Pangeran Wijayakrama: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
'''Pangeran Wijayakrama''' adalah penguasa [[Jayakarta]] di awal abad ke-17. Dia adalah bawahan [[Banten]].
'''Pangeran Wijayakrama''' adalah penguasa [[Jayakarta]] di awal abad ke-17. Dia adalah bawahan [[Banten]].


Beberapa nama lain dari Pangeran Wijayakrama adalah Tubagus Sungerasa Jayawikarta, Aria Keteguhan, Kawia Adimarta. Sebagai penguasa Jakarta, ia juga digelari Pangeran Jayakarta, atau tepatnya adalah Pangeran Jayakarta III, sebagai kelanjutan suksesi kepemimpinan wilayah Sunda Kelapa/Jayakarta sejak dari Pangeran Jayakarta I (Fatahillah) dan Pangeran Jayakarta II (Ratu Bagus Angke).
Nama sebenarnya adalah Tubagus Sungerasa Jayawikarta. Sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta, ia juga digelari Pangeran Jayakarta, atau tepatnya adalah Pangeran Jayakarta III, sebagai kelanjutan suksesi kepemimpinan wilayah Sunda Kelapa/Jayakarta sejak dari Pangeran Jayakarta I (Fatahillah) dan Pangeran Jayakarta II (Ratu Bagus Angke).


Ibunya, Ratu Pembayun, adalah salah seorang putri Sultan Hasanuddin, penguasa Banten.
Ibunya, Ratu Pembayun, adalah salah seorang putri Sultan Hasanuddin, penguasa Banten.

Revisi per 18 Juni 2013 03.17

Pangeran Wijayakrama adalah penguasa Jayakarta di awal abad ke-17. Dia adalah bawahan Banten.

Nama sebenarnya adalah Tubagus Sungerasa Jayawikarta. Sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta, ia juga digelari Pangeran Jayakarta, atau tepatnya adalah Pangeran Jayakarta III, sebagai kelanjutan suksesi kepemimpinan wilayah Sunda Kelapa/Jayakarta sejak dari Pangeran Jayakarta I (Fatahillah) dan Pangeran Jayakarta II (Ratu Bagus Angke).

Ibunya, Ratu Pembayun, adalah salah seorang putri Sultan Hasanuddin, penguasa Banten.

Desember 1618, laksamana Inggris Thomas Dale mengusir Jan Pieterszoon Coen dari pelabuhan Jayakarta. Coen lari ke Maluku, saat itu pangkalan utama VOC. Kemudian Dale, dibantu Wijayakrama, mengepung benteng VOC.

Januari 1619, prajurit VOC ingin menyerah. Pasukan Banten membela mereka. Dale lari ke kapalnya sedangkan Wijayakrama harus lari ke bukit di sebelah selatan Jayakarta.

Bulan Mei, Coen balik dengan 17 kapal, menyerang, menaklukkan dan menghancurkan Jayakarta.

Sepeninggal dirinya, putranya yang bernama Ahmad Jaketra, melanjutkan kepemimpinan sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta juga dengan gelar yang sama, Pangeran Jayakarta, atau tepatnya Pangeran Jayakarta IV.

Sumber