiri seperti emosi dan pikiran. Sebaliknya, orang yang telah menempuh ajaran samadhi hingga ke tingkat nirvikalpa pun harus tetap menjaga kesadarannya di alam dunia nyata. Oleh karena itu seorang yang hendak belajar samadhi sebaiknya meminta bantuan seorang guru spiritual yang disebut dhamma.
Melakukan samadhi membutuhkan kesiapan dan niat yang kuat, bahkan mempertahankan kemurniannya lebih sulit lagi. Tingkatan samadhi yang dasar seperti laya dan savikalpa sifatnya temporer dan dapat terhapus dalam waktu singkat. Kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan tingkatan samadhi disebabkan oleh ganggguan-gangguan dari dalam diri sendiri seperti emosi dan pikiran. Sebaliknya, orang yang telah menempuh ajaran samadhi hingga ke tingkat nirvikalpa pun harus tetap menjaga kesadarannya di alam dunia nyata. Oleh karena itu seorang yang hendak belajar samadhi sebaiknya meminta bantuan seorang guru spiritual yang disebut dhamma.


=== Keadaan fisik ketika bersamadhi ===
== Kondisi fisik dalam fase Samadhi ==
Hingga saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum dapat menjelaskan fenomena aneh yang terjadi dalam tubuh sang meditator ketika melakukan samadhi. Meski demikian, sebenarnya para ilmuwan Hindu telah bertahun-tahun lamanya berusaha menjelaskan fenomena samadhi.
Hingga saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum dapat menjelaskan fenomena aneh yang terjadi dalam tubuh sang meditator ketika melakukan samadhi. Meski demikian, sebenarnya para ilmuwan Hindu telah bertahun-tahun lamanya berusaha menjelaskan fenomena samadhi.


==== Keterangan berdasarkan para agamawan Hindu ====
=== Pandangan para agamawan ===
Beberapa tokoh atau narasumber yang menerangkan mengenai fenomena samadhi adalah:
Beberapa tokoh atau narasumber yang menerangkan mengenai fenomena samadhi adalah:


Baris 48: Baris 53:
Mahopanishad berpendapat bahwa ketika fase samadhi muncul seluruh pikiran dan ambisi lenyap tak ada bekas. Seorang yogi menjadi tidak menyadari apakah dirinya sedang tertidur, bermimpi, ataupun sadar diri karena mereka telah berada dalam kondisi sempurna. Lalu menurut Yogdarshanam, ketika seluruh tubuh dan eksistensi alam nampak tenang, maka seseorang telah mencapai fase samadhi.
Mahopanishad berpendapat bahwa ketika fase samadhi muncul seluruh pikiran dan ambisi lenyap tak ada bekas. Seorang yogi menjadi tidak menyadari apakah dirinya sedang tertidur, bermimpi, ataupun sadar diri karena mereka telah berada dalam kondisi sempurna. Lalu menurut Yogdarshanam, ketika seluruh tubuh dan eksistensi alam nampak tenang, maka seseorang telah mencapai fase samadhi.


=== Pandangan para ilmuwan ===
==== Studi kasus dari bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ====
'''Gelombang otak'''

'''Studi kasus'''

Dalam sebuh penelitian, dengan mengggunakan elektrogram, menemukan bahwa detak jantung dan aliran listrik biologis di dalam tubuh sang yogi ketika berada dalam fase samadhi benar-benar lemah dan cenderung untuk berhenti berdetak. Hal ini dibuktikan dalam risetnya kepada seorang pria berumur 60 tahun yang pernah melakukan samadhi di bawah tanah selama delapan hari. Sebuah benda bernama elektrogram, disingkat ECG, diletakkan bersamanya dan melakukan pengawasan pada jantungya sebelum dan setelah melakukan yoga.
Dalam sebuh penelitian, dengan mengggunakan elektrogram, menemukan bahwa detak jantung dan aliran listrik biologis di dalam tubuh sang yogi ketika berada dalam fase samadhi benar-benar lemah dan cenderung untuk berhenti berdetak. Hal ini dibuktikan dalam risetnya kepada seorang pria berumur 60 tahun yang pernah melakukan samadhi di bawah tanah selama delapan hari. Sebuah benda bernama elektrogram, disingkat ECG, diletakkan bersamanya dan melakukan pengawasan pada jantungya sebelum dan setelah melakukan yoga.


