Kepayang: Perbedaan antara revisi
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 22: | Baris 22: | ||
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu/Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh [[cinta]] sehingga tidak mampu berfikir secara logis. |
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu/Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh [[cinta]] sehingga tidak mampu berfikir secara logis. |
||
==Pranala luar== |
==Pranala luar== |
Revisi per 15 Mei 2007 18.24
Kepayang/keluwek | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. edule
|
Nama binomial | |
Pangium edule |
Kepayang, kluwek, atau keluwek (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Acariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Di Toraja disebut panarassan.
Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk).
Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.
Kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450-1000kg.m-3.
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu/Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berfikir secara logis.
Pranala luar
Beberapa situs yang memuat informasi dan gambar biji kepayang: