Bima (Mahabharata): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9: Baris 9:
| Nama_lain = Werkodara, Bimasena, Bayusuta, Bharatasena, Blawa
| Nama_lain = Werkodara, Bimasena, Bayusuta, Bharatasena, Blawa
| Profesi = Kesatria, juru masak (saat masa penyamaran)
| Profesi = Kesatria, juru masak (saat masa penyamaran)
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Tempat = [[Hastinapura]], lalu pindah ke [[Indraprastha]]
| Tempat = [[Hastinapura]], lalu pindah ke [[Indraprastha]]
| Dinasti = Candra
| Dinasti = Candra
| Wangsa = Kuru
| Wangsa = Kuru
| Kasta = Kesatria
| Ayah = [[Bayu]] (''de facto''),{{br}} [[Pandu]] (sah)
| Ayah = [[Bayu]] (''de facto''),{{br}} [[Pandu]] (sah)
| Ibu = [[Kunti]]
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = [[Gatotkaca]], Sutasoma, Sarwaga, [[Antareja]], [[Antasena]]
| Anak = [[Gatotkaca]], Sutasoma, Sarwaga, [[Antareja]], [[Antasena]]
| Asal = [[Kerajaan Kuru]]
| Asal = [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = Gada Rujapala
| Senjata = Gada
| Pasangan = [[Dropadi]], [[Hidimbi]], Walandara
| Istri = [[Dropadi]], [[Hidimbi]], Walandara
}}
}}
'''Bima''' {{Sanskerta|भीम|Bhīma}} atau '''Bimasena''' {{Sanskerta|भीमसेन|Bhīmaséna}} adalah seorang tokoh protagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putra [[Kunti]], dan dikenal sebagai tokoh [[Pandawa]] yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,<ref>{{cite book|last=edited|first=translated by Winthrop Sargeant ;|title=The Bhagavad Gita|year=2009|publisher=State University of New York Press|location=Albany|isbn=9781438428420|page=24|edition=25th anniversary ed.|coauthors=Smith, with a preface by Christopher Key Chapple; foreword by Huston}}</ref> walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah [[Hanoman]], [[wanara]] terkenal dalam epos ''[[Ramayana]]''. ''Mahabharata'' menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah [[Bharatayuddha]] berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Mahaprasthanikaparwa]]''. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
'''Bima''' {{Sanskerta|भीम|Bhīma}} atau '''Bimasena''' {{Sanskerta|भीमसेन|Bhīmaséna}} adalah seorang tokoh protagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putra [[Kunti]], dan dikenal sebagai tokoh [[Pandawa]] yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,<ref>{{cite book|last= |first= |title=The Bhagavad Gita|year=2009|publisher=State University of New York Press|location=Albany|isbn=9781438428420|page=24|edition=Peringatan 25 tahun|author=Smith, with a preface by Christopher Key Chapple}}</ref> walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah [[Hanoman]], [[wanara]] terkenal dalam epos ''[[Ramayana]]''. ''Mahabharata'' menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah [[Bharatayuddha]] berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Mahaprasthanikaparwa]]''. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Baris 30: Baris 32:


== Masa muda ==
== Masa muda ==
[[File:Child bhima fight with Nagas.jpg|right|260px|thumb|Bima kecil bergumul dengan para ular.]]
Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. [[Duryodana]]—salah satu Korawa—sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para [[Korawa]] serta [[Pandawa]] pergi bertamasya di daerah [[sungai Gangga]], [[Duryodana]] menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan [[racun]]. Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu [[Antaboga]] (Naga Basuki). Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putra [[Pandu]] yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05022.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang.


Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh [[Drona]]. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan [[gada]], sebagaimana [[Duryodana]]. Mereka berdua menjadi murid [[Baladewa]], yaitu saudara [[Kresna]] yang mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.
Pada masa kanak-kanak [[Pandawa]] dan [[Kurawa]], kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Salah satu Korawa yaitu [[Duryodana]], menjadi sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga Duryodana berniat untuk membunuh Bima.

