Tian Chengsi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glent (bicara | kontrib)
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q4260397
Baris 37: Baris 37:
[[Kategori:Tokoh Dinasti Tang]]
[[Kategori:Tokoh Dinasti Tang]]
[[Kategori:Tokoh militer Tiongkok]]
[[Kategori:Tokoh militer Tiongkok]]

[[en:Tian Chengsi]]
[[zh:田承嗣]]

Revisi per 7 April 2013 07.51

Tian Chengsi (Hanzi: 田承嗣, 705-4 Maret 779), Pangeran Yanmen (雁门王), adalah seorang panglima perang pada pertengahan Dinasti Tang. Awalnya, ia adalah salah seorang jenderal kepercayaan pemberontak An Lushan. Setelah pasukan pemberontak di ambang kekalahan, ia bersama beberapa rekannya menyerah pada pemerintah Tang. Setelah pemberontakan berakhir, Tian tetap berkuasa di daerahnya dan menjadi gubernur militer di sana, ia juga membentuk persekutuan bersama lima gubernur militer lainnya. Di antara keenamnya, Tian adalah yang paling bersikap arogan dan membangkang terhadap pemerintah pusat. Ia juga dikenal sebagai seorang yang licin, beberapa kali memberontak dan menelan kekalahan, namun selalu lolos dari hukuman

Latar belakang

Tian Chengsi lahir pada tahun 705, pada masa pemerintahan Kaisar Tang Zhongzong, di Pingzhou (sekarang Qinhuangdao, Hebei) dari keluarga yang kental tradisi militer. Kakeknya, Tian Jing, dan ayahnya, Tian Shouyi, memiliki reputasi yang baik sebagai pemimpin yang adil di wilayahnya. Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong, Tian menjabat sebagai perwira tinggi di bawah An Lushan, gubernur militer Fanyang (sekarang Beijing). Kemampuannya menegakkan disiplin militer dengan tegas membuat An terkesan padanya. Ia berkali-kali mendapat promosi atas kontribusinya berperang bersama atasannya melawan suku-suku Khitan dan Xi.

Selama Pemberontakan Anshi

Pada akhir 755, An Lushan memberontak terhadap pemerintah Tang. Dalam kampanye militer menyerang ibukota timur Luoyang, An menugaskan Tian bersama dengan An Zhongzhi dan Zhang Xiaozhong menjadi komandan garis depan. Pasukan An menduduki Luoyang dalam waktu singkat dan di sana ia mendeklarasikan berdirinya Dinasti Yan dengan dirinya sebagai kaisar. Tahun 757, An dibunuh oleh putranya sendiri, An Qingxu. Tian melanjutkan pengabdiannya di bawah putra atasannya itu, ia memimpin kampanye militer dengan tujuan merebut kota strategis Tang di Nanyang, Henan lalu terus bergerak ke selatan. Di Nanyang, walaupun berhasil menjebak dan mengepung jenderal Lu Jiong, ia tidak dapat merebut kota itu secepat yang diperkirakan sehingga setelah kota itu berhasil direbut dan Lu melarikan diri ke Xiangyang, Tian terpaksa harus kembali ke Luoyang dan mengurungkan niatnya untuk terus ke selatan.

