Swastika: Perbedaan revisi
Loncat ke navigasi
Loncat ke pencarian
→Swastika dalam berbagai bangsa
Swastika juga banyak
Swastika yang searah jarum jam juga berarti mengikuti arus aturan dan kebiasaaan kehidupan yang berlaku di masyarakat pada umumnya (searah jarum jam = searah perputaran waktu kehidupan di bumi), sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu perbuatan yang berlawanan dari segala arus aturan dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat, hal ini bisa berarti baik maupun buruk (berlawanan arah jarum jam = berlawanan arah dengan perputaran waktu bumi / berlawanan dengan segala hal yang biasa dalam kehidupan pada umumnya). Contohnya : Jika kita hidup di lingkungan yang buruk dan negatif maka merupakan suatu hal yang baik jika kita tidak mengikutinya, sebaliknya jika kita hidup di dalam lingkungan yang baik dan positif namun kita tidak mengindahkannya, berarti perbuatan kita adalah negatif. Sang Buddha Gautama saat membina diri juga menyadari bahwa pembinaan diri itu harus berlawanan dengan metode pembinaan diri yang berkembang di masanya, yaitu metode pembinaan yang menyiksa diri, sehingga Sang Buddha pun mengubah metode pertapaannya menjadi metode meditasi yang sederhana (tanpa menyiksa diri), dan ternyata justru berhasil mencapai tingkat pencerahan sempurna.▼
▲sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu perbuatan yang berlawanan dari segala arus aturan dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat, hal ini bisa berarti baik maupun buruk (berlawanan arah jarum jam = berlawanan arah dengan perputaran waktu bumi / berlawanan dengan segala hal yang biasa dalam kehidupan pada umumnya). Contohnya : Jika kita hidup di lingkungan yang buruk dan negatif maka merupakan suatu hal yang baik jika kita tidak mengikutinya, sebaliknya jika kita hidup di dalam lingkungan yang baik dan positif namun kita tidak mengindahkannya, berarti perbuatan kita adalah negatif. Sang Buddha Gautama saat membina diri juga menyadari bahwa pembinaan diri itu harus berlawanan dengan metode pembinaan diri yang berkembang di masanya, yaitu metode pembinaan yang menyiksa diri, sehingga Sang Buddha pun mengubah metode pertapaannya menjadi metode meditasi yang sederhana (tanpa menyiksa diri), dan ternyata justru berhasil mencapai tingkat pencerahan sempurna.
{{agama-stub}}
|