Pada suatu hari ketika para [[Kurawa]] serta [[Pandawa]] pergi bertamasya di daerah [[sungai Gangga]], [[Suyudana]] menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan [[racun]]. Karena Bima tidak senang mencurigai seseorang, ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian, Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga.

Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putera [[Pandu]] yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05022.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> Lalu Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang, [[Duryodana]] kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Ketika para [[Pandawa]] menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas, mereka mulai berhati-hati.

== Pendidikan ==

Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh [[Drona]]. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan [[gada]], seperti [[Duryodana]]. Mereka berdua menjadi murid [[Baladewa]], yaitu saudara [[Kresna]] yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.
Kedua bersaudara sepupu ini bersekolah di Universitas yang sama yaitu Universitas 'Dhurna'. Namun Bima memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan Duryodana dalam menimba ilmu Gadha dari Rhsi Dhurna. Kelak kedua sepupu ini akan bertempur habis-habisan di hari terakhir perang bharatayudha.


== Peristiwa di Waranawata ==
== Peristiwa di Waranawata ==
Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di [[Waranawata]], ia dan [[Yudistira]] sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh [[Duryodana]], yaitu Purocana telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan.

Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di [[Waranawata]], ia dan [[Yudistira]] sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh [[Duryodana]], yaitu Purocana, telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan.


Pada suatu malam, Dewi [[Kunti]] mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]] berada di pahanya, sedangkan [[Yudistira]] dan [[Arjuna]] berada di lengannya.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02029.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>
Pada suatu malam, Dewi [[Kunti]] mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]] berada di pahanya, sedangkan [[Yudistira]] dan [[Arjuna]] berada di lengannya.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m02/m02029.htm|title=Mahabharata Text}}</ref>


Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di [[sungai Gangga]]. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh [[Widura]], yaitu menteri [[Hastinapura]] yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati [[Sidawata]] sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.
Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di [[sungai Gangga]]. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh [[Widura]], yaitu menteri [[Hastinapura]] yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati [[Sidawata]] sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.
peristiwa ini dalam cerita pewayangan di indonesia sering dikenal dengan lakon "bale sigolo-golo", yang selanjutnya membuat para pandawa harus "ngenger" (dalam lakon pandawa ngenger) dan bima berganti nama menjadi "jagal abilawa" dan beralih profesi menjadi jagal.


== Peristiwa di Hidimbawana ==
== Peristiwa di Hidimbawana ==


Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan [[Hidimbi]]/Arimbi yang jatuh cinta dengannya. Kakak Hidimbi yang bernama [[Hidimba]], menjadi marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Kemudian Bima dan Hidimba berkelahi. Dalam perkelahian tersebut, Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba dengan tangannya sendiri. Lalu, Bima menikah dengan Hidimbi. Dari perkawinan mereka, lahirlah seorang putera yang diberi nama [[Gatotkaca]]. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama [[Sutasoma]], sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri [[Balandhara]] dari [[Kerajaan Kashi]] adalah [[Sarwaga]]. Semua anak Bima gugur dalam [[Perang di Kurukshetra]].
Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan raksasa wanita bernama [[Hidimbi]]. Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan jatuh cinta kepada Bima. [[Hidimba]] (kakak Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Perkara itu berujung pada perkelahian antara Bima dengan Hidimba. Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba. Kemudian Bima menikah dengan Hidimbi. Seorang putra yang diberi nama [[Gatotkaca]] lahir dari perkawinan mereka. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.


== Pembunuh Raksasa Baka ==
== Pembunuh Raksasa Baka ==
[[Berkas:Bhima fighting with Bakasura.jpg|right|thumb|280px|Bima bertarung dengan raksasa Baka.]]
Setelah melewati Hidimbawana, para Pandawa beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama [[Ekacakra]]. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga [[brahmana]]. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama [[Bakasura]] meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya [[Yudistira]] sangsi, namun akhirnya ia setuju.


Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua [[Bakasura]]. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Bakasura merasa terhina atas kelakuan Bima. Ia marah dan menyerang Bima. Setelah pertarungan berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas usaha Bima, kota Ekacakra menjadi tenang kembali. Ia dan keluarganya tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya [[Pandawa]] memutuskan untuk pergi ke [[Kampilya]], ibukota [[Kerajaan Panchala]], karena mendengar cerita mengenai [[Dropadi]] dari seorang [[brahmana]]. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama [[Sutasoma]], sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri [[Balandhara]] dari [[Kerajaan Kashi]] adalah [[Sarwaga]]. Semua anak Bima gugur dalam [[Perang di Kurukshetra]].
Setelah melewati Hidimbawana, Bima dan saudara-saudaranya beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama [[Ekacakra]]. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga [[brahmana]]. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama [[Bakasura]] meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya [[Yudistira]] sangsi, namun akhirnya ia setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua [[Bakasura]]. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya. Bakasura yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah pertarungan sengit. Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya [[Pandawa]] memutuskan untuk pergi ke [[Kampilya]], ibukota [[Kerajaan Panchala]], karena mendengar cerita mengenai [[Dropadi]] dari seorang [[brahmana]].


== Bima dalam Bharatayuddha ==
== Bima dalam Bharatayuddha ==
Dalam [[perang di Kurukshetra]], Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata [[gada]]. Pada hari terakhir [[Bharatayuddha]], Bima berkelahi melawan [[Duryodana]] dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya [[Kresna]] mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

Dalam [[perang di Kurukshetra]], Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gadanya yang sangat mengerikan.

Pada hari terakhir [[Bharatayuddha]], Bima berkelahi melawan [[Duryodana]] dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya [[Kresna]] mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.


== Bima dalam pewayangan Jawa ==
== Bima dalam pewayangan Jawa ==
[[Berkas:Bima-kl.jpg|right|240px|thumb|Bima sebagai tokoh wayang Jawa.]]
[[Berkas:Bima-kl.jpg|right|240px|thumb|Bima sebagai tokoh wayang Jawa.]]

Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat mantan presiden Indonesia, [[Soekarno|Ir. Soekarno]], pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima. Nama Sukarno sendiri berasal dari nama [[Karna]], panglima yang memihak Kaurawa.

=== Sifat ===
=== Sifat ===
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (''krama inggil'') atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa ''krama inggil'' dan duduk) hanya ketika menjadi seorang [[resi]] dalam lakon ''Bima Suci'', dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci. Ia mahir bermain [[gada]], serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa ([[kapak]] besar), dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: ''Aji Bandungbandawasa'', ''Aji Ketuglindhu'', ''Aji Bayubraja'' dan ''Aji Blabak Pangantol-antol''.


Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah [[Dewa (Hindu)|dewata]] yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (''krama inggil'') atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa ''krama inggil'' dan duduk) hanya ketika menjadi seorang [[resi]] dalam lakon ''Bima Suci'', dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain [[gada]], serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa ([[kapak]] besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: ''Aji Bandungbandawasa'', ''Aji Ketuglindhu'', ''Aji Bayubraja'' dan ''Aji Blabak Pangantol-antol''.


Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya—yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima—yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu ''gung susuhing angin'' dan air ''banyu perwitasari'', yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah [[Dewa (Hindu)|Dewata]] yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

Dalam pencarian jatidirinya, bima sering diberi tugas oleh gurunya (yang diminta oleh para kurawa untuk membunuh bima) yang hampir tidak mungkin dikerjakan, tugas itu antara lain adalah mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa bima bertemu dengan dewaruci


=== Istri dan keturunan ===
=== Istri dan keturunan ===
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah [[Indraprastha]]. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:

# Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja,
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah [[Indraprastha]]. Ia mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak,<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01096.htm|title=Mahabharata Text}}</ref> yaitu:
# Dewi [[Hidimbi|Arimbi]], berputra Raden [[Gatotkaca]] dan
# Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,
# Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.
# Dewi [[Hidimbi|Arimbi]], berputera Raden [[Gatotkaca]] dan
Menurut versi [[Banyumas]], Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.
# Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.
Menurut versi [[Banyumas]], Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera Srenggini.