Musim gugur 757, pasukan Tang dengan bala bantuan dari Huige (suku Uyghur), di bawah pimpinan Li Chu, Pangeran Chu (putra Kaisar Tang Suzong), berhasil merebut kembali Chang’an dan memaksa An Qingxu kabur ke utara Sungai Kuning. Saat itu Tian sedang sibuk menghadapi jenderal Tang, Lai Tian, di Yingchuan (sekarang Xuchang, Henan). Begitu mendengar berita kekalahan itu, ia menawarkan diri untuk menyerah pada jenderal Guo Ziyi dari Tang, namun Guo tidak segera menerima tawaran itu. Tian pun akhirnya berubah pikiran, ia lalu bersama jenderal Yan lainnya, Wu Lingxun, kabur ke utara untuk bergabung dengan An di Yecheng. Musim gugur 758, pasukan Tang bergerak mendekati Yecheng. An Qingxu bersama Tian dan Cui Qianyou memimpin pasukannya bertempur dengan pasukan Tang, namun mereka kalah sehingga terpaksa mundur ke dalam kota dan berlindung di balik tembok kota itu. Baru pada tahun berikutnya, Shi Siming, salah satu jenderal kepercayaan An Lushan, tiba dan terlibat pertempuran dekat Yecheng dengan pasukan Tang. Shi berhasil memukul mundur pasukan Tang dan membebaskan Yecheng dari kepungan. Namun setelah memasuki Yecheng, ia mendakwa An Qingxu sebagai anak tidak berbakti yang membunuh orang tuanya sendiri lalu menjatuhkan hukuman mati padanya dan merebut tahta kaisar Yan bagi dirinya sendiri. Tian melanjutkan pengabdian pada pemimpin baru ini. Tidak lama kemudian, Shi bergerak ke selatan dan menunjuk Tian sebagai komandan garis depan untuk merebut kembali Luoyang. Musim dingin 760, Shi mengutus Tian menyerang Huaixi (sekarang bagian selatan Henan), namun tidak banyak yang diketahui mengenai kampanye militer ini baik berhasil atau tidaknya.

Tahun 761, Shi Siming mengalami nasib serupa dengan An Lushan, dibunuh oleh putranya sendiri, Shi Chaoyi, yang merebut tahta darinya. Musim gugur 762, pasukan gabungan Tang dan Huige kembali merebut Luoyang. Tian mundur bersama pasukannya dan bertemu dengan Shi Chaoyi di Weizhou (sekarang Puyang, Henan), mereka lalu terlibat pertempuran dengan pasukan Tang di bawah pimpinan Pugu Huai’en. Pugu berhasil mengalahkan mereka sehingga harus mundur ke utara. Kekalahan ini berakibat desersi besar-besaran di tubuh pasukan pemberontak, namun Tian masih tetap bersama Shi. Sekitar awal tahun 762, Tian dan Shi terkepung di Mozhou (sekarang Cangzhou, Hebei). Ia menyarankan agar Shi Chaoyi mundur ke Youzhou untuk meminta bala bantuan sementara ia tetap tinggal dan mempertahankan Mozhou. Shi setuju, namun tidak lama setelah ia pergi, Tian malah berbalik melawannya dan menyerahkan Mozhou pada Tang, serta mempersembahkan ibu, istri dan anak-anak Shi pada mereka. Shi Chaoyi yang merasa harapan telah musnah akhirnya melakukan bunuh diri di tengah pelariannya.

Kematian Shi Chaoyi sekaligus mengakhiri Pemberontakan Anshi yang hampir menghancurkan Dinasti Tang. Masalah yang timbut pasca pemberontakan adalah kaisar kini banyak bergantung pada kasim dan militer, juga tidak tahu apa yang harus dilakukan pada para jenderal kunci pemberontak yang telah menyerah, menyingkirkan mereka dikhawatirkan akan menimbulkan pemberontakan lain. Atas saran Pugu, Li Chu (yang saat itu telah naik tahta sebagai Kaisar Daizong), mengangkat empat jenderal pemberontak yaitu, Tian, Xue Song, Li Huaixian, dan An Zhongzhi (yang saat itu telah berganti nama menjadi Li Baochen) sebagai gubernur militer dan membiarkan mereka tetap memimpin pasukannya dan berkuasa di wilayahnya. Dalam hal ini, Tian memperoleh lima prefektur, yang disatukan dalam wilayah Weibo (beribukota di Handan, Hebei).

