Ibnu Miskawaih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
Baris 47: Baris 47:
==Referensi==
==Referensi==
{{reflist}}
{{reflist}}

== Lihat pula ==

* [[Daftar ilmuwan Iran]]


{{ilmuwan-stub}}
{{ilmuwan-stub}}

Revisi per 18 April 2014 02.53

Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
Ilmuwan Iran
GelarIbn Miskawaih
NamaAhmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
Lahir330 H /932 M
Ray, Ziyarid Iran
Meninggal421 H /1030M
Isfahan, Kakuyid Iran
EtnisPersia
ZamanZaman Kejayaan Islam
Wilayah aktifIran
Minat utamaSejarah, Teologi, Ilmu Keodkteran, Filsafat Akhlak
Karya yang terkenalTadhib al-akhlaq, Al-Fawz al-Asghar, Tajarib al-umam
Dipengaruhi  oleh

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak.[1] Dia lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.[1] [2] Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M. [3] Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. [4] [5]

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama. [1] Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.[2] Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, beliau diangkat menjadi sekretaris dan pustakawan. [2] [5] Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang. [5]

Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih

Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.[3] Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya; terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk diuraikan. [3] Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.[3]

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. [6] Selanjutnya, pemikirannya tentang manusia.[7] Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak auh berbeda dengan para filosof lain.[7] Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.[7]

Dia sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani.[3] Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.[3]

Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).[7] Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.[7] Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.[7]

Karya-karya Ibnu Miskawaih

Ia telah menyusun kitab Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.[2] Kemudian karyanya yang lain adalah Tartib as Sa'adah, buku ini berisi tentang akhlak dan politik.[3] Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).[3]

Dalam bidang sejarah, karyanya Tajarib Al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H.[3] Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang etika dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang metafisika.[3] Bukunya Taharat Al A'raq (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama Tahdhib Al Akhlaq ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.[3]


Referensi

  1. ^ a b c Soemowinoto, Sarwoko (2008).Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan.Jakarta :Penerbit Salemba Medika. Hal 77
  2. ^ a b c d Soedijarto, dkk (2007).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2
  3. ^ a b c d e f g h i j k Nilandari, Ary (2005).Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1
  4. ^ Dahlan, Abdul Aziz (2003).Pemikiran Falsafi dalam Islam.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88
  5. ^ a b c Wahyudin, Udin, dkk (2008).Fiqih.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37
  6. ^ Wahyuddin, dkk (2009).Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52
  7. ^ a b c d e f Maskawaih Ibnu (1389 H).Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2