Max Havelaar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
== Peran dalam literatur ==
Di [[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia|Indonesia]],
karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya
yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang
dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem [[http://id.wikipedia.org/wiki/Tanam_paksa|tanam paksa]] yang menindas kaum [[http://id.wikipedia.org/wiki/Bumiputra|bumiputra]] di daerah [[http://id.wikipedia.org/wiki/Lebak|Lebak]], [[http://id.wikipedia.org/wiki/Banten|Banten]]. ''Max Havelaar''
<nowiki> </nowiki>adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia.
Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang
sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi
topik untuk dipentaskan di panggung.

[[http://id.wikipedia.org/wiki/Hermann_Hesse|Hermann Hesse]] dalam bukunya berjudul: ''Die Welt Bibliothek'' (''Perpustakaan Dunia'') memasukkan ''Max Havelaar'' dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan ''Max Havelaar'' sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

== Terjemahan bahasa Indonesia ==
[[http://id.wikipedia.org/wiki/HB_Jassin|HB Jassin]] menerjemahkan ''Max Havelaar'' dari [[http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Belanda|bahasa Belanda]] aslinya ke dalam [[http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia|bahasa Indonesia]] pada tahun [[http://id.wikipedia.org/wiki/1972|1972]]. Tahun [[http://id.wikipedia.org/wiki/1973|1973]] buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari [[http://id.wikipedia.org/wiki/Yayasan_Prins_Bernhard|Yayasan Prins Bernhard]]. Dia diundang untuk tinggal di [[http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda|Belanda]] selama satu tahun.

== Adaptasi layar lebar ==
Novel ini diadaptasi menjadi sebuah [[http://id.wikipedia.org/wiki/Film_layar_lebar|film layar lebar]] pada tahun 1976 oleh [[http://id.wikipedia.org/wiki/Fons_Rademakers|Fons Rademakers]] sebagai bagian dari kemitraan antara [[http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda|Belanda]]-[[http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia|Indonesia]]. Namun film ''[[http://id.wikipedia.org/wiki/Max_Havelaar_(film)|Max Havelaar]]'' tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987
{{otheruses4|novel tahun 1860|film adaptasinya|Max Havelaar (film)}}
{{otheruses4|novel tahun 1860|film adaptasinya|Max Havelaar (film)}}



Revisi per 24 Januari 2014 12.26

Peran dalam literatur

Di [[1]],

karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya 

yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem [paksa] yang menindas kaum [[2]] di daerah [[3]], [[4]]. Max Havelaar adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

[Hesse] dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

[Jassin] menerjemahkan Max Havelaar dari [Belanda] aslinya ke dalam [Indonesia] pada tahun [[5]]. Tahun [[6]] buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari [Prins Bernhard]. Dia diundang untuk tinggal di [[7]] selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi sebuah [layar lebar] pada tahun 1976 oleh [Rademakers] sebagai bagian dari kemitraan antara [[8]]-[[9]]. Namun film [Havelaar] tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987

Max Havelaar
Sampul depan novel Max Havelaar cetakan ke-5 (1881)
PengarangMultatuli
Judul asli'Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij'
PenerjemahHB Jassin
NegaraBelanda Hindia-Belanda
BahasaBahasa Belanda
Bahasa Indonesia (1972)
GenreNovel
Tanggal terbit
1860 (Hindia-Belanda)
1972 (Bahasa Indonesia)
Jenis mediasampul lunak

Max Havelaar adalah sebuah novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.[butuh rujukan]

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Peran dalam literatur

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

Terjemahan bahasa Indonesia

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Adaptasi layar lebar

Novel ini diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar pada tahun 1976 oleh Fons Rademakers sebagai bagian dari kemitraan antara Belanda-Indonesia. Namun film Max Havelaar tersebut tidak diperbolehkan untuk ditayangkan di Indonesia sampai tahun 1987.

Galeri

Lihat pula