Pasca pemberontakan

Tian sangat memprioritaskan urusan militer. Segera setelah berkuasa di Weibo, ia menetapkan pajak yang tinggi dan merekrut banyak orang untuk dijadikan tentara dan mengurus logistik militer. Dalam waktu setahun saja, pasukannya telah tumbuh hingga kurang lebih 100.000 prajurit. Ia merekrut beberapa di antara mereka untuk dijadikan pasukan elite, yang dikenal dengan nama Yabing (牙兵), yang berfungsi sebagai pengawal pribadinya. Tian bersama tiga rekannya yang sesama mantan pemberontak itu menjalin aliansi dengan dua gubernur militer Tang, yaitu Li Zhengji dan Liang Chongyi. Mereka bertujuan menuntut hak waris atas jabatan mereka sebagai gubernur militer pada keturunan mereka, status semi independen dari pemerintah pusat, hak mengatur pasukan dan pajak sendiri tanpa harus melalui pusat. Untuk mempererat aliansi ini, Tian menikahkan putrinya dengan adik Li Baochen, Li Baozheng.

Tahun 773, Tian menuntut agar dirinya diberi gelar sebagai penasehat kehormatan. Ia juga membangun kuil yang didedikasikan bagi empat kaisar Yan (An Lushan, An Qingxu, Shi Siming, dan Shi Chaoyi). Kaisar mengutus kasim Sun Zhigu untuk meminta Tian agar menghancurkan kuil itu. Setelah Tian melakukannya, kaisar pun menganugerahinya gelar penasehat kehomatan Tong Zhongshu Menxia Pingzhangshi (同中书门下平章事) dan gelar Pangeran Yanmen. Tahun 774, kaisar menjanjikan untuk memberikan putrinya, Putri Yongle, untuk dinikahkan dengan salah satu putra Tian, Tian Hua, dengan harapan memperbaiki hubungan dengan Tian. Namun status sebagai besan kaisar justru membuat sifatnya semakin arogan saja. Hubungan Tian dengan sesama anggota aliansi pun menjadi tidak harmonis karena keangkuhannya ini. Setelah Xue Song, gubernur militer Zhaoyi (sekarang Anyang, Henan) wafat pada 773, putranya Xue Ping menggantikan kedudukannya, lalu tak lama kemudian Xue Ping menyerahkan jabatan itu pada pamannya, Xue E. Musim gugur 775, Tian membujuk seorang perwira Zhaoyi, Pei Zhiqing, untuk meninggalkan Xue E dan bergabung dengannya. Kemudian ia mencaplok ibukota Zhaoyi, Xiangzhou, dengan mudah. Tak lama kemudian tiga dari enam prefektur Zhaoyi juga direbutnya. Pemerintah pusat menduduki dua prefektur lainnya dan mengintegrasikannya dengan wilayah Zelu (sekarang Changzhi, Shanxi) yang bertetangga, walau masih menggunakan nama Zhaoyi untuk wilayah itu.

Tian juga seringkali memandang remeh pada Li Zhengji dan Li Baochen sehingga hubungan mereka sering terjadi gesekan. Sekitar atau sebelum tahun 775, terjadi sebuah insiden ketika Li Baozheng sedang bermain polo dengan salah satu putra Tian, Tian Wei. Kuda yang mereka tunggangi tanpa sengaja bertabrakan yang mengakibatkan Tian Wei tewas. Tian sangat murka, ia memenjarakan Li Baozheng dan mengirim surat pada Li Baochen yang berisi protes. Li yang ingin menyelesaikannya baik-baik membalas surat itu beserta sebuah tongkat, ia mengizinkan Tian menghajar Li Baozheng dengan tongkat itu. Tian melakukannya, namun karena terlalu marah atas kematian putranya, ia memukuli Li Baozheng secara berlebihan sehingga menewaskannya. Tentu saja hal ini membangkitkan kemarahan Li Baochen yang langsung memutuskan hubungan aliansi dengan Tian. Ia lalu mengajak Li Zhengji, yang juga sudah gerah dengan sepak terjang Tian, meminta restu kaisar untuk menyerang Tian. Kaisar setuju, ia bahkan mengerahkan pasukan dari sejumlah wilayah yang setia pada pemerintah untuk membantu mereka menyerang Tian. Li Baochen, Zhu Tao (adik Zhu Ci, gubernur militer Lulong) dan Xue Jianxun (gubernur militer Taiyuan) menyerang dari utara, sementara Li Zhengji bersama Li Zhongchen (gubernur militer Huaixi) menyerang dari selatan. Pada babak awal, pasukan gabungan itu berhasil mengalahkan Tian dan menduduki Cizhou (sekarang Handan) yang adalah wilayah Tian. Namun Tian sadar, dirinya sendirian tidak akan sanggup menghadapi mereka secara frontal di medan perang, sehingga ia mulai memilih jalan diplomasi untuk menabur perpecahan di antara mereka.

