Purba: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh 180.241.119.168) dan mengembalikan revisi 5312138 oleh 203.160.58.138
Baris 11: Baris 11:


==== Raja-Raja Kerajaan Purba Pak-Pak di Pematang Purba ====
==== Raja-Raja Kerajaan Purba Pak-Pak di Pematang Purba ====

# Tuan Pangultop Ultop (1624-1648)
1. RAJA PURBA I. TUAN RAENDAN/PANGULTOP ULTOP 1515 – 1560
# Tuan Ranjiman (1648-1669)
2. RAJA PURBA II. TUAN RAJIMAN 1560 – 1590
# Tuan Nanggaraja (1670-1692)
3. RAJA PURBA III.TUAN NANGGAR 1590 – 1631.
# Tuan Batiran (1692-1717)
4. RAJA PURBA IV.TUAN BATIRAN 1631 – 1650
# Tuan Bakkaraja (1718-1738)
5. RAJA PURBA V. TUAN BAKKARAJA 1650 – 1679
# Tuan Baringin (1738-1769)
6. RAJA PURBA VI. TUAN BARINGIN 1679 – 1727
# Tuan Bona Batu (1769-1780)
7. RAJA PURBA VII. TUAN BONA BATU 1727 – 1762
# Tuan Raja Ulan (1781-1769)
8. RAJA PURBA VII. TUAN RAJAULAN 1762 – 1795
# Tuan Atian (1800-1825)
9. RAJA PURBA IX. TUAN ATIAN 1795 – 1830
# Tuan Horma Bulan (1826-1856)
10. RAJA PURBA X. TUAN HORMABULAN 1830 – 1867
# Tuan Raondop (1856-1886)
11. RAJA PURBA XI. TUAN RAONDOB 1867 – 1904
# Tuan Rahalim (1886-1921)
12. RAJA PURBA XII. TUA RAHALIM 1904 – 1921
# Tuan Karel Tanjung (1921-1931)
13. RAJA PURBA XIII. TUAN KAREL TANJUNG 1921-1934
# Tuan Mogang (1933-1947)
14. RAJA PURBA XIV.TUAN MOGANG 1934 -1947
# Tuan Ricky Herianto Purba (1985- sekarang )
15. Tuan Ricky Herianto Purba (1985- sekarang )

PANGULTOP OMPUNGNI PURBA PAK-PAK.

Alkisah di daerah PAK PAK ada kampung yg bernama TUNGTUNG BATU masuk kawasan SILIMA PUNGGA PUNGGA, disana ada terjadi suatu bencana yang disebabkan mengganasnya sejenis burung buas yang oleh penduduk setempat disebut MANUK MANUK SIPITU ULU atau MANUK MANUK NANGGORDAHA. Burung buas tersebut banyak menyambar anak anak untuk menjadi mangsanya, oleh karena itu terberitalah suatu usaha dari Raja Negri itu untuk mengadakan suatu pengumuman bahwa barang siapa yang dapat membunuh burung tersebut akan dijadikan menantu Raja dan akan diangkat menjadi RAJA PANDUA (wakil raja)
Begitu meluasnya pengumumanRaja Silima Pungga pungga tersebut hingga terdengar sampai dikampung BATU SARINDAN di daerah SENGKEL Aceh Selatan. Anak Tuan Batu Sarindan seorang pemuda bernama RAENDAN tanpa berpikir panjang memberitahukan niatnya kepada orang tuanya Tuan PINTU BATU untuk mengikuti pengumuman Raja Pak pak tersebut.
Semula orang tuanya merasa keberatan mengigat bahwa RAENDAN adalah anak tunggal, tetapi akhirnya orang tuanya dapat menyetujui dan memberangkatkan si RAENDAN dengan ULTOP PUSAKA LIKKIT BERACUN secukupnya, maka berangkatlah ia dengan tekad untuk membunuh burung buas itu.

