Akhudiat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
WL8 Wikan (bicara | kontrib)
sunting data
WL8 Wikan (bicara | kontrib)
sunting referensi
Baris 35: Baris 35:
'''Akhudiat''', juga dikenal dengan nama '''Diat''' ({{lahirmati|[[Karanganyar, Rogojampi, Banyuwangi]], [[Jawa Timur]]|5|5|1946}}), adalah seorang [[penulis]] [[Indonesia]], terutama menulis drama atau naskah lakon/skenario, juga menulis cerita pendek, puisi dan buku umum (non-fiksi).<ref name="akhudiat">{{id}} ''Antologi Drama Indonesia'' Jilid III. Amanah-Lontar, 2006, Jakarta. ISBN 979-99858-4-6</ref>
'''Akhudiat''', juga dikenal dengan nama '''Diat''' ({{lahirmati|[[Karanganyar, Rogojampi, Banyuwangi]], [[Jawa Timur]]|5|5|1946}}), adalah seorang [[penulis]] [[Indonesia]], terutama menulis drama atau naskah lakon/skenario, juga menulis cerita pendek, puisi dan buku umum (non-fiksi).<ref name="akhudiat">{{id}} ''Antologi Drama Indonesia'' Jilid III. Amanah-Lontar, 2006, Jakarta. ISBN 979-99858-4-6</ref>


Menempuh pendidikan Sekolah Rakyat(SR) Rogojampi, Banyuwangi, lulus tahun 1958, lalu melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember, lulus tahun 1962, kemudian melanjutkan sekolah di PGAA Malang sambil mengajar di beberapa SMP/SMA, serta madrasah tsanawiyah/aliyah.<ref name="akhudiat2">{{id}} http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html diakses pada 14 Desember 2011, Pendidikan dan Karir Akhudiat</ref> Selepas itu, Diat belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta, lulus tahun 1965.<ref name="akhudiat2"/> Tahun 1972—1973, kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS) namun tidak tamat.<ref name="akhudiat2"/>
Menempuh pendidikan Sekolah Rakyat(SR) Rogojampi, Banyuwangi, lulus tahun 1958, lalu melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember, lulus tahun 1962, kemudian melanjutkan sekolah di PGAA Malang sambil mengajar di beberapa SMP/SMA, serta madrasah tsanawiyah/aliyah.<ref name="akhudiat3">{{id}} http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html diakses pada 14 Desember 2011, Pendidikan dan Karir Akhudiat</ref> Selepas itu, Diat belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta, lulus tahun 1965.<ref name="akhudiat3"/> Tahun 1972—1973, kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS) namun tidak tamat.<ref name="akhudiat3"/>


Sejak tahun 1970 diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.<ref>{{cite web|url=http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html/|title=Akhudiat
Sejak tahun 1970 diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.<ref>{{cite web|url=http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html/|title=Akhudiat

Revisi per 14 Desember 2011 06.58

Templat:Inuse 311211

Akhudiat
PekerjaanPenulis
KebangsaanIndonesia Indonesia
PasanganMulyani
AnakAyesha, Andre Muhammad, Yasmin Fitrida

Akhudiat, juga dikenal dengan nama Diat (lahir 5 Mei 1946), adalah seorang penulis Indonesia, terutama menulis drama atau naskah lakon/skenario, juga menulis cerita pendek, puisi dan buku umum (non-fiksi).[1]

Menempuh pendidikan Sekolah Rakyat(SR) Rogojampi, Banyuwangi, lulus tahun 1958, lalu melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) IV Jember, lulus tahun 1962, kemudian melanjutkan sekolah di PGAA Malang sambil mengajar di beberapa SMP/SMA, serta madrasah tsanawiyah/aliyah.[2] Selepas itu, Diat belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) III Yogyakarta, lulus tahun 1965.[2] Tahun 1972—1973, kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS) namun tidak tamat.[2]