Baris 55: Baris 64:
Baru lah pada hari ketujuh, elektrograf kembali mendeteksi aktifitas detak jantung sang yogi, hal ini dikarenakan sang yogi telah mengetahui terlebih dahulu bahwa mendekati hari ke delapan pintu lubang akan dibuka. Setelah penelitian tersebut dilakukan, sayangnya hingga saat ini para peneliti tersebut belum bisa memberikan kesimpulan mengenai penelitian tersebut.
Baru lah pada hari ketujuh, elektrograf kembali mendeteksi aktifitas detak jantung sang yogi, hal ini dikarenakan sang yogi telah mengetahui terlebih dahulu bahwa mendekati hari ke delapan pintu lubang akan dibuka. Setelah penelitian tersebut dilakukan, sayangnya hingga saat ini para peneliti tersebut belum bisa memberikan kesimpulan mengenai penelitian tersebut.


=== Para tokoh pelaku Samadhi ===
== Para tokoh pelaku Samadhi ==
Terdapat beberapa tokoh agama dan yogi terkenal yang pernah berhasil melakukan samadhi dan menerbitkan hasil pengalaman spiritualnya. Tokoh-tokoh tersebut sangat banyak jumlahnya, tapi beberapa di antaranya memiliki pengalaman yang cukup menarik di antara yang lainnya, mereka adalah:
Terdapat beberapa tokoh agama dan yogi terkenal yang pernah berhasil melakukan samadhi dan menerbitkan hasil pengalaman spiritualnya. Tokoh-tokoh tersebut sangat banyak jumlahnya, tapi beberapa di antaranya memiliki pengalaman yang cukup menarik di antara yang lainnya, mereka adalah:


'''Sri Ramakrishna Paramhansa'''
'''Sri Ramakrishna Paramhansa'''


Paramhansa adalah tokoh dari agama Hindu yang telah banyak diketahui sering melakukan samadhi berkali-kali dalam hidupnya. Selama bermeditasi, Ramakrishna dapat duduk dalam keadaan tetap dan tenang selama berjam-jam dan perlahan kembali lagi dalam keadaan normalnya. Anehnya, jantungnya sama sekali tidak berdetak selama samadhi.
Paramhansa adalah tokoh dari agama Hindu yang telah banyak diketahui sering melakukan samadhi berkali-kali dalam hidupnya. Selama bermeditasi, Ramakrishna dapat duduk dalam keadaan tetap dan tenang selama berjam-jam dan perlahan kembali lagi dalam keadaan normalnya. Anehnya, jantungnya sama sekali tidak berdetak selama samadhi. Selain itu, Sri Totapuri, guru dari Paramhansa juga pernah menceritakan bahwa muridnya pernah melakukan nirvikalpa samadhi. Ceritanya pada suatu hari Ia hendak menemui Paramhansa di rumahnya, setibanya dia di sana sama sekali tak ada yang menjawab salamnya. Tiga hari berlalu, dia pun penasaran dan membuka pintu dengan paksa. Betapa terkejut dia ketika melihat Parmhansa ternyata duduk dengan tenang, tidak berubah sejak terakhir kali Ia meninggalkannya. Dia pun langsung mengecek kondisinya, dan dia sama sekali tidak merasakan detak jantung atau pun aliran nafas. Dia menyimpulkan pada saat itu Paramhansa sedang melakukan nirvikalpa samadhi.