Sesampai di negeri SILIMA PUNGGA-PUNGGA iapun memberitahukan kesanggupannya kepada raja negeri itu, maka mulailah pengembaraannya dalam memburu burung NANGGORDAHA yang buas itu.
Setelah beberapa hari menunggu burung buas itupun dating lagi untuk menyambar anak anak sebagai mangsanya, dengan sigapnya si RAENDAN menghembuskan ultopnya kearah burung itu, tetapi heran burung itu tidak mati tetapi terbang kedahan kayu yang tidak jauh dari tempat itu, RAENDAN mengejarnya kedekat pohon kayu itu dan sewaktu membidikkan ultopnya burung itu terbang lagi kedahan kayu yang lain seolah oleh mengejek RAEDAN.

Demikianlah akhirnya setelah berminggu minggu mengikuti jejak burung itu rupa rupanya ia sudah sampai didaerah sekitar LEHU, desekitar hutan LEHU, RAENDAN kembali melihat burung NAGGORDAHA tersebut bertengger diatas kayu BUAH BANGGAL pada waktu RAENDAN membidikkan ultopnya burung itupun terbang lagi dari kayu yang satu ke kayu yang lainnya, begitulah seterusnya dan setelah berbulan bulan sampailah dia di hutan sekitar SIHODON HODON (sipitu huta).
Setelah istirahat beberapa saat lamanya ia meliahat burung itu sedang bertengger diatas BUAR BUAR maka RAENDAN membidikkan ultopnya tetapi burung itu terus terbang juga, namun ia tidak putus asa dan terus mengikuti jejak burung buas itu, akhirnya ia tersesat disekitar DOLOG SIMBOLON, RAENDAN terus berjalan melalui hutan-hutan menuju kearah timur maka sampailah ia di NAGUR RAJA (wilayah kerajaan nagur).
Dikerajaan NAGUR pada waktu itu sedang terjadi peperangan dengan kerajaan lain, maka RAENDAN ditangkap oleh tentara NAGUR dan dibawa menghadap TUAN NAGUR RAJA, RAENDAN menceritakan dengan jujur pengalamannya memburu manuk manuk NANGGORDAHA, Dikerajaan NAGUR ini ia mengabdikan diri pada kerajaan dan selalu mendampinggi RAJA NAGUR dalam peperangan maupun dalam berburu, berkat kecerdasan dan jasa jasanya membantu RAJA NAGUR untuk membina pasukan sumpit berbisa(beracun) maka ia dijadikan memantu raja dan kawin dengan putrid NAGUR bernama TAPI OMAS BORU DAMANIK.
Tidak berapa lama sesudah hari perkawinan itu RAENDAN diajak oleh tulangnya (Raja Nagur) berburu ke hutan, dengan tak disangka sangka ia bertemu lagi dengan burung NANGGORDAHA yang dikejar kejarnya mulai tanah PAKPAK, burung itu masih dapat terbang dan ia terus memburunya, dalam pengejaran burung itu ia rupa-rupanya telah sampai di SIBORO GAUNG GAUNG, RAENDANpun sudah hamper putus asa karena burung yang dikejar kejarnya itu tidak ketemu lagi.

Ia berjalan terus dan sampailah ia di sekitar PEMATANG PURBA, RAENDAN menemukan bangkai burung itu sudah membusuk, makanya ia membulatkan tekadnya untuk tidak kembali ke PAK PAK, sebab kalupun ia kembali tidak dapat dibuktikan lagi bahwa dialah yang membunuh burung itu, dengan perasaan gundah iapun terus berjalan menuju NAGUR RAJA, tetapi ditengah jalan iapun tersesat masuk kesebuah kampong yang bernama SIMALLOBONG masuk wilayah kerajaan PANEI, bekas daerah tahlukhan kerajaan siantar, disinipun RAENDAN menceritakan pengalamannya sejak dari tanah pak pak. Karena yakin akan keterangannya maka TUAN SIMALLOBONG dapat menerimanya dan kebetulan pula TUAN SIMALLOBONG adalah marga DAMANIK keturunan dari NAGUR.

