Soe Hok Gie: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
SamanthaPuckettIndo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:
| other_names =
| other_names =
| known_for =
| known_for =
| alma_mater = [[Universitas Indonesia]] , [[Kolese Kanisius]]
| alma_mater = [[Universitas Indonesia]], [[Kolese Kanisius]]
| notable works = ''Catatan Seorang Demonstran''
| notable works = ''Catatan Seorang Demonstran''
| parents = Salam Sutrawan ([[Soe Lie Piet]]) (ayah)
| parents = Salam Sutrawan ([[Soe Lie Piet]]) (ayah)

Revisi per 24 Maret 2014 03.57

Soe Hok Gie
Soe Hok Gie di Puncak Pangrango, 1967
Lahir(1942-12-17)17 Desember 1942
Jakarta, Indonesia
Meninggal16 Desember 1969(1969-12-16) (umur 26)
Semeru, Jawa Timur, Indonesia
MakamJakarta, Indonesia
6°10′19″S 106°49′09″E / 6.17203°S 106.819037°E / -6.17203; 106.819037Koordinat: 6°10′19″S 106°49′09″E / 6.17203°S 106.819037°E / -6.17203; 106.819037
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Indonesia, Kolese Kanisius
Karya terkenalCatatan Seorang Demonstran
Orang tuaSalam Sutrawan (Soe Lie Piet) (ayah)
KerabatArief Budiman (Soe Hok Djin) (kakak)
Soe Hok Gie
Hanzi tradisional: 蘇福義
Hanzi sederhana: 苏福义

Soe Hok Gie (17 Desember 1942 – 16 Desember 1969) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 19621969.

Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina.

Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).

Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.

Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).

Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).

Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.

Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

Karya tentang Hok Gie

John Maxwell menulis biografi Soe Hok Gie dengan judul Soe Hok Gie - A Biography of A Young Indonesian Intellectual (Australian National University, 1997).

Dalam budaya populer

Pada tahun 2005, catatan hariannya menjadi dasar bagi film yang disutradarai Riri Riza, Gie, dengan Nicholas Saputra berperan sebagai Hok Gie.

Lihat pula

Pranala luar