Sejak tahun 1970 diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Pusat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya.[3] Jabatan terakhirnya adalah Kepala Bagian Kemahasiswaan, Kantor Pusat IAIN Sunan Ampel Surabaya, pensiun tahun 2002.[4] Setelah pensiun, sejak tahun 2002 hingga sekarang, ia menjadi Dosen Luar Biasa pada Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.[5]

Akhudiat menjabat sebagai Komite Sastra dan Teater di Dewan Kesenian Surabaya tahun 1972—1982.[6] Pada tahun yang sama (1972—1982), juga sebagai sutradara dan penulis naskah teater di komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS). Ia menjadi anggota pleno di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) sejak tahun 1999 hingga sekarang.[7] Menjabat sebagai steering committee Festival Seni Surabaya (FSS) sejak tahun 2000 hingga sekarang.[8]


Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa Akhudiat adalah anak desa yang lahir di Rogojampi, Banyuwangi. Sejak masih sekolah di tingkat Sekolah Rakyat (SR) —sekarang Sekolah Dasar (SD)— ia sudah sangat gemar membaca. Segala buku dibacanya, dari bacaan komik Gareng-Petruk, hingga ensiklopedia kesehatan. Menarik sekali, ketika di depan sekolahnya terdapat kedai/toko buku yang sekaligus merangkap agen koran dan majalah; sehingga Akhudiat kecil bisa mengintip/mencuri-curi baca saat istirahat sekolah. Bahkan di rumah Pakdenya yang Jururawat, banyak sekali tumpukan koran dan majalah terbitan Surabaya dan Yogya, sehingga ia dengan leluasa bisa membacanya. Diantaranya ada Minggu Pagi (Yogya), Terang Bulan (Surabaya), serta buku-buku tebal tentang kesehatan. Di rumah pamannya yang lain, bernama Paman Ahim, Akhudiat, membaca majalah Indian Film (Surabaya), lantas di rumah Guru Rasad membaca habis majalah Wijaya (Surabaya), buku-buku serial Naga Mas (Surabaya), dan Serikat 17 (Jakarta). Di rumah teman mainnya yang terbuka siang dan malam, Diat bisa membaca habis konik Mahabarata dan Ramayana karya Kosasih. Menurut pengakuan Akhudiat, buku yang sangat menarik perhatiannya sewaktu usia SR adalah buku-buku karya Motinggo Bosye (1937—1999) pada koran Minggu Pagi, dan Supriyadi Tomodihardjo (kini di Belanda) pada koran Terompet Masyarakat. Selain bacaan yang banyak, kepekaan Diat diperkaya juga dengan pengalaman masa kecilnya yang suka menonton bioskop, sandiwara keliling berbahasa Indonesia, seperti: Bintang Surabaya, Gema Masa, Kintamani, Opera Melayu, Ketoprak, Wayang Orang, dan Ludruk. Dia, Akhudiat, juga menonton Kentrung Trenggalek, Rengganis, yakni sejenis wayang menak dengan tokoh Amir Ambyah, Umarmoyo, Umarmadi, Putri, China, Jin Baghdad, Lamdahur. Tidak itu saja, ia menonton juga Orkes Melayu, Wayang Potehi, Sandiwara Misri, dan banyak lagi. Itulah yang kemudian menjadikan Akhudiat kaya referensi tentang seni dan budaya, dan bahkan ia bisa menulis cerpen, puisi, dan naskah drama. Sewaktu masih di Yogyakarta, sekitar tahun 1962—1965, ia lebih sering keluyuran ke perpustakaan, toko-toko buku, pasar loak buku, melihat pementasan drama dan pameran lukisan. Lukisan yang paling ia sukai adalah karya Isnaeni, pelukis Sanggar Bambu yang selalu memakai celana pendek. Pementasan drama yang pernah ia saksikan dan masih berkesan adalah Iblis (Mohammad Diponegoro), Setan-setan Tua (Arifin C. Noer), Hai yang di Luar Itu (terjemahan William Saroyan) yang dimainkan mahasiswa UGM, dengan sutradara WS Rendra, sebelum berangkat ke New York, Amerika Serikat.