Pada suatu ketika datanglah mertua TUAN SIMALLOBONG datang berkunjung ke simallobong bersama seorang adik perempuannya yang cantik (BORU SARAGIH), mertua tuan simallobong ini adalah TUAN SILAMPUYANG marga SARAGIH.
RAENDAN merasa tertarik melihat aroma muka putri boru saragih tersebut dan berusaha menegornya dengan ramah tamah, dan rupanya putri itupun menyambut dengan baik, maka merekapun mengikat janji untuk melangsungkan perkawinan, walupun tuan putri kembali bersama bapaknya ke SILAMPUNYUNG, akan tetapi wajah RAENDAN tetap terbayang, karena tidak dapat menahan rindu ia mohon ijin kepada bapaknya dengan dalih ingin berkunjung kepada kakaknya di simallobong, kehendak ini ditolak oleh bapaknya dengan alasan keamanan.

Akhirnya dengan bantuan TUAN SIPOLHA, tuan putri boru saragih bersama dengan wanita lainnya naik solu bolon ke TIGA LANGIUNG (sekarang haranggaol) dan dapat bertemu dengan RAENDAN pada hari pekan.
Merekapun bersama sama berangkat keperladangan disekitar pematang purba, disanalah mereka melangsungkan perkawinan hidup rukun dan damai.

Berita tentang perkawinan RAENDAN dengan putri silampuyang (br. Saragih) sampai juga kepada tuan simallobang , tuan simallobang timbul amarahannya, karena dia tau bahwa RAENDAN sudah kawin dengan putri raja nagur sewaktu ia bermukim disana. Untuk menjaga agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan, maka RAENDAN pindah kepematang purba dimana ia menemukan bakai burung NANGGORDAHA.
Berkat ketekunan RAENDAN mengolah ladangnya maka hasil panennyapun melimpah ruah, maka banyaklah orang berdatangan memintak hasil tanamannya, RAENDAN selalu memberikan kepada siapa saja yang memintanya, penduduk sekitar mengganggap RAENDAN sebagai orang yang dihormati, mereka memanggilnya dengan julukan gelar TUAN PURBA, setiap orang menerima hasil tanam tanamannya selalu mengucapkan DIATEI TUPA MA TUAN PURBA.

Mendengar berita itu TUAN SIMALLOBONG bertambah berang karena sudah timbul saingannya yakni TUAN PURBA (RAENDAN), karma dialah satu satunya TUAN di wilanyah itu, Tuan simallobong memerintahkan agar RAENDAN mengantarkan kembali adik istrinya ke SILAMPUYUNG dalam waktu yang sangat singkat dan RAENDAN harus meninggalkan negeri itu, tantangan itu tidak digubris oleh RAENDAN malah ia bertahan dan menyatakan diri bahwa dialah TUAN ditempat itu dan tanah itu adalah tanahnya sendiri, memperhatikan jawabban itu Tuan simallobong meminta agar RAENDAN mengucapkan BIJA (sumpah) atas ucapannya itu. Tantangan tersebut diterima oleh RAENDAN dan meminta waktu beberapa minggu, RAENDAN segera kembali kekampung di BATU SARINDAN dan mohon petunjuk dari bapaknya agar tidak termakan BIJA (sumpah) tersebut.
Oleh bapaknya diberangkatkanlah SARENDAN dengan segemgam tanah, selembar ampang (kulit kambing), dan air satu tatabu (labu) dengan peralatan itu RAENDAN kembali ke purba, Tiba saat yang ditentukan maka RAENDAN menduduki tanah yang segemgam yang diatasnya dilapisi ampang (kulit kambing) dan meminum air dari tatabu lalu mengucapkan BIJA (sumpah )
"ANGGO LANG TANOHKU NA HUHUNDULI ON, JANAH BAHKU NA HUHINUM ON, MATEIMA AHU, TAPI ANGGO TANOHKU DO NA HUHUNDULI ON JANAH BAHKU DO NA HUINUM ON, AHU MA HOT JADI TUAN IJON" Sumpah tersebut disaksikan oleh TUAN SIMALLOBONG, wakil wakil dari Raja berempat di Simalungun dan rakyat di sekitar purba, dilaksanakan di TIGARUNGGU.

