Kirene, Libya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Xqbot (bicara | kontrib)
k r2.7.3) (bot Menambah: eu:Zirene
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 39 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q44112
Baris 49: Baris 49:
[[Kategori:Situs Yunani di Libya]]
[[Kategori:Situs Yunani di Libya]]
[[Kategori:Kedudukan kehormatan Gereja Ortodoks Koptik]]
[[Kategori:Kedudukan kehormatan Gereja Ortodoks Koptik]]

[[ar:شحات]]
[[arz:قورينه]]
[[bg:Кирена]]
[[bn:সাইরিন, লিবিয়া]]
[[br:Kyrene]]
[[ca:Cirene]]
[[cy:Cyrene]]
[[da:Kyrene]]
[[de:Kyrene]]
[[el:Κυρήνη]]
[[en:Cyrene, Libya]]
[[es:Cirene]]
[[eu:Zirene]]
[[fa:شحات، لیبی]]
[[fi:Kyrene]]
[[fr:Cyrène]]
[[gl:Cirene]]
[[he:קירנה]]
[[hr:Cirena]]
[[it:Cirene (sito archeologico)]]
[[ja:キュレネ]]
[[ka:კირენა]]
[[ko:키레네 (리비아)]]
[[la:Cyrene]]
[[lt:Kirėnė]]
[[mn:Кирене хот]]
[[nl:Cyrene (stad)]]
[[no:Kyrene]]
[[pl:Cyrena]]
[[pt:Cirene (cidade)]]
[[ro:Cirene]]
[[ru:Кирена (город)]]
[[scn:Cireni]]
[[sh:Cirena]]
[[sr:Кирена (град)]]
[[sv:Kyrene]]
[[th:คิวเรเน]]
[[uk:Кірена]]
[[zh:昔兰尼]]

Revisi per 5 April 2013 15.23

Situs Arkeologis Kirene
Situs Warisan Dunia UNESCO
Reruntuhan Kirene
KriteriaBudaya: ii, iii, vi
Nomor identifikasi190
Pengukuhan1982 (ke-6)

Kirene, kota Yunani kuno (yang terletak di wilayah Libya sekarang) adalah kota tertua dan terpenting di antara lima kota Yunani di wilayah ini. Berdasarkan kota ini Libya mendapatkan nama klasiknya, 'Kirenaika' yang telah dipertahankannya hingga zaman modern. Kota ini terletak di sebuah lembah yang subur di dataran tinggi Jebel Akhdar. Kota ini dinamai menurut sebuah mata air, Kire, yang disucikan oleh orang-orang Yunani bagi Apollo.

Kirene didirikan sebagai sebuah koloni bangsa Yunani di Thera, yang menurut tradisi dipimpin oleh Aristoteles (belakangan disebut Battus) dari Thera, sekitar 630 SM, sekitar 16 km dari pelabuhannya, Apollonia (Marsa Sousa). Rincian mengenai pendirian kota ini dimuat dalam Kitab IV dari Sejarah karya Herodotus. Dengan segera kota ini menjadi kota utama di wilayah Libya kuno antara Mesir dan Karthago (Kirenaika), mempertahankan hubungan komersial dengan semua kota Yunani, dan mencapai puncak kemakmurannya di bawah raja-rajanya sendiri pada abad ke-5 SM. Tak lama setelah 460 SM kota ini menjadi sebuah republik; setelah kematian Alexander Agung (323 SM) kota ini jatuh ke tangan Dinasti Ptolemeus dan menjadi tidak terurus.

Kirenaika menjadi bagian dari imperium yang dikuasai oleh Dinasti Ptolemeus dari Alexandria di Mesir dan belakangan jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi. Kirene adalah tempat kelahiran Eratosthenes dan ada sejumlah filsuf yang terkait dengan kota ini termasuk Kallimakhus, Karneades, Aristippus dan Arete, serta Sinesius, uskup dari Ptolemais pada abad ke-4 M.

