Kitab Pengkhotbah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:


== Perdebatan mengenai Pengarang ==
== Perdebatan mengenai Pengarang ==
Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah dianggap sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.<ref name="Singgih"></ref> Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harafiah Kitab Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.<ref name="Singgih">Emanuel Gerrit Singgih. 2001. ''Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.<ref name="Singgih"></ref> Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:
Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah dianggap sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.<ref name="Singgih"></ref> Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harafiah Kitab {{Alkitab|Pengkhotbah 1:1}} dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.<ref name="Singgih">Emanuel Gerrit Singgih. 2001. ''Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.<ref name="Singgih"></ref> Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:


=== Alasan Isi ===
=== Alasan Isi ===
Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini.<ref name="Singgih"></ref> Lalu dalam pasal 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Kohelet, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.<ref name="Singgih"/>
Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini.<ref name="Singgih"></ref> Lalu dalam pasal 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum ''Pengkhotbah'', padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.<ref name="Singgih"/>


Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.<ref name="Singgih"></ref> Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.<ref name="Singgih"></ref>
Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.<ref name="Singgih"></ref> Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.<ref name="Singgih"></ref>


=== Alasan Bahasa ===
=== Alasan Bahasa ===
Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.<ref name="Singgih"></ref> Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya ''sye'' dari ''asyer'' dan ''illu'' dari ''im lo''.<ref name="Singgih"></ref> Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM.), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.<ref name="Singgih"></ref> Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.<ref name="Singgih"></ref>
Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.<ref name="Singgih"></ref> Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya ''sye'' dari ''asyer'' dan ''illu'' dari ''im lo''.<ref name="Singgih"></ref> Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani dianggap baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.<ref name="Singgih"></ref> Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.<ref name="Singgih"></ref>


=== Alasan Pemikiran ===
=== Alasan Pemikiran ===

Revisi per 1 Juni 2012 13.27

Pengkhotbah

Kitab Pengkhotbah adalah bagian dari Alkitab Perjanjian Lama. Judul ini berasal dari bahasa Ibrani: קוהלת (Qohelet). Dasar kata ini adalah קהל (Qahal), yang berarti "perhimpunan". Kata Qohelet inilah yang diterjemahkan menjadi "Pengkhotbah" yang menyiratkan fungsi keagamaan. Namun demikian isi Kitab ini tidak mencerminkan fungsi tersebut. Karena itu, sebagian para sarjana mengusulkan guru sebagai terjemahan alternatif, meskipun kata ini pun tidak berhasil sepenuhnya menangkap gagasan dasar yang dikandung dalam istilah bahasa Ibraninya. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), kata qohelet dalam teks diterjemahkan menjadi 'Sang Pemikir'.

Sang Pengkhotbah secara harafiah adalah seseorang yang berkhotbah kepada pertemuan ini. Dalam bahasa Inggris, kitab ini disebut Ecclesiastes yang berasal dari bahasa Yunani dalam kitab Septuaginta (LXX): Εκκλησιαστής. Kata ini berasal dari kata Yunani: Εκκλησία (Gereja/jemaat). Artinya sama saja, yaitu "seseorang yang berkhotbah pada sebuah pertemuan."

Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari 'Sang Pemikir'. Ia merenungkan secara dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.

Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami tindakan Tuhan dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun demikian, dinasehatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-pemberian Tuhan.

Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi kenyataan bahwa buku ini termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan keputusasaan semacam itu.

Banyak orang yang telah membaca kitab ini merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-sifat mereka berdiri di dalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab yang mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga memberi harapan tentang Tuhan, harapan yang memberi arti kehidupan yang sebenarnya.[1]

Ayat-ayat terkenal

  • Pengkhotbah 3:1: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
  • Pengkhotbah 3:10–11: Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
  • Pengkhotbah 11:9: Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
  • Pengkhotbah 12:1: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"

Pengkhotbah di dalam Kanon

Kitab Pengkhotbah merupakan satu dari lima gulungan (Megillot) yang dibaca pada hari raya Pondok Daun.[2] Di dalam kanon Alkitab Ibrani, kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: Ketuvim) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.[3] Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti Septuaginta dan Vulgata (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari Daud dan Salomo.[4] Dengan demikian urutannya adalah Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan kitab Kebijaksanaan Salomo dianggap Apokrifa).[4] Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.[4] Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.[4]

Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.[2] Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa pasal 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.[2] Nampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.[2]

Perdebatan mengenai Pengarang

Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah dianggap sebagai Salomo, anak Daud, yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.[5] Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harafiah Kitab Pengkhotbah 1:1 dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.[5] Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.[5] Ada beberapa alasan yang menunjukkan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo:

Alasan Isi

Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini.[5] Lalu dalam pasal 1:16 dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum Pengkhotbah, padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.[5]

Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada pasal 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.[5] Ditambah lagi pada pasal 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.[5]

Alasan Bahasa

Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.[5] Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya sye dari asyer dan illu dari im lo.[5] Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani dianggap baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.[5] Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam Mishna, yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.[5]

Alasan Pemikiran

Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.[5] Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar Laut Tengah pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.[5]

Alasan Gaya Bahasa

Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada pasal 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.[5] Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur di masa lalu.[5]

Waktu Penulisan

Mengenai waktu penulisan, ada berbagai pendapat yang berbeda.[4] Akan tetapi ada konsensus antara para ahli bahwa waktu penulisan Kitab Pengkhotbah adalah di antara tahun 400-200 SM.[6][4] Alasannya, kitab ini ditulis setelah pembuangan dan juga setelah mendapat pengaruh filsafat Yunani sehingga diperkirakan ditulis setelah tahun 400 SM.[4] Sedangkan alasan mengapa tidak mungkin melewati tahun 200 adalah adanya acuan terhadap kitab ini dari Kitab Sirakh (ditulis kira-kira 180 SM.)[4], serta ditemukannya bagian dari kitab ini di antara Gulungan Laut Mati yang umurnya diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 SM.[2]

Referensi

  1. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.
  2. ^ a b c d e (Inggris)Georg Fohrer. 1968. Introduction to Old Testament. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.
  3. ^ (Inggris)Norman K. Gottwald. 1985. The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction. Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.
  4. ^ a b c d e f g h W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  6. ^ S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lihat pula