Demikianlah akhirnya karena sampai batas waktu yang ditentukan maka RAENDAN tetap segar bugar, berarti bija yang diucapkan adalah benar dan diridhoi Tuhan yang Maha Kuasa menjadi TUAN di tanah PURBA, maka pada tahun 1515 TUAN RAENDAN disyahkan (ipatappei sihilap) menjadi TUAN PURBA/RAJA PURBA dengan marga PURBA PAK PAK, mengigat sejarah pengembaraannya dari daerah PAKPAK berburu manuk manuk NAGGORDAHA.
Sejak saat itu resmilah KERAJAAN PURBA menjadi kerajaan yang ke enam (6) di tanah Simalungun sesudah kerajaan DOLONG SILAU, TANOH JAWA, PANEI, RAYA dan SIANTAR.


ditulis oleh :J.Djamauli PURBA


===Versi Lain===
===Versi Lain===

Revisi per 24 Agustus 2012 06.01

Purba adalah salah satu marga atau morga dari empat marga asli dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Asal-usul

Etimologi

Secara Etimologi Purba berasal dari bahasa Sanskerta, purwa yang berarti timur. Arti lainnya adalah gelagat masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.[1]

Kerajaan Purba

Rumah Bolon Raja Purba di Pematang Purba, Simalungun.

Purba adalah marga dari Raja di kerajaan Banua Purba, salah satu kerajaan yang pernah ada di daerah Simalungun. Raja Purba memiliki keturunan: Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak, Girsang, Tondang, Sihala, Raya.

Raja-Raja Kerajaan Purba Pak-Pak di Pematang Purba

1. RAJA PURBA I. TUAN RAENDAN/PANGULTOP ULTOP 1515 – 1560 2. RAJA PURBA II. TUAN RAJIMAN 1560 – 1590 3. RAJA PURBA III.TUAN NANGGAR 1590 – 1631. 4. RAJA PURBA IV.TUAN BATIRAN 1631 – 1650 5. RAJA PURBA V. TUAN BAKKARAJA 1650 – 1679 6. RAJA PURBA VI. TUAN BARINGIN 1679 – 1727 7. RAJA PURBA VII. TUAN BONA BATU 1727 – 1762 8. RAJA PURBA VII. TUAN RAJAULAN 1762 – 1795 9. RAJA PURBA IX. TUAN ATIAN 1795 – 1830 10. RAJA PURBA X. TUAN HORMABULAN 1830 – 1867 11. RAJA PURBA XI. TUAN RAONDOB 1867 – 1904 12. RAJA PURBA XII. TUA RAHALIM 1904 – 1921 13. RAJA PURBA XIII. TUAN KAREL TANJUNG 1921-1934 14. RAJA PURBA XIV.TUAN MOGANG 1934 -1947 15. Tuan Ricky Herianto Purba (1985- sekarang )

PANGULTOP OMPUNGNI PURBA PAK-PAK.

