Ibnu Miskawaih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 16: Baris 16:
|ethnicity = Persia
|ethnicity = Persia
|region = [[Iran]]
|region = [[Iran]]
|main_interests = [[Sejarah]], [[Teologi]], [[Ilmu Keodkteran]], [[Filsafat Akhlak]]
|main_interests = [[Sejarah]], [[Teologi]], Ilmu Keodkteran, Filsafat Akhlak
|notable_ideas=
|notable_ideas=
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam''
|works = ''Tadhib al-akhlaq'', ''Al-Fawz al-Asghar'', ''Tajarib al-umam''
Baris 23: Baris 23:
}}
}}


Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko"> Soemowinoto, Sarwoko (2008).''Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan''.Jakarta :Penerbit Salemba Medika. Hal 77 </ref> Dia lahir di [[Iran]] pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.<ref name="Sarwoko"/> <ref name="Soedijarto"> Soedijarto, dkk (2007).''Ilmu dan Aplikasi Pendidikan''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2 </ref> Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa ke[[khalifah]]an [[Abassiyyah]] yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M. <ref name="Ary"> Nilandari, Ary (2005).''Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran''.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1 </ref> Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. <ref name="Dahlan"> Dahlan, Abdul Aziz (2003).''Pemikiran Falsafi dalam Islam''.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88 </ref> <ref name="Udin"> Wahyudin, Udin, dkk (2008).''Fiqih''.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37 </ref>
Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan [[Muslim]] yang berkonsentrasi pada bidang [[filsafat]] [[akhlak]].<ref name="Sarwoko"> Soemowinoto, Sarwoko (2008).''Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan''.Jakarta :Penerbit Salemba Medika. Hal 77 </ref> Dia lahir di [[Iran]] pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.<ref name="Sarwoko"/> <ref name="Soedijarto"> Soedijarto, dkk (2007).''Ilmu dan Aplikasi Pendidikan''.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2 </ref> Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa ke[[khalifah]]an Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M. <ref name="Ary"> Nilandari, Ary (2005).''Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran''.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1 </ref> Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. <ref name="Dahlan"> Dahlan, Abdul Aziz (2003).''Pemikiran Falsafi dalam Islam''.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88 </ref> <ref name="Udin"> Wahyudin, Udin, dkk (2008).''Fiqih''.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37 </ref>


Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang [[kedokteran]], ketuhanan, maupun [[agama]]. <ref name="Sarwoko"/> Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.<ref name="Soedijarto"/> Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, beliau diangkat menjadi [[sekretaris]] dan [[pustakawan]]. <ref name="Soedijarto"/> <ref name="Udin"/> Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang. <ref name="Udin"/>
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang [[kedokteran]], ketuhanan, maupun [[agama]]. <ref name="Sarwoko"/> Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.<ref name="Soedijarto"/> Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, beliau diangkat menjadi [[sekretaris]] dan [[pustakawan]]. <ref name="Soedijarto"/> <ref name="Udin"/> Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang. <ref name="Udin"/>
Baris 29: Baris 29:
==Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih==
==Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih==


Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya; terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah [[moral]] yang sulit untuk diuraikan. <ref name="Ary"/> Filosofinya sangat logis dan menunjukkan [[koherensi]] serta [[konsistensi]].<ref name="Ary"/>
Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.<ref name="Ary"/> Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari ke[[budaya]]an-kebudayaan sebelumnya; terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah [[moral]] yang sulit untuk diuraikan. <ref name="Ary"/> Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta [[konsistensi]].<ref name="Ary"/>


Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan [[jiwa]] seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. <ref name="Wahyuddin"> Wahyuddin, dkk (2009).''Pendidikan Agama Islam''.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52 </ref> Selanjutnya, pemikirannya tentang [[manusia]].<ref name="Ibnu"> Maskawaih Ibnu (1389 H).''Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq''.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2 </ref> Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak auh berbeda dengan para filosof lain.<ref name="Ibnu"/> Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga [[daya]], yakni daya [[nafsu]] (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya [[berani]] (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.<ref name="Ibnu"/>
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan [[jiwa]] seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. <ref name="Wahyuddin"> Wahyuddin, dkk (2009).''Pendidikan Agama Islam''.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52 </ref> Selanjutnya, pemikirannya tentang [[manusia]].<ref name="Ibnu"> Maskawaih Ibnu (1389 H).''Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq''.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2 </ref> Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak auh berbeda dengan para filosof lain.<ref name="Ibnu"/> Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga [[daya]], yakni daya [[nafsu]] (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.<ref name="Ibnu"/>


Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/>
Dia sering menggabungkan aspek-aspek [[Plato]], [[Aristoteles]], [[Phytagoras]], [[Galen]], dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi [[Yunani]].<ref name="Ary"/> Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha [[kreatif]] menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.<ref name="Ary"/>


Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).<ref name="Ibnu"/> Menurutnya [[watak]] itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.<ref name="Ibnu"/> Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak [[alami]] meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui [[pendidikan]] dan [[pengajaran]].<ref name="Ibnu"/>
Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).<ref name="Ibnu"/> Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.<ref name="Ibnu"/> Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui [[pendidikan]] dan [[pengajaran]].<ref name="Ibnu"/>


==Karya-karya Ibnu Miskawaih==
==Karya-karya Ibnu Miskawaih==

Revisi per 18 April 2014 02.50

Ahmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
Persian scholar
GelarIbn Miskawaih
NamaAhmad Ibn Muhammad Miskawaih Razi
Lahir330 H /932 M
Ray, Ziyarid Iran
Meninggal421 H /1030M
Isfahan, Kakuyid Iran
EtnisPersia
ZamanZaman Kejayaan Islam
Wilayah aktifIran
Minat utamaSejarah, Teologi, Ilmu Keodkteran, Filsafat Akhlak
Karya yang terkenalTadhib al-akhlaq, Al-Fawz al-Asghar, Tajarib al-umam
Dipengaruhi  oleh

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak.[1] Dia lahir di Iran pada tahun 330 H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M.[1] [2] Ibnu Miskawaih melewatkan seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258 M. [3] Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih. [4] [5]

Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan, maupun agama. [1] Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak secara ilmiah.[2] Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, beliau diangkat menjadi sekretaris dan pustakawan. [2] [5] Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada bintang-bintang. [5]

Konsep Pemikiran Ibnu Miskawaih

Gayanya yang menyatukan pemikiran abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat berpengaruh.[3] Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya; terkadang dia hanya menyediakan ulasan praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk diuraikan. [3] Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.[3]

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. [6] Selanjutnya, pemikirannya tentang manusia.[7] Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang manusia tidak auh berbeda dengan para filosof lain.[7] Menurutnya di dalam diri manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.[7]

Dia sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani.[3] Namun ini bukanlah suatu penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.[3]

Karakteristik pemikiran Ibnu Miskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan pembahasan tentang akhlak (karakter/watak).[7] Menurutnya watak itu ada yang bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan.[7] Dia berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita lahir dengan membawa watak masing-masing, namun sebenarnya watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.[7]

Karya-karya Ibnu Miskawaih

Ia telah menyusun kitab Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq.[2] Kemudian karyanya yang lain adalah Tartib as Sa'adah, buku ini berisi tentang akhlak dan politik.[3] Ada juga Al Musthafa (syair pilihan), Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak), As Syaribah (tentang minuman).[3]

Dalam bidang sejarah, karyanya Tajarib Al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa) menjadi acuan sejarah dunia hingga tahun 369 H.[3] Karya-karya Ibnu Miskawaih dalam bidang etika dinilai jauh lebih penting daripada karya-karyanya dalam bidang metafisika.[3] Bukunya Taharat Al A'raq (Purity of Desposition), yang lebih dikenal dengan nama Tahdhib Al Akhlaq ( Cultivation of Morals), menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.[3]


Referensi

  1. ^ a b c Soemowinoto, Sarwoko (2008).Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan.Jakarta :Penerbit Salemba Medika. Hal 77
  2. ^ a b c d Soedijarto, dkk (2007).Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Jakarta:PT Grasindo. Hal 254 Cet.2
  3. ^ a b c d e f g h i j k Nilandari, Ary (2005).Memahat Kata, Memugar Dunia:101 Kisah yang menggugah Pikiran.Bandung:Penerbit MLC. Hal 42-46 Jilid 1
  4. ^ Dahlan, Abdul Aziz (2003).Pemikiran Falsafi dalam Islam.Jakarta: Penerbit Djabatan. Hal 88
  5. ^ a b c Wahyudin, Udin, dkk (2008).Fiqih.Bandung:Grafindo Media Pratama. Hal 37
  6. ^ Wahyuddin, dkk (2009).Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT Grasindo. Hal 52
  7. ^ a b c d e f Maskawaih Ibnu (1389 H).Tahdzib Al Akhlaq wa Tathhir Al A'raaq.Beirut:Mansyurah Dar Al Maktabah. Hal 62, Cet 2

Lihat pula