Gereja Protestan Maluku: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Sobboy Moi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39: Baris 39:
1999-2003
1999-2003
Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja terbakar.
Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja terbakar.

== Galeri==
<gallery>
Berkas:GPMPnielOma.JPG |Gereja Protestan Maluku Jemaat Oma PNIEL
Berkas:GPMUllathSyaloom.jpg |Gereja Protestan Maluku Jemaat Ullath Syaloom
Berkas:GPMPetraHaria.JPG |Gereja Protestan Maluku Jemaat Haria Petra
Berkas:GerejaNolloth.JPG |Gereja Protestan Maluku Jemaat Nolloth
</gallery>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 Desember 2012 00.10

Gereja Protestan Maluku (GPM) merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon, Maluku pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk sebagai bentuk kemandirian gereja.

Tentang Gereja

Gereja Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah Provinsi Maluku (Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut), Pulau-pulau Banda, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru (Dobo), Tanimbar, Babar, Leti-Moa-Lakor, Kisar hingga Wetar, dan Provinsi Maluku Utara (Ternate, Pulau-pulau Bacan, Pulau-pulau Obi, dan Kepulauan Sula) GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-nyala. Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada Perang Dunia II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan RMS di tahun 1950 berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Seram. Kemudian yang terakhir ketika pecah kerusuhan antarwarga Kristen – Islam yang sangat disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian. Sehingga kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur, fasilitas sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis berhenti melayani dan ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali, dan Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa tempat bekas kerusuhan muncul pembagian wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang sebenarnya sangat disayangkan, serta muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada kedua pihak.

Kini GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan masyarakat Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong” yang diharapkan dapat menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga masyarakat Kristen di Maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang komprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan.

Sejarah

1605 27 Februari GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvanis dari orang-orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon.

1621 Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan berkedudukan di Batavia (Jakarta),

1622 Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktivitas penginjilan di wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya melalui peran Pendeta Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di Teluk Ambon, beliau pun meninggal, dan misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku, maupun Indonesia).

1799 Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang terlantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon.

1821 NZG (Nederlands Zending Genootschap) mengutus Josep Kam ke Maluku.

1871 Josep Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon

1930, Gereja terus berkembang di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandse Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku.

1935 6 September GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi, liturgi, keuangan, dan

1950 RMS membakar Kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar.

1999-2003 Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja terbakar.

Galeri

Referensi