Alkisah di daerah PAK PAK ada kampung yg bernama TUNGTUNG BATU masuk kawasan SILIMA PUNGGA PUNGGA, disana ada terjadi suatu bencana yang disebabkan mengganasnya sejenis burung buas yang oleh penduduk setempat disebut MANUK MANUK SIPITU ULU atau MANUK MANUK NANGGORDAHA. Burung buas tersebut banyak menyambar anak anak untuk menjadi mangsanya, oleh karena itu terberitalah suatu usaha dari Raja Negri itu untuk mengadakan suatu pengumuman bahwa barang siapa yang dapat membunuh burung tersebut akan dijadikan menantu Raja dan akan diangkat menjadi RAJA PANDUA (wakil raja) Begitu meluasnya pengumumanRaja Silima Pungga pungga tersebut hingga terdengar sampai dikampung BATU SARINDAN di daerah SENGKEL Aceh Selatan. Anak Tuan Batu Sarindan seorang pemuda bernama RAENDAN tanpa berpikir panjang memberitahukan niatnya kepada orang tuanya Tuan PINTU BATU untuk mengikuti pengumuman Raja Pak pak tersebut. Semula orang tuanya merasa keberatan mengigat bahwa RAENDAN adalah anak tunggal, tetapi akhirnya orang tuanya dapat menyetujui dan memberangkatkan si RAENDAN dengan ULTOP PUSAKA LIKKIT BERACUN secukupnya, maka berangkatlah ia dengan tekad untuk membunuh burung buas itu.

Sesampai di negeri SILIMA PUNGGA-PUNGGA iapun memberitahukan kesanggupannya kepada raja negeri itu, maka mulailah pengembaraannya dalam memburu burung NANGGORDAHA yang buas itu. Setelah beberapa hari menunggu burung buas itupun dating lagi untuk menyambar anak anak sebagai mangsanya, dengan sigapnya si RAENDAN menghembuskan ultopnya kearah burung itu, tetapi heran burung itu tidak mati tetapi terbang kedahan kayu yang tidak jauh dari tempat itu, RAENDAN mengejarnya kedekat pohon kayu itu dan sewaktu membidikkan ultopnya burung itu terbang lagi kedahan kayu yang lain seolah oleh mengejek RAEDAN.

Demikianlah akhirnya setelah berminggu minggu mengikuti jejak burung itu rupa rupanya ia sudah sampai didaerah sekitar LEHU, desekitar hutan LEHU, RAENDAN kembali melihat burung NAGGORDAHA tersebut bertengger diatas kayu BUAH BANGGAL pada waktu RAENDAN membidikkan ultopnya burung itupun terbang lagi dari kayu yang satu ke kayu yang lainnya, begitulah seterusnya dan setelah berbulan bulan sampailah dia di hutan sekitar SIHODON HODON (sipitu huta). Setelah istirahat beberapa saat lamanya ia meliahat burung itu sedang bertengger diatas BUAR BUAR maka RAENDAN membidikkan ultopnya tetapi burung itu terus terbang juga, namun ia tidak putus asa dan terus mengikuti jejak burung buas itu, akhirnya ia tersesat disekitar DOLOG SIMBOLON, RAENDAN terus berjalan melalui hutan-hutan menuju kearah timur maka sampailah ia di NAGUR RAJA (wilayah kerajaan nagur). Dikerajaan NAGUR pada waktu itu sedang terjadi peperangan dengan kerajaan lain, maka RAENDAN ditangkap oleh tentara NAGUR dan dibawa menghadap TUAN NAGUR RAJA, RAENDAN menceritakan dengan jujur pengalamannya memburu manuk manuk NANGGORDAHA, Dikerajaan NAGUR ini ia mengabdikan diri pada kerajaan dan selalu mendampinggi RAJA NAGUR dalam peperangan maupun dalam berburu, berkat kecerdasan dan jasa jasanya membantu RAJA NAGUR untuk membina pasukan sumpit berbisa(beracun) maka ia dijadikan memantu raja dan kawin dengan putrid NAGUR bernama TAPI OMAS BORU DAMANIK. Tidak berapa lama sesudah hari perkawinan itu RAENDAN diajak oleh tulangnya (Raja Nagur) berburu ke hutan, dengan tak disangka sangka ia bertemu lagi dengan burung NANGGORDAHA yang dikejar kejarnya mulai tanah PAKPAK, burung itu masih dapat terbang dan ia terus memburunya, dalam pengejaran burung itu ia rupa-rupanya telah sampai di SIBORO GAUNG GAUNG, RAENDANpun sudah hamper putus asa karena burung yang dikejar kejarnya itu tidak ketemu lagi.