'''Nirvikalp Samadhi selama tiga hari'''

Sri Totapuri, guru dari Paramhansa pernah menceritakan bahwa muridnya pernah melakukan nirvikalpa samadhi. Ceritanya pada suatu hari Ia hendak menemui Paramhansa di rumahnya, setibanya dia di sana sama sekali tak ada yang menjawab salamnya. Tiga hari berlalu, dia pun penasaran dan membuka pintu dengan paksa. Betapa terkejut dia ketika melihat Parmhansa ternyata duduk dengan tenang, tidak berubah sejak terakhir kali Ia meninggalkannya. Dia pun langsung mengecek kondisinya, dan dia sama sekali tidak merasakan detak jantung atau pun aliran nafas. Dia menyimpulkan pada saat itu Paramhansa sedang melakukan nirvikalpa samadhi.


'''Sri Chaitanya Mahaprabhu'''
'''Sri Chaitanya Mahaprabhu'''
Baris 73: Baris 78:


Lahiri Mahasaya adalah satu-satunya tokoh dari Hindu yang dapat melakukan samadhi tanpa perlu bermeditasi; Ia dapat masuk ke dalam fase samadhi sambil berbicara. Suatu hari muridnya dokter Chandramohan mengobrol dan bercanda-canda dengan Lahiri Mahasaya. Mahasaya pun bertanya apakah pertanda orang meninggal, dan muridnya mengatakan bahwa detak jantungya pasti lah berhenti. Mahasaya meminta Chandramohan memeriksa denyut nadinya, tidak berdenyut, Chandramohan pun kaget.
Lahiri Mahasaya adalah satu-satunya tokoh dari Hindu yang dapat melakukan samadhi tanpa perlu bermeditasi; Ia dapat masuk ke dalam fase samadhi sambil berbicara. Suatu hari muridnya dokter Chandramohan mengobrol dan bercanda-canda dengan Lahiri Mahasaya. Mahasaya pun bertanya apakah pertanda orang meninggal, dan muridnya mengatakan bahwa detak jantungya pasti lah berhenti. Mahasaya meminta Chandramohan memeriksa denyut nadinya, tidak berdenyut, Chandramohan pun kaget.

== Kontroversi ==

Revisi per 25 Juni 2014 15.40

Samadhi (bahasa Sansekerta : समाधि) adalah sebuah ritual konsentrasi tingkat tinggi, melampaui kesadaran alam jasmani, dalam bermeditasi atau dhyana, yang terdapat dalam agama Hindu , Budha , Jainisme , Sikhisme dan yoga sekolah adalah tingkat yang lebih tinggi terkonsentrasi meditasi , atau dhyana. Dalam keadaan samadhi, kemampuan analitis dan logika menjadi tak berfungsi atau diam. Samadhi, adalah tahap akhir dan tertinggi dari Yoga, dan dalam keadaan bersamadhi seseorang merubah dirinya menjadi wujud trasendental gejalanya mewakili dirinya sebagai negara transendental, bahkan kesadarannya mungkin akan terlepas dari tubuh. Menurut Bhargava Dictionary Samadhi adalah ritual terkuat dari yoga di mana seseorang memperoleh kekuatan untuk menangguhkan hubungan antara tubuh dan jiwa selama yang Ia suka. Dalam tradisi Yoga Ashtanga, ritual samadhi adalah ritual yoga tingkat delapan dan terakhir berdasarkan buku Yoga Sutra dari Patañjali.

Dalam hal Kesadaran, digambarkan bahwa samadhi menekankan non-dualistik, di mana kesadaran subjek menjadi satu dengan obyek yang dialami atau yang ada diluarnya, dan di saat ini juga pikiran menjadi diam, terfokus pada satu hal atau terkonsentrasi sementara orang tetap sadar. Sedangkan dalam ajaran Buddha ,hal ini dapat juga merujuk keadaan patuh di mana pikiran menjadi sangat tenang dan sama sekali tidak menyatu dengan obyek perhatian, dengan demikian dapat diperoleh wawasan dan aliran perubahaan mengenai pengalaman.