Mula-mula ia mengirim utusan untuk menemui Li Zhengji, kepada Li ia menjanjikan akan berbagi sebagian wilayah dengannya. Li menyepakatinya dan ia pun menghentikan serangannya. Selanjutnya Tian mendekati Li Baochen yang kebetulan saat itu sedang bermasalah dengan kasim utusan istana, Ma Chengqian. Li merasa terhina karena Ma tidak puas dengan hadiah yang diberikannya dan mencampakkan hadiah itu di hadapannya. Tian menghasut Li dengan mengatakan bila ia bergabung dengannya menyerang Lulong, Zhu tidak akan bisa menandingi kekuatan mereka. Li Baochen termakan hasutan itu, ia pun lalu melakukan serangan dadakan terhadap Zhu, namun Zhu berhasil lolos dari maut. Tujuan Tian pun tercapai sudah, sejak itu Li dan Zhu menjadi musuh bebuyutan. Untuk memperbaiki hubungannya yang sempat rusak dengan Li, Tian menghibahkan wilayah Cangzhou padanya. Setelah itu, ia mengirim surat permintaan maaf pada kaisar. Ia berjanji untuk berkunjung ke Chang’an untuk memberi hormat pada kaisar sebagai tanda ketulusannya. Kaisar Daizong setuju, namun segera setelah memberi pengampunan, Tian menelan kembali kata-katanya dengan menolak datang ke Chang’an. Kaisar Daizong, yang tidak ingin memperpanjang masalah, membiarkannya saja tanpa mengungkit-ungkit masalah ini lagi. Dalam perang ini, Tian hanya kehilangan wilayah Yingzhou (sekarang juga termasuk dalam wilayah Cangzhou) yang direbut oleh Zhu Tao.

Tahun 776, Tian Shenyu, gubernur militer Biansong (sekarang Kaifeng, Henan) meninggal. Salah satu perwiranya, Li Lingyao, mengambil alih jabatan gubernur militer dan menyatakan wilayah itu sebagai wilayah semi independen dari pemerintah pusat. Kaisar pun memerintahkan wilayah-wilayah sekitar Biansong mengerahkan pasukannya untuk menyerang Li. Tian kembali bermain api, bukannya membantu pemerintah menumpas pemberontakan itu, ia malah mengirim keponakannya, Tian Yue, memimpin pasukan untuk membantu Li Lingyao. Namun Tian mengalami kekalahan dari dua jenderal pro-pemerintah, Li Zhongchen dan Ma Sui. Sementara Li Lingyao juga pada akhirnya berhasil dikalahkan dan ditangkap oleh jenderal Li Mian lalu dihukum mati. Sekali lagi Tian mengirim surat permohonan maaf pada kaisar dan sekali lagi kaisar mengampuninya tanpa mewajibkannya datang ke Chang’an dengan pertimbangan tidak cukup kekuatan untuk menyerang Tian lagi.

Tian memiliki 11 putra, namun ia memilih Tian Yue, yang dianggapnya lebih mampu dibanding putra-putranya, sebagai calon penerusnya. Sementara putra-putranya sendiri diangkat sebagi asisten bagi Tian Yue. Tian Chengsi, meninggal dunia pada tahun 779, atas permintaan Li Baochen, kaisar mengijinkan Tian Yue mewarisi jabatan pamannya sebagai gubernur militer Weibo.

Referensi