=== Nama lain ===

* '''Bratasena'''
* '''Balawa'''


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Pandawa]]
* [[Pandawa]]
* [[Mahabharata]]
* ''[[Mahabharata]]''


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist|2}}

{{Tokoh Mahabharata}}
{{Tokoh Mahabharata}}



Revisi per 20 September 2013 08.42

Bima
भीम
Relief Bima di Kuil Ganigitti, Hampi, India.
Relief Bima di Kuil Ganigitti, Hampi, India.
Tokoh Mahabharata
NamaBima
Ejaan Dewanagariभीम
Ejaan IASTBhīma
Nama lainWerkodara, Bimasena, Bayusuta, Bharatasena, Blawa
Kitab referensiMahabharata, Bhagawadgita, Purana
AsalKerajaan Kuru
KediamanHastinapura, lalu pindah ke Indraprastha
KastaKesatria
ProfesiKesatria, juru masak (saat masa penyamaran)
DinastiCandra
KlanKuru
SenjataGada
AyahBayu (de facto),
Pandu (sah)
IbuKunti
IstriDropadi, Hidimbi, Walandara
AnakGatotkaca, Sutasoma, Sarwaga, Antareja, Antasena

Bima (Dewanagari: भीम; ,IASTBhīma, भीम) atau Bimasena (Dewanagari: भीमसेन; ,IASTBhīmaséna, भीमसेन) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,[1] walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana. Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Etimologi

Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'.[2] Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan.[3] Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran

Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa Pandu tidak dapat membuat keturunan akibat kutukan dari seorang resi di hutan. Kunti (istri Pandu) berseru kepada Bayu, sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.

Masa muda

Berkas:Child bhima fight with Nagas.jpg
Bima kecil bergumul dengan para ular.

Pada masa kanak-kanak, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Duryodana—salah satu Korawa—sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut berkembang menjadi niat untuk membunuh Bima. Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak curiga, ia menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut membuat Bima jatuh pingsan, lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Secara ajaib, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga (Naga Basuki). Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putra Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.[4] Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang.

Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.

Peristiwa di Waranawata

Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di Waranawata, ia dan Yudistira sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu Purocana telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan.

Pada suatu malam, Dewi Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.[5]

Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri Hastinapura yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.

Peristiwa di Hidimbawana

Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan raksasa wanita bernama Hidimbi. Hidimbi menyamar menjadi wanita normal dan jatuh cinta kepada Bima. Hidimba (kakak Hidimbi) marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Perkara itu berujung pada perkelahian antara Bima dengan Hidimba. Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba. Kemudian Bima menikah dengan Hidimbi. Seorang putra yang diberi nama Gatotkaca lahir dari perkawinan mereka. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.

Pembunuh Raksasa Baka

Berkas:Bhima fighting with Bakasura.jpg
Bima bertarung dengan raksasa Baka.

Setelah melewati Hidimbawana, para Pandawa beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Bakasura merasa terhina atas kelakuan Bima. Ia marah dan menyerang Bima. Setelah pertarungan berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas usaha Bima, kota Ekacakra menjadi tenang kembali. Ia dan keluarganya tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai Dropadi dari seorang brahmana. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama Sutasoma, sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri Balandhara dari Kerajaan Kashi adalah Sarwaga. Semua anak Bima gugur dalam Perang di Kurukshetra.

Bima dalam Bharatayuddha

Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gada. Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

Bima dalam pewayangan Jawa

Berkas:Bima-kl.jpg
Bima sebagai tokoh wayang Jawa.

Sifat

Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewaruci. Ia mahir bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar), dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

Dalam pencarian jati dirinya, Bima sering diberi tugas oleh gurunya—yang sesungguhnya dihasut oleh para Korawa untuk membunuh Bima—yang terasa mustahil untuk dikerjakan, seperti mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa Bima bertemu dengan Dewaruci

Istri dan keturunan

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:

  1. Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja,
  2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
  3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.

Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Smith, with a preface by Christopher Key Chapple (2009). The Bhagavad Gita (edisi ke-Peringatan 25 tahun). Albany: State University of New York Press. hlm. 24. ISBN 9781438428420. 
  2. ^ Monier-Williams, Arti kata bhīma, Sanskritdictionary.com 
  3. ^ Monier-Williams, Arti kata vṛkodhara, Sanskritdictionary.com 
  4. ^ "Mahabharata Text". 
  5. ^ "Mahabharata Text".