Akhudiat juga mengaku pernah ikut kursus akting di Teater Muslim pimpinan Mohamad Diponegoro dan juga berguru pada teater milik Arifien C. Noer. Menurut pengakuannya, Yogyakarta merupakan kota yang membekalinya dengan kosakata teater. Ucapan Arifien C. Noer yang selalu dia ingat adalah, “Bacalah naskah drama, pelajari dialog-dialognya, kamu akan bisa menulis naskah sendiri.” Sejak saat itu, Akhudiat ingin belajar menulis drama dengan langsung belajar dari naskah jadi yang dipunyainya. Di samping itu, ia juga belajar dengan cara membaca naskah, seperti Malam Jahanam (tragedi), Nyonya dan Nyonya (farce-play, banyolan), Iblis, Timadar, dan banyak lagi. Di kampungnya sendiri, Rogojampi, ia mengaku pernah mementaskan drama Jebakan Maut (sayang, ia lupa nama pengarangnya), dan Akhudiat bahkan jadi aktor, yang berperan sebagai dokter, dengan menutup lakon dengan teriakan’ “Vox populi vox Dei” (suara rakyat adalah suara Tuhan.)

Tulisan pertama Akhudiat adalah tentang Markeso, seorang aktor tunggal “Ludruk Garingan”. Markeso merupakan tokoh kunci dalam kesenian khas Jawa Timur Ludruk. Tulisan Akhudiat tentang hal itu termuat di Surabaya Post tahun 1970. Pada saat itu, Akhudiat menerima honorarium sebesar Rp100,00 (Seratus Rupiah) untuk tulisannya itu. Melihat drama sampai pada tahun 1970 dalam format prosenium, baik dalam pementasan Malam Jahanam, Pinang (Chekov), Citra (Usmar Ismail), Taman (Iwan Simatupang), atau Sendyakalaning Majapahit (Armijn Pane), Akhudiat beranggapan bahwa panggung prosenium mengangankan bingkai pada gambar dua dimensi yang tampak depan, samping (profil), dan satu fokus utama. Gambar atau adegan itu meniru alam atau dunia di luar panggung. Maka kita biasanya sangat akrab dengan adegan yang ada di panggung seperti suasana di dalam rumah dengan segala perlengkapan perabotannya, atau adegan hutan, jalan, pantai, taman, dengan layar scenery dan para pelaku duduk-duduk atau jejer wayang dalam melakoni nasibnya. Menurut Diat, panggung indah dan rapi begini sudah berlangsung sejak era Stamboel atau Opera Melayu. Ini masih bisa dilihat turunannya pada panggung Srimulat, Ketoprak, atau Ludruk. Melihat “drama” semacam itu, Akhudiat beranggapan kurang imajinatif, kurang “liar”, dan terlalu “diatur”. Menyikapi hal tersebut, bersama komunitas Bengkel Muda Surabaya, Akhudiat menawarkan panggung yang lain, yaitu “panggung kosong”. Dunia panggung adalah dunia imajiner, make-believe, pura-pura, rekaan, mungkin tiruan alam luar panggung, mungkin juga tidak. Bisa berasal dari mana pun: gagasan sejarah, pengalaman, peristiwa sehari-hari, berita/artikel, mimpi, bahkan pure nothing, diraih dari angin. Maka muncullah di panggung, orang atau barang, baik sebagai pelaku/pelakon atau properti/alat bermain. Semuanya berubah, bergerak, berombak, berirama, berganti, bertukar, berkeliaran, bahkan berontak, menjadi lakon. Maka adegan-adegannya dominan out-door/exterior. Beberapa lakon awal saya juluki dengan “teater jalanan.” Bisa main di dalam gedung, taman, lapangan, halaman, pendapa, arena, atau di mana saja. Dengan pikiran “teater jalanan” Diat mendapat gagasan ketika sering ketemu corat-coret (graffiti, tunggal: graffito) berupa tulisan atau cukilan di tembok, pohon, batu, bangku, gardu, halte, stasiun, terminal, tempat wisata, atau di mana pun, yang hanya berisi dua nama, pemuda dan