Ia berjalan terus dan sampailah ia di sekitar PEMATANG PURBA, RAENDAN menemukan bangkai burung itu sudah membusuk, makanya ia membulatkan tekadnya untuk tidak kembali ke PAK PAK, sebab kalupun ia kembali tidak dapat dibuktikan lagi bahwa dialah yang membunuh burung itu, dengan perasaan gundah iapun terus berjalan menuju NAGUR RAJA, tetapi ditengah jalan iapun tersesat masuk kesebuah kampong yang bernama SIMALLOBONG masuk wilayah kerajaan PANEI, bekas daerah tahlukhan kerajaan siantar, disinipun RAENDAN menceritakan pengalamannya sejak dari tanah pak pak. Karena yakin akan keterangannya maka TUAN SIMALLOBONG dapat menerimanya dan kebetulan pula TUAN SIMALLOBONG adalah marga DAMANIK keturunan dari NAGUR.

Pada suatu ketika datanglah mertua TUAN SIMALLOBONG datang berkunjung ke simallobong bersama seorang adik perempuannya yang cantik (BORU SARAGIH), mertua tuan simallobong ini adalah TUAN SILAMPUYANG marga SARAGIH. RAENDAN merasa tertarik melihat aroma muka putri boru saragih tersebut dan berusaha menegornya dengan ramah tamah, dan rupanya putri itupun menyambut dengan baik, maka merekapun mengikat janji untuk melangsungkan perkawinan, walupun tuan putri kembali bersama bapaknya ke SILAMPUNYUNG, akan tetapi wajah RAENDAN tetap terbayang, karena tidak dapat menahan rindu ia mohon ijin kepada bapaknya dengan dalih ingin berkunjung kepada kakaknya di simallobong, kehendak ini ditolak oleh bapaknya dengan alasan keamanan.

Akhirnya dengan bantuan TUAN SIPOLHA, tuan putri boru saragih bersama dengan wanita lainnya naik solu bolon ke TIGA LANGIUNG (sekarang haranggaol) dan dapat bertemu dengan RAENDAN pada hari pekan. Merekapun bersama sama berangkat keperladangan disekitar pematang purba, disanalah mereka melangsungkan perkawinan hidup rukun dan damai.

Berita tentang perkawinan RAENDAN dengan putri silampuyang (br. Saragih) sampai juga kepada tuan simallobang , tuan simallobang timbul amarahannya, karena dia tau bahwa RAENDAN sudah kawin dengan putri raja nagur sewaktu ia bermukim disana. Untuk menjaga agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan, maka RAENDAN pindah kepematang purba dimana ia menemukan bakai burung NANGGORDAHA. Berkat ketekunan RAENDAN mengolah ladangnya maka hasil panennyapun melimpah ruah, maka banyaklah orang berdatangan memintak hasil tanamannya, RAENDAN selalu memberikan kepada siapa saja yang memintanya, penduduk sekitar mengganggap RAENDAN sebagai orang yang dihormati, mereka memanggilnya dengan julukan gelar TUAN PURBA, setiap orang menerima hasil tanam tanamannya selalu mengucapkan DIATEI TUPA MA TUAN PURBA.

