Pasukan Sparta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Maraton
 
Alagos (bicara | kontrib)
Baris 13: Baris 13:
Tidak dapat terelakkan, kedua kekuatan itu pun saling bentrok. Pada awalnya Argos meraih kesuksesa, seperti misalnya kemenangan pada Pertempuran Hysiai pada tahun 669 SM, yang memicu [[Perang Messenia Kedua|pemberontakan orang Messenia]], yang menyibukkan pasukan Sparta selama hampir dua puluh tahun.<ref>Sekunda (1998), hlm. 6-7</ref> Selama abad ke-6 SM, Sparta mengamankan kekuasaannya di semenanjung Peloponnesos: [[Arkadia]] dipaksa untuk mengakui kekuasaan Sparta, Argos kehilangan knuria (pesisir tenggara Peloponnesos) sekitar tahun 546 SM dan harus menderita serangan menghancukan lainnya dari [[Kleomenes I]] pada [[Pertempuran Sepeia]] pada tahun 494 SM, sementara itu ekspedisi berulang melawan rezim [[tiran]] di seluruh Yunani sangat meningkatkan wibawa Sparta.<ref name=Sekunda7>Sekunda (1998), p. 7</ref> Pada awal abad ke-7 SM, Sparta tak lagi tertandingi di Yunani selatan, sebagai kekuatan unggul (''[[hegemon]]'') dari [[Liga Peloponneso]] yang baru didirikan (yang secara karakteristik lebih dikenal oleh orang-orangs ezamannya sebagai "Bangsa Lakadaimon dan sekutunya").<ref name=Connolly11>Connolly (2006), hlm. 11</ref>
Tidak dapat terelakkan, kedua kekuatan itu pun saling bentrok. Pada awalnya Argos meraih kesuksesa, seperti misalnya kemenangan pada Pertempuran Hysiai pada tahun 669 SM, yang memicu [[Perang Messenia Kedua|pemberontakan orang Messenia]], yang menyibukkan pasukan Sparta selama hampir dua puluh tahun.<ref>Sekunda (1998), hlm. 6-7</ref> Selama abad ke-6 SM, Sparta mengamankan kekuasaannya di semenanjung Peloponnesos: [[Arkadia]] dipaksa untuk mengakui kekuasaan Sparta, Argos kehilangan knuria (pesisir tenggara Peloponnesos) sekitar tahun 546 SM dan harus menderita serangan menghancukan lainnya dari [[Kleomenes I]] pada [[Pertempuran Sepeia]] pada tahun 494 SM, sementara itu ekspedisi berulang melawan rezim [[tiran]] di seluruh Yunani sangat meningkatkan wibawa Sparta.<ref name=Sekunda7>Sekunda (1998), p. 7</ref> Pada awal abad ke-7 SM, Sparta tak lagi tertandingi di Yunani selatan, sebagai kekuatan unggul (''[[hegemon]]'') dari [[Liga Peloponneso]] yang baru didirikan (yang secara karakteristik lebih dikenal oleh orang-orangs ezamannya sebagai "Bangsa Lakadaimon dan sekutunya").<ref name=Connolly11>Connolly (2006), hlm. 11</ref>