Para penduduk Kirene pada masa Sulla (l.k. 85 SM) dibagi ke dalam empat kelas: warga negara, petani, penduduk asing, dan orang Yahudi, yang merupakan sebuah kelompok minoritas yang bergolak. Pemerintah kota itu, Apion menyerahkannya kepada orang-orang Romawi, tetapi Roma mempertahankan pemerintahan swa-prajanya. Pada 74 SM Kirene dijadikan sebuah provinsi Romawi; namun, apabila di bawah pemerintah Dinasti Ptolemeus para penduduk Yahudi menikmati hak-hak yang setara, kini mereka mengalami penindasan yang kian meningkat dari penduduk Yunani yang otonom dna jauh lebih besar jumlahnya. Ketegangan-ketegangan mencapai puncaknya pada pemberontakna orang-orang Yahudi di Kirene di bawah pemerintahan Vespasianus ( 73 M) dan khususnya Trayanus (117). Pemberontakan ini dipadamkan oleh Marcius Turbo, namun baru setelah sejumlah besar penduduk terbunuh (Dio Cassius, lxviii. 32). Menurut Eusebius meledaknya tindakan kekerasan itu menyebabkan penduduk Libya menjadi jauh berkurang sehingga beberapa tahun kemudian koloni-koloni baru harus dibentuk sekadar untuk mempertahankan pemukiman yang berlanjut di situ.

Ekspor utama Kirene di sepanjang sejarah awalnya – tumbuhan obat-obatan silfium – ditampilkan pada kebanyakan mata uang Kirene, hingga tanaman itu dituai habis-habisan hingga punah. Meskipun kompetisi komersial dari Karthago dan Alexandria mengurani perdagangannya, Kirene, dengan pelabuhannya Apollonia (Marsa Susa), tetap merupakan pusat urban yang penting hingga gempa bumi 365. Ammianus Marcellinus menggambarkannya pada abad ke-4 sebagai kota mati, dan Sinesius, seorang penduduk kelahiran Kirene, melukiskannya pada abad berikutnya sebagai sebuah reruntuhan yang sangat besar yang berada di bawah kekuasaan kaum nomaden.

Nama keenam uskup Kristen diketahui: menurut legenda Bizantium yang pertama adalah St. Lukius (Kisah 13:1); St. Teodorus mati syahid di bawah Kaisar Diocletianus; sekitar tahun 370 Filo memberanikan diri untuk mengangkat dirinya uskup untuk Hidra, dan digantikan oleh sepupunya sendiri, Filo; Rufus berpihak dengan Dioscorus dalam apa yang disebut Sinode Penyamun (Latrocinium) di Efesus pada 449; Leontius hidup sekitar 600.

Kirene kini adalah sebuah situs arkeologis dekat desa Shahat. Salah satu cirinya yang paling menonjol adalah Kuil Apollo yang mulanya dibangun pada abad ke-7 SM. Bangunan-bangunan kuno lainnya termasuk Kuil Demetrius dan Kuil Zeus yang sebagian dibiarkan tidak diekskavasi (kuil yang terakhir ini dengan sengaja dirusakkan atas perintah Moammar Khadafy pada musim panas 1978). Ada sebuah nekropolis yang besar sekitar 10 km antara Kirene dan pelabuhan kunonya Apollonia.

Kirene dalam Alkitab

Kirene disebutkan dalam Kitab 2 Makabe: Kitab ini dikatakan oleh penulisnya sebagai inti sari dari karya lima jilid oleh seorang Yahudi Helenistik yang bernama Yason dari Kirene yang hidup sekitar 100 SM. (Baik Gereja Katolik maupun Gereja Timur mengakui 2 Makabe kanonik; Protestan tidak.) Kirene juga disebutkan dalam Perjanjian Baru: seseorang yang bernama Simon dari Kirene memikul salib Kristus (Markus 15:21 dan yang sejajar). Lihat pula Kisah 2:10, 6:9; 11:20; 13:1.

Penemuan baru

Pada 2005, para arkeolog Italia dari Universitas Urbino menemukan 76 patung Romawi yang utuh di Kirene dari abad ke-2 M. Patung-patung ini lama tidak diketahui kehadirannya karena, menurut arkeolog Mario Luni, "pada masa gempa bumi tahun 375 M, sebuah dinding penopang kuil jatuh pada sisinya, mengubur semua patung itu. Mereka tetap tersembunyi di balik batu, puing, dan tanah selama 1600 tahun. Dindin-dinding lainnya melindungi patung-patung ini, sehingga kita dapat menemukan semuanya, bahkan karya-karya yang telah pecah." [1]

Pranala luar

Lihat pula

32°49′N 21°51′E / 32.817°N 21.850°E / 32.817; 21.850