Etimologi

Kata samadhi pertama kali digunakan dalam literatur bahasa Sansekerta dalam kitab Maitri Upanishad.

Kata samadhi sendiri secara umum berarti “konsentrasi” atau “tak terganggu”, sedangkan secara istilah pembangkitan kesadaran dengan cara melakukan meditasi. Lalu, ditelusuri etimologi kata tersebut berasal dari bahasa Pali yang merupakan gabungan dari awalan sam (berarti “kesatuan” atau “integrasi”), a (“menuju”), dan terakhir dha (“pencapaian tujuan atau intelektual”). Pendapat lainnya mengatakan samadhi merupakan kata kerja dari samadahati yang berarti “meletakkan segalanya, berkonsentrasi, menggabungkan” segala hal yang ada di dalam benak atau pikiran. Pendapat lainnya mengatakan bahwa makna kata samadhi adalah keadaan setimbang (sama) dari pelepasan intelektual manusia (dhi). Selain itu istilah ini bisa juga diartikan sebagai keseragaman (sam) dan penetapan (dhi) yang berarti menetapkan diri untuk sepenuhnya seragam dalam kesadaran diri yang hakiki.Jadi dari etimologi tersebut ditarik kesimpulan bahwa samadhi adalah usaha untuk memeperoleh keseluruhan, tujuan, atau kebenaran (samapatti).

Samadhi dalam ajaran Hindu

Dalam ajaran Hindu, Samadhi merupakan bagian dari tata cara ritual beragama yang dijelaskan di kitab Yoga Sutra pada bab pertama dengan judul Samadhi-pada. Begitu Vyasa, seorang tokoh berpengaruh dalam ajaran Hindu dan juga pengarang buku Mahabharata menjelaskan mengenai samadhi yang sama saja seperti yoga dari segi prakteknya.

Selain itu, ajaran hindu juga tidak hanya menekankan konsep samadhi sebagai keadaan damai yang tanpa isi, melainkan seseorang merubah kesadarannya menjadi fokus pada rasa bahagia dan tenteram mengikuti aliran kehidupan.

Tingkatan Samadhi dalam ajaran hindu

Dalam ajaran Hindu, samadhi dibagi menjadi lima tingkatan: laya samadhi, savikalpa samadhi, nirvikalpa samadhi, sahaja samadhi, dan mahasamadhi.

Pada tingkat laya samadhi seseorang mengenal untuk pertama kalinya bentuk dari kedamaian dan kebagiaan melalui nyanyian, tarian, atau aktifitas harian lainnya. Pada fase ini seseorang mulai menumbuhkan dan mengenal bakat potensial dalam dirinya untuk melanjutkan samadhi ke tingkat berikutnya.

Dalam tingkatan kedua, savikalpa samadhi, sang meditator akan megalami sensasi perjalanan ruang dan waktu secara berbeda. Pada masa-masa samadhi ini, sang medtator berusaha memahami penyempurnaan samadhi. Segala macam perasaan dan pikiran-pikiran membanjiri benaknya, tetapi secara sadar dia memadamkannya.

Yang ketiga adalah Nirvikalpa Samadhi, yang mana dalam fase ini sang pertapa akan mengalami puncak kebahagiaan yang luar biasa. Dia merasakan seakan-akan dunia dan seisinya berjalan mengikuti dirinya. Seseorang biasanya dapat mengalami fase Nirvikalpa Samadhi dalam beberapa jam atau beberapa hari, dan hanya orang-orang dengan kekuatan spiritual tertinggi yang bisa mengalami hal ini. Orang dalam fase ini juga dikabarkan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi layaknya manusia biasa.

Yang keempat adalah Sahaja Samadhi yaitu sebuah fase supremasi dari samadhi, yakni sang meditator telah sepenuhnya menguasai dunia spiritual dan kesulitan memahami dunia materi. Saat mengalami sahaja samadhi seseorang akan merasa telah dekat dengan zat sang maha kuasa.