Pada akhir abad ke-6 SM, Sparta diakui oleh negara-negara kota kuat lainnya. Raja [[Kroisos dari Lydia]] membuat persekutuan dengan Sparta,<ref name="holland-persianfire">{{cite book|last=Holland|first=Tom|title=Persian Fire: The First World Empire and the Battle for the West|publisher=Anchor|isbn=0307279480}}</ref> dan di kemudian hari, kota-kota Yunani di Asia Minor meminta bantuannya dalam [[Pemberontakan Ionia]].<ref name="holland-persianfire" /> Dalam [[invasi kedua Persia ke Yunani]] di bawah raja Persia, [[Xerxes I dari Persia|Xerxes]], Sparta ditunjuk sebagai pemimpin pasukan persekutuan Yunani di darat dan laut. Karena hal inilah, pasukan Sparta memainkan peranan krusial dalam menghalau invasi, terutama pada [[Pertempuran Thermopylae]] dan [[Pertempuran Plataia]]. Akan tetapi setelahnya, tuduhan persekongkola [[Pausanias (jenderal)|Pausanias]] dengan Persia dan keengganan Sparta untuk pergi terlalu jauh dari rumah, menjadi Sparta mundur dari pasukan persekutuan Yunani, dan dengan demikian kepemimpinan atas pasukan persekutuan diberikan kepada [[Athena (kota)|Athena]] yang juga sedang bangkit. Athena menerima posisi dan bertekad akan terus melanjutkan usaha untuk menyerang Persia.
Pada akhir abad ke-6 SM, Sparta diakui oleh negara-negara kota kuat lainnya. Raja [[Kroisos dari Lydia]] membuat persekutuan dengan Sparta,<ref name="holland-persianfire">{{cite book|last=Holland|first=Tom|title=Persian Fire: The First World Empire and the Battle for the West|publisher=Anchor|isbn=0307279480}}</ref> dan di kemudian hari, kota-kota Yunani di Asia Minor meminta bantuannya dalam [[Pemberontakan Ionia]].<ref name="holland-persianfire" /> Dalam [[invasi kedua Persia ke Yunani]] di bawah raja Persia, [[Xerxes I dari Persia|Xerxes]], Sparta ditunjuk sebagai pemimpin pasukan persekutuan Yunani di darat dan laut. Karena hal inilah, pasukan Sparta memainkan peranan krusial dalam menghalau invasi, terutama pada [[Pertempuran Thermopylae]] dan [[Pertempuran Plataia]]. Akan tetapi setelahnya, tuduhan persekongkola [[Pausanias (jenderal)|Pausanias]] dengan Persia dan keengganan Sparta untuk pergi terlalu jauh dari rumah, menjadi Sparta mundur dari pasukan persekutuan Yunani, dan dengan demikian kepemimpinan atas pasukan persekutuan diberikan kepada [[Athena (kota)|Athena]] yang juga sedang bangkit. Athena menerima posisi dan bertekad akan terus melanjutkan usaha untuk menyerang Persia. Sementara itu, akibat dari pemunduran ini, Sparta menjadi cenderung isolasionis.

Kecenderungan isolasionis ini lebih jauh lagi diperkuat oleh adanya pemberontakan oleh beberapa sekutunya dan satu [[Gempa bumi Sparta 464 SM|gempa bumi besar]] pada tahun 464 SM, yang disusul oleh pemberontakan berskala besar yang dilakukan oleh para [[helot]] Messenia.<ref name=Sekunda7/> Pada saat bersamaan, Athena semakin kuat dan mulai menjadi kekuatan utama di Yunani. Ini akhirnya berujung pada bentrokan antara Athena dan Sparta, dan keduanya bertikai dalam [[Perang Peloponnesos Pertama]] serta [[Perang Peloponnesos|Perang Peloponesos Kedua]], yang merusakkan banyak daerah di Yunani. Sparat menderita beberapa kekalahan mengejutkan pada perang ini, termasuk untuk pertama kalinya seluruh unit Sparta menyerang pada [[Pertempuran Sphakteria]] pada tahun 425 SM. Meskipun demikian, Sparta pada akhirnya menjadi pemenang dalam perang ini, terutama karena dibantu oleh Persia. Di bawah kepemimpinan admiralnya, yakni [[Lysandros]], armada Peloponnesos yang dibiayai oleh Persia menaklukan kota-kota sekutu Athena, dan kemenangan telak pada pertempuran laut di [[Pertempuran Aegospotami|Aegospotami]] akhirnya memaksa Athena untuk menyerah.<ref name=Sekunda7/> Kekalahan Athena menjadikan Sparta sebagai negara yang memiliki kekuatan palong dominan di seluruh Yunani.