pemudi yang sedang bercinta. Pesan singkat ini tentu mengandung kisah panjang di baliknya. Coretan atau “Grafito” kemudian dijadikan judul naskah dramanya. Grafito yang ditulis tahun 1972 ini berkisah tentang dua remaja, Ayesha dan Limbo, ketemu di jalanan. Keduanya adalah pemimpin geng yang terlibat dalam kisah love/hate, cinta/benci. Ini merupakan sebuah konflik. Untuk menambah derajat konflik lebih berbelit dan tegang, maka saya imbuhi: pemuda Limbo beragama Katolik, Ayesha seorang Muslimah. Dua geng bisa akur, kedua pemimpin bersetuju nikah, tapi Kyai dan Pastur tidak mau kompromi dan ambil resiko. Mereka cari-cari solusi: perkawinan teatrikal di tengah lapangan dengan ritus sesajen, mendatangkan Dewi Ratih dan Dewa Kamajaya dari Kerajaan Kayangan atau langit. Jadilah kemudian sebuah perkawinan teater. Dan ini merupakan sebuah parodi. Pada tahun 1973, puisinya berjudul Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen, mendapat juara II Lomba Penulisan Puisi versi Dewan Kesenian Surabaya. Tulisan naskah drama lainnya adalah Jaka Tarub dan Rumah Tak Beratap, yang memenangkan lomba naskah drama versi Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1974. Lantas naskah drama yang ia tuliskan adalah Bui (1975) dan RE (1977). Di samping menulis naskah drama, artikel, dan esai, Diat juga menulis puisi, cerpen, dan terjemahan apa saja dari bahasa Inggris. Karangan terjemahan Akhudiat adalah: Fred – Sherwood Anderson, yang kemudian diubah berjudul Kematian di dalam Hutan. Sumur-Agusto Cespedes, Model- Bernard Malamud, Apotek – Anton Chekov, Kisah Pohon Abu – Peter Handke, Benang Laba-laba – Ryanusuke Akutagawa, Pusat Teater Internasional Peter Brook, Raja Ubu – Alfred Jarry, Jalan Tembakau – Erskine Caldwell. Terakhir Diat menerjemahkan drama absurd, “Drama tentang Drama” tulisan Samuel Beckett, yaitu Katastrof dari New Yorker, dengan sub-titel Untuk Vaclav Havel, Sastrawan, Presiden Ceko. Salah satu cerpen Diat berulang kali disiarkan adalah “New York Sesudah Tengah Malam”, pertama kali dimuat di Majalah Horison, Oktober 1984. Karya tersebut diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dede Oetomo, dosen Unair Surabaya, dengan New York After Midninght, dan dijadikan judul buku kumpulan sebelas cerpen Indonesia dari 11 cerpenis, merujuk pengalaman tinggal di Amerika Serikat serta pandangan mereka tentang Amerika. Buku tersebut disunting oleh Satyagraha Hoerip (Oyik), diterbitkan Executive Committee, Festival of Indonesia, USA, 1990-1991. Diterjemahkan lagi oleh John H. McGlynn, New York After Midninght, dimasukkan dalam kumpulan puisi, cerpen, dan esai tentang New York setelah mengalami tragedi 11 September 2001. Disunting McGlynn, diterbitkan Lontar, Jakarta, 2001, tiga bulan sesudah tragedi. Terjemahan McGlynn ini dimuat oleh majalah Persimmon, Asian Literature, Art and Culture, Volume III, November 1, Spring 2002, diterbitkan Contemporary Asian Culture, New York. Cerpen New York After Midninght berkisah tentang tiga kota: Jember 1960, New Yok 1975, dan Surabaya 1983, lewat dia narator mengalami semacam dejavu, hadir di suatu tempat atau situasi pertama kali tapi terasa sudah pernah hadir atau mengalami sebelumnya. Menonton konser jazz lima Negro di PPIA Surabaya, seperti yang dialami ketika menonton grup Black Theatre Ensemble mementaskan jazz, tari, drama dengