Filo: Perbedaan antara revisi
JohnThorne (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 13: | Baris 13: | ||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
[[Kategori:Tokoh]] |
[[Kategori:Tokoh Yahudi]] |
||
[[Kategori:Sejarah Israel]] |
[[Kategori:Sejarah Israel]] |
||
[[Kategori:Filsuf]] |
[[Kategori:Filsuf]] |
||
[[Kategori:Kematian abad ke-1]] |
Revisi per 7 Oktober 2013 16.47
Filo atau dikenal juga sebagai Filo dari Aleksandria adalah seorang filsuf keturunan Yahudi dari Aleksandria yang hidup sekitar tahun 20 SM sampai 45 M.[1] Karya-karyanya dengan jelas menunjukkan bahwa dia seorang yang banyak mendapat pendidikan dari Yunani.[1] Filo dapat disebut sebagai salah satu filsuf Yahudi terkemukan di zaman kuno klasik.[1] Dia berusaha keras menolong orang-orang Yahudi yang sudah banyak terpengaruh dengan pemikiran Yunani supaya tetap mejaga kesetiaan kepada agama mereka dengan menjembatani konsep Tuhan dan dunia yang sebenarnya sangatlah berbeda.[2]
Tahun 40 M, Filo mendapat tugas untuk untuk membela kepentingan masyarakat Yahudi di Roma terhadap Kaisar Gaius Julius Caesar Germanicus atau lebih dikenal dengan Kaligula.[1] Semua pengalamannya itu dituangkan dalam bukunya yang berjudul Legatio ad Caium.[1] Filo mengarang enam belas buku yang berbicara tentang agama dan filsafat.[2] Buku-buku tersebut berasal dari zaman Perjanjian Baru dan hingga kini masih tetap bertahan.[2] Jika membaca buku-bukunya maka kita dapat lebih memahami dunia yang dulu dihadapi orang-orang Kristen saat mereka memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani.[2]
Pemikiran Filo yang terkenal adalah mengenai Logos (Firman).[2] Ia memahami logos sebagai kuasa yang menjadi penghubung antara Allah dan manusia.[2] Konsep Filo tentang logos berbeda dengan yang ada dalam pembukaan Injil Yohanes.[2] Baginya, logos merupakan gambar Allah dan akal budi manusia termasuk seluruh alam.[2] Akan tetapi, ia menganggap tubuh manusia itu jahat sehingga menghalangi manusia untuk mengenal Allah.[2] Ini tentu saja sangat berbeda dengan Injil Yohanes yang menyatakan bahwa logos telah menjadi manusia (daging).[2] Dengan demikian, ini menjadi peringatan bagi para penafsir bahwa sebuah kata tidak selalu artinya sama ketika dipakai dalam dua konteks berbeda.[2] Filo banyak mempengaruhi tokoh-tokoh pemikir Kristen, salah satunya adalah Agustinus.[2]