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==

Revisi per 1 Januari 2012 02.12

Pasukan Sparta adalah pasukan militer di negara kota Sparta, salah satu negara kota terkuat di Yunani kuno. Pasukan ini merupakan salah satu pusat perdaban negara Sparta, yang tujuan utama dari tiap penduduknya adalah menjadi prajurit yang kuat.[1] Melaksanakan latiahn militer bagi warganya sejak mereka masih kanak-kanak, pasukan Sparta menjadi salah satu pasukan tempur yang paling ditakuri dalam sejarah dunia. Subject to military drill from infancy, the Spartans were one of the most feared military forces in world history. Pada masa kejayaannya pada abad ke6 dan ke-4 SM, sudah secara umum dianggap bahwa "satu prajurit Sparta sama berharganya dengan beberapa prajurit dari negara lain."[1]

Sejarah

Pasukan zaman Mykenai

Catatan tertua mengenai keterlibatan Sparta dalam perang adalah dalam Iliad, ketika merek bertempur bersama kontingen Yunani lainnya. Seperti pasukan Mykenai lainnya, pasukan Sparta sebagian besarnya merupakan infantri, dilengkapi dengan pedang pendek, tombak, Dyplon dan satu perisai perunggu kecil. Ini aadalah masa peperangan heroik dengan siasat yang sederhana, seringkali tidak lebih lebih dari serangan langsung dan pembunuhan banyak prajurit musuh — tidak aneh jika keseluruhan pasukan dikejar dan dibantai setelah dipukul mundur.[2] Siasat pertempurannya adalah "kebebasan untuk semua.".[2]"

Kereta perang digunakan orang-orang elit, namun tidak seperti di Timur Tengah, kereta perang Yunani tampaknya hanya digunakan untuk transoprtasi dalam perang, dengan para prajuritnya turun dari kereta perang untuk bertempur dengan berjalan kaki dan kemudian naik lagi ke kereta perang untuk pergi dari pertempuran, meskipun beberapa sumber menyebutkan bahwa ada juga prajurit yang menyerang menggunakan tombak dari atas kereta perang mereka.[3]

Reformasi Zaman Arkaik dan perluasan

Sparta Mykenai, seperti wilayah lainnya di Yunani, dengan cepat diserbu oleh invasi Doria, yang mengakhiri peradaban Mykenai dan memulai Zaman Kegelapan Yunani. Pada masa ini, Sparta atau Lakadaimon hanyalah satu desa Doria di bantaran sungai Eurotas di Lakonia. Akan tetapi, pada awal abad ke-8 SM, masyarakat Sparta berubah. Reformasi ini, yang oleh tradisi kuni disebut dilakukan oleh tokoh mitos Lykurgos, menciptakan institusi baru dan menmulai ciri kemiliteran di negara Sparta.[4] Konstitusi Lykurgos ini tetap tidak berubah dalam esensinya selama lima abad berikutnya.[4] Sejak sekitar tahun 750 SM, Sparta melakukan perluasan perlahan-lahan, pertama-tama dengan menaklukan Amyklai dan pemukiman-pemukiman lainnya di Lakonia, dan kemudian, pada Perang Messenia Pertama, menaklukan negara Messenia yang subur. Pada awal abad ke-7 SM, Sparta, bersama dengan Argos, adalah kekuatan paling berpengaruh di Peloponnesos.

