Buddha: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ya begitulah
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 223.255.231.62) dan mengembalikan revisi 7773786 oleh 36.76.212.73
Baris 27: Baris 27:
Terdapat 5 sila dalam Pancasila Buddhis yaitu:
Terdapat 5 sila dalam Pancasila Buddhis yaitu:
# ''Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
# ''Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
# ''Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang ĢĝĝĜyang tidak diberikan.
# ''Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
# ''Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.
# ''Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.
# ''Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak benar.
# ''Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami'', yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak benar.

Revisi per 24 April 2014 09.50

Patung Buddha di candi Borobudur.

Buddha (Sanskerta: बुद्ध berarti mereka yang sadar atau yang mencapai pencerahan sejati, dari perkataan Sanskerta: "Budh" yang bermakna untuk mengetahui) adalah gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.

Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah:

  • Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha sendiri
  • Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
  • Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma.

Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka.

Tripitaka

  1. Vinaya Pitaka, isinya aturan-aturan sangha untuk biksu atau biksuni.
  2. Sutta Pitaka, isinya tentang wacana-wacana Buddha.
  3. Abhidhamma Pitaka, isinya tentang penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari Buddha.

Tiga Mustika

Tiga Mustika (Sanskrit: त्रिरत्न Triratna or रत्नत्रय Ratna-traya, Pali: तिरतन Tiratana)

  1. Buddha
  2. Dharma
  3. Sangha

Pancasila

Terdapat 5 sila dalam Pancasila Buddhis yaitu:

  1. Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
  2. Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang tidak diberikan.
  3. Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.
  4. Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak benar.
  5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengonsumsi segala zat yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.

Pranala luar