Kelima adalah mahasamadhi, ini adalah fase akhir yakni sang meditator telah meninggalkan tubuhnya secara utuh dan pergi menyatu dengan Tuhan.

Samadhi mandiri

Samadhi dalam ajaran Budha

Samadhi dalam ajaran Sikh

Menjaga Samadhi

Melakukan samadhi membutuhkan kesiapan dan niat yang kuat, bahkan mempertahankan kemurniannya lebih sulit lagi. Tingkatan samadhi yang dasar seperti laya dan savikalpa sifatnya temporer dan dapat terhapus dalam waktu singkat. Kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan tingkatan samadhi disebabkan oleh ganggguan-gangguan dari dalam diri sendiri seperti emosi dan pikiran. Sebaliknya, orang yang telah menempuh ajaran samadhi hingga ke tingkat nirvikalpa pun harus tetap menjaga kesadarannya di alam dunia nyata. Oleh karena itu seorang yang hendak belajar samadhi sebaiknya meminta bantuan seorang guru spiritual yang disebut dhamma.

Kondisi fisik dalam fase Samadhi

Hingga saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum dapat menjelaskan fenomena aneh yang terjadi dalam tubuh sang meditator ketika melakukan samadhi. Meski demikian, sebenarnya para ilmuwan Hindu telah bertahun-tahun lamanya berusaha menjelaskan fenomena samadhi.

Pandangan para agamawan

Beberapa tokoh atau narasumber yang menerangkan mengenai fenomena samadhi adalah:

Shiv Puran

Shiv Puran adalah salah satu sumber kuno dari India yang menjelaskan mengenai fenomena Samadhi dalam diri seseorang. Menurutnya, segala kesadaran secara keseluruhan kembali ke dalam tubuh sang meditator hingga dalam jumlah terkecil, lalu kesadaran ini terkurung di dalam dirinya, meskipun pada saat itu Ia terlihat tenang, tidak bergerak. Selain itu, pada saat bersamadhi, seseorang tidak dapat memikirkan tentang hal lain atau pun mempercayai sesuatau, dan mereka kehilangan fungsi indranya: kulit tidak merasakan sentuhan, telinga tak dapat mendengar apapun, hidung tidak dapat mencium bau, lidah tidak dapat merasa. Tubuh orang tersebut kaku layaknya pohon, dan ketika mereka berhasil menyatukan diri dengan sang Brahma (dewa alam semesta) maka Ia telah berada dalam zona samadhi.

Hath Yog Pradipika

Teks Yog Hath Pradipika menjelaskan bahwa orang yang melakukan samadhi melampaui alam sadar dan segala macam rasa, mental dan fisik. Seorang yogi yang dalam keadaan samadhi kesadaran di dalam dan di luar dirinya ternatrilisir menjadi nol, berubah menjadi ketenangan absolut. Ketenangan absolut ini sama seperti tubuh yang tak bernyawa.

Patanjali Yogdarshanam dan Mahopanishad

Mahopanishad berpendapat bahwa ketika fase samadhi muncul seluruh pikiran dan ambisi lenyap tak ada bekas. Seorang yogi menjadi tidak menyadari apakah dirinya sedang tertidur, bermimpi, ataupun sadar diri karena mereka telah berada dalam kondisi sempurna. Lalu menurut Yogdarshanam, ketika seluruh tubuh dan eksistensi alam nampak tenang, maka seseorang telah mencapai fase samadhi.

Pandangan para ilmuwan

Gelombang otak

Studi kasus

Dalam sebuh penelitian, dengan mengggunakan elektrogram, menemukan bahwa detak jantung dan aliran listrik biologis di dalam tubuh sang yogi ketika berada dalam fase samadhi benar-benar lemah dan cenderung untuk berhenti berdetak. Hal ini dibuktikan dalam risetnya kepada seorang pria berumur 60 tahun yang pernah melakukan samadhi di bawah tanah selama delapan hari. Sebuah benda bernama elektrogram, disingkat ECG, diletakkan bersamanya dan melakukan pengawasan pada jantungya sebelum dan setelah melakukan yoga.