Hegemnoni Sparta di Peloponnesos

Tidak dapat terelakkan, kedua kekuatan itu pun saling bentrok. Pada awalnya Argos meraih kesuksesa, seperti misalnya kemenangan pada Pertempuran Hysiai pada tahun 669 SM, yang memicu pemberontakan orang Messenia, yang menyibukkan pasukan Sparta selama hampir dua puluh tahun.[5] Selama abad ke-6 SM, Sparta mengamankan kekuasaannya di semenanjung Peloponnesos: Arkadia dipaksa untuk mengakui kekuasaan Sparta, Argos kehilangan knuria (pesisir tenggara Peloponnesos) sekitar tahun 546 SM dan harus menderita serangan menghancukan lainnya dari Kleomenes I pada Pertempuran Sepeia pada tahun 494 SM, sementara itu ekspedisi berulang melawan rezim tiran di seluruh Yunani sangat meningkatkan wibawa Sparta.[6] Pada awal abad ke-7 SM, Sparta tak lagi tertandingi di Yunani selatan, sebagai kekuatan unggul (hegemon) dari Liga Peloponneso yang baru didirikan (yang secara karakteristik lebih dikenal oleh orang-orangs ezamannya sebagai "Bangsa Lakadaimon dan sekutunya").[7]

Pada akhir abad ke-6 SM, Sparta diakui oleh negara-negara kota kuat lainnya. Raja Kroisos dari Lydia membuat persekutuan dengan Sparta,[8] dan di kemudian hari, kota-kota Yunani di Asia Minor meminta bantuannya dalam Pemberontakan Ionia.[8] Dalam invasi kedua Persia ke Yunani di bawah raja Persia, Xerxes, Sparta ditunjuk sebagai pemimpin pasukan persekutuan Yunani di darat dan laut. Karena hal inilah, pasukan Sparta memainkan peranan krusial dalam menghalau invasi, terutama pada Pertempuran Thermopylae dan Pertempuran Plataia. Akan tetapi setelahnya, tuduhan persekongkola Pausanias dengan Persia dan keengganan Sparta untuk pergi terlalu jauh dari rumah, menjadi Sparta mundur dari pasukan persekutuan Yunani, dan dengan demikian kepemimpinan atas pasukan persekutuan diberikan kepada Athena yang juga sedang bangkit. Athena menerima posisi dan bertekad akan terus melanjutkan usaha untuk menyerang Persia. Sementara itu, akibat dari pemunduran ini, Sparta menjadi cenderung isolasionis.

Kecenderungan isolasionis ini lebih jauh lagi diperkuat oleh adanya pemberontakan oleh beberapa sekutunya dan satu gempa bumi besar pada tahun 464 SM, yang disusul oleh pemberontakan berskala besar yang dilakukan oleh para helot Messenia.[6] Pada saat bersamaan, Athena semakin kuat dan mulai menjadi kekuatan utama di Yunani. Ini akhirnya berujung pada bentrokan antara Athena dan Sparta, dan keduanya bertikai dalam Perang Peloponnesos Pertama serta Perang Peloponesos Kedua, yang merusakkan banyak daerah di Yunani. Sparat menderita beberapa kekalahan mengejutkan pada perang ini, termasuk untuk pertama kalinya seluruh unit Sparta menyerang pada Pertempuran Sphakteria pada tahun 425 SM. Meskipun demikian, Sparta pada akhirnya menjadi pemenang dalam perang ini, terutama karena dibantu oleh Persia. Di bawah kepemimpinan admiralnya, yakni Lysandros, armada Peloponnesos yang dibiayai oleh Persia menaklukan kota-kota sekutu Athena, dan kemenangan telak pada pertempuran laut di Aegospotami akhirnya memaksa Athena untuk menyerah.[6] Kekalahan Athena menjadikan Sparta sebagai negara yang memiliki kekuatan palong dominan di seluruh Yunani.

Catatan kaki

  1. ^ a b Connolly (2006), hlm. 38
  2. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama lanefox
  3. ^ Warry (2004), hlm. 14-15
  4. ^ a b Sekunda (1998), p. 4
  5. ^ Sekunda (1998), hlm. 6-7
  6. ^ a b c Sekunda (1998), p. 7
  7. ^ Connolly (2006), hlm. 11
  8. ^ a b Holland, Tom. Persian Fire: The First World Empire and the Battle for the West. Anchor. ISBN 0307279480.