Mendengar berita itu TUAN SIMALLOBONG bertambah berang karena sudah timbul saingannya yakni TUAN PURBA (RAENDAN), karma dialah satu satunya TUAN di wilanyah itu, Tuan simallobong memerintahkan agar RAENDAN mengantarkan kembali adik istrinya ke SILAMPUYUNG dalam waktu yang sangat singkat dan RAENDAN harus meninggalkan negeri itu, tantangan itu tidak digubris oleh RAENDAN malah ia bertahan dan menyatakan diri bahwa dialah TUAN ditempat itu dan tanah itu adalah tanahnya sendiri, memperhatikan jawabban itu Tuan simallobong meminta agar RAENDAN mengucapkan BIJA (sumpah) atas ucapannya itu. Tantangan tersebut diterima oleh RAENDAN dan meminta waktu beberapa minggu, RAENDAN segera kembali kekampung di BATU SARINDAN dan mohon petunjuk dari bapaknya agar tidak termakan BIJA (sumpah) tersebut. Oleh bapaknya diberangkatkanlah SARENDAN dengan segemgam tanah, selembar ampang (kulit kambing), dan air satu tatabu (labu) dengan peralatan itu RAENDAN kembali ke purba, Tiba saat yang ditentukan maka RAENDAN menduduki tanah yang segemgam yang diatasnya dilapisi ampang (kulit kambing) dan meminum air dari tatabu lalu mengucapkan BIJA (sumpah ) "ANGGO LANG TANOHKU NA HUHUNDULI ON, JANAH BAHKU NA HUHINUM ON, MATEIMA AHU, TAPI ANGGO TANOHKU DO NA HUHUNDULI ON JANAH BAHKU DO NA HUINUM ON, AHU MA HOT JADI TUAN IJON" Sumpah tersebut disaksikan oleh TUAN SIMALLOBONG, wakil wakil dari Raja berempat di Simalungun dan rakyat di sekitar purba, dilaksanakan di TIGARUNGGU.

Demikianlah akhirnya karena sampai batas waktu yang ditentukan maka RAENDAN tetap segar bugar, berarti bija yang diucapkan adalah benar dan diridhoi Tuhan yang Maha Kuasa menjadi TUAN di tanah PURBA, maka pada tahun 1515 TUAN RAENDAN disyahkan (ipatappei sihilap) menjadi TUAN PURBA/RAJA PURBA dengan marga PURBA PAK PAK, mengigat sejarah pengembaraannya dari daerah PAKPAK berburu manuk manuk NAGGORDAHA. Sejak saat itu resmilah KERAJAAN PURBA menjadi kerajaan yang ke enam (6) di tanah Simalungun sesudah kerajaan DOLONG SILAU, TANOH JAWA, PANEI, RAYA dan SIANTAR.


ditulis oleh :J.Djamauli PURBA

Versi Lain

Pada abad ke-18 ada beberapa marga Simamora dari Bakkara yang merantau melalui Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Purba keturunan Simamora (kemungkinan Purba Sigulang Batu) ini kemudian tinggal di Tangga Batu dan Purbasaribu. Selain itu ada juga Purba Manorsa, yaitu purba parhorbo yang berasal dari huta Simamora Nabolak, Toba yang juga merantau ke simanalungun. Sebagian orang percaya bahwa keturunan Simamora inilah yang menjadi leluhur marga Purba yang ada di daerah Simalungun. Keturunan Simamora ini menetap dan beranak cucu di daerah tersebut dan keturunannya dianggap sebagai orang Simalungun dan bukan lagi keturunan orang Toba (beda dengan Purba Sigulang Batu), yang menjadi leluhurnya. semakin lama keturunan Purba ini semakin banyak hingga jumlahnya menjadi lebih besar dari Purba Sigulang Batu yang tidak merantau ke tanah Simalungun. Pandangan bahwa keturunan Simamora ini sebagai leluhur Purba kurang diterima selain karena tidak ada dokumen yang mendasarinya juga karena waktunya lebih muda dibanding masa kepemimpinan raja pertama yang tercatat menjabat sebagai raja di kerajaan Purba (abad ke-17).

Submarga Purba

Purba terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

  1. Girsang
    1. Girsang Jabu Bolon
    2. Girsang Na Godang
    3. Girsang Parhara
    4. Girsang Rumah Parik
    5. Girsang Bona Gondang
  2. Pakpak
  3. Raya
  4. Siboro
  5. Siborom Tanjung
  6. Sidasuha
    1. Sidadolog
    2. Sidagambir
  7. Sigumonrong
  8. Sihala
  9. Silangit
  10. Tambak
  11. Tambun Saribu
  12. Tanjung
  13. Tondang
  14. Tua

Selain dari sub marga di atas, beberapa suku yang hidup di sekitar daerah Simalungun juga berbaur dengan penduduk bermarga Purba dan mengakibatkan timbulnya afiliasi marga-marga lain dengan marga Purba, antara lain: Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon.

Purba Tanjung

Purba Tanjung berasal dari Sipinggan, Simpang Haranggaol, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Beberapa sumber menyatakan bahwa "Tanjung" pada marga ini berasal dari lokasi kampung Sipinggan yang merupakan sebuah Tanjung di Danau Toba, arah Haranggaol.

Keturunan Purba Tanjung berasal dari garis keturunan Ompung Marsahan Omas (dalam bahasa Indonesia berarti Bercawan Emas, karena kebiasaannya minum dari cawan Emas), yang adalah keturunan Purba Parhorbo. Marsahaan Omas memiliki keturunan bernama Bongguran yang memiliki kebiasaan "maranggir" (mandi air jeruk purut) di sekitar kampung Nagori, dengan menggunakan cawan emas.

Marsahan Omas memiliki 3 keturunan:

  1. Tuan Siborna
  2. Nahoda Raja
  3. Namora Soaloon

Nahoda Raja memiliki anak bernama Raja Omo yang merupakan Purba Tanjung pertama yang bermukim di Sipinggan.

Daftar silsilah Purba Tanjung adalah sebagai berikut:

  1. Raja Omo
  2. Raja Girahma
  3. Raja Na Ijombai Gabur
  4. Raja Napinajongjong
  5. Raja Daniel Igor Jakarta (3 bersaudara), menghilang
  6. Raja Pusia
  7. Paulus Purba Tanjung (6 bersaudara)
  8. Markus Purba Tanjung (P Siantar)
  9. James M. Purba Tanjung (Bandung)
  10. Gabriel Radewa Purba Tanjung (Bandung)

Purba Siboro

Pada tahun 1996, salah satu putra dari Raja Siboro diculik dan dinyatakan menghilang berserta ketiga saudaranya.

Tokoh terkenal

  • Pdt. Belman Purba Dasuha, Ephorus GKPS 2005-2010.[2]
  • Ir. Guntur S. Siboro, ME,MBA, Professional, mantan Direktur PT. Indosat, Tbk
  • Drs. Jabintang Siboro, Birokrat dan Tokoh Marga Siboro se - JABODETABEK
  • Drs. James P. Siboro, Konsultan Keuangan dan Tokoh Marga Siboro se - JABODETABEK
  • dr. Judin Purba Tanjung .MKes, Ketua Tumpuan Purba Tanjung se Jabodetabek
  • Juniver Girsang, Advokat
  • Junimart Girsang, Advokat
  • Kompol Kolestra Siboro, SH (Polri)
  • Ir. Laras Siboro, Professional, PT. Telkom, Tbk
  • Drs. Makmur Adrianus Siboro, MEngSc, Birokrat
  • AKBP. Mestron Siboro, SH
  • Polim Siboro, SH., Birokrat
  • Martin Caspar Purba, Ahli Falsafah dan Pengajar - Medan
  • Rusman Purba Siboro, SH., Ahli Hukum
  • Drs. Slamat Purba Siboro, Birokrat Keuangan
  • Kapten (Mar) Suparman Siboro
  • Teddy Purba, seorang artis nasional Indonesia di tahun 1980-an.[3]
  • Yan Apul H. Girsang, Advokat dan Pengajar

Catatan kaki

  1. ^ Pdt Juandaha Raya P. Dasuha, STh, SIB (Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22/10/2006
  2. ^ (Indonesia) Haleluya, akhirnya Ephorus dan Sekjend 2005-2010 terpilih Situs Resmi GKPS, diakses 8 September 2008.
  3. ^ (Inggris) IMDB: Teddy Purba, diakses 31 Januari 2012.