Pada hari pertama yoga, grafik indikator detak jantung masih menunjukkan keadaan normal, detak jantung masih terdeteksi. Di hari kedua, setelah seorang yogi berada di dalam lubang selama 29 jam, garis grafik melemah pertanda tak ada aliran listrik biologis dari dalam tubuh; jantung sang yogi berhenti. Kejadian ini berlangsung hingga berhari-hari.

Baru lah pada hari ketujuh, elektrograf kembali mendeteksi aktifitas detak jantung sang yogi, hal ini dikarenakan sang yogi telah mengetahui terlebih dahulu bahwa mendekati hari ke delapan pintu lubang akan dibuka. Setelah penelitian tersebut dilakukan, sayangnya hingga saat ini para peneliti tersebut belum bisa memberikan kesimpulan mengenai penelitian tersebut.

Para tokoh pelaku Samadhi

Terdapat beberapa tokoh agama dan yogi terkenal yang pernah berhasil melakukan samadhi dan menerbitkan hasil pengalaman spiritualnya. Tokoh-tokoh tersebut sangat banyak jumlahnya, tapi beberapa di antaranya memiliki pengalaman yang cukup menarik di antara yang lainnya, mereka adalah:

Sri Ramakrishna Paramhansa

Paramhansa adalah tokoh dari agama Hindu yang telah banyak diketahui sering melakukan samadhi berkali-kali dalam hidupnya. Selama bermeditasi, Ramakrishna dapat duduk dalam keadaan tetap dan tenang selama berjam-jam dan perlahan kembali lagi dalam keadaan normalnya. Anehnya, jantungnya sama sekali tidak berdetak selama samadhi. Selain itu, Sri Totapuri, guru dari Paramhansa juga pernah menceritakan bahwa muridnya pernah melakukan nirvikalpa samadhi. Ceritanya pada suatu hari Ia hendak menemui Paramhansa di rumahnya, setibanya dia di sana sama sekali tak ada yang menjawab salamnya. Tiga hari berlalu, dia pun penasaran dan membuka pintu dengan paksa. Betapa terkejut dia ketika melihat Parmhansa ternyata duduk dengan tenang, tidak berubah sejak terakhir kali Ia meninggalkannya. Dia pun langsung mengecek kondisinya, dan dia sama sekali tidak merasakan detak jantung atau pun aliran nafas. Dia menyimpulkan pada saat itu Paramhansa sedang melakukan nirvikalpa samadhi.

Sri Chaitanya Mahaprabhu

Sri Chaitanya Mahaprabu (1485-1533) adalah seorang yogi yang sering melakukan samadhi dan dapat kembali sadar dengan mudah. Diceritakan pada suatu hari di pantai, Ia pernah kehilangan kesadaran lalu tenggelam di dalam laut. Setelah beberapa jam kemudian, Ia ditemukan oleh seorang nelayan. Sang nelayan panik karena Mahaprabu sama sekali tak sadarkan diri, tetapi perlahan-lahan dia mulai sadar dengan senyuman di wajahnya.

Lahiri Mahasaya

Lahiri Mahasaya adalah satu-satunya tokoh dari Hindu yang dapat melakukan samadhi tanpa perlu bermeditasi; Ia dapat masuk ke dalam fase samadhi sambil berbicara. Suatu hari muridnya dokter Chandramohan mengobrol dan bercanda-canda dengan Lahiri Mahasaya. Mahasaya pun bertanya apakah pertanda orang meninggal, dan muridnya mengatakan bahwa detak jantungya pasti lah berhenti. Mahasaya meminta Chandramohan memeriksa denyut nadinya, tidak berdenyut, Chandramohan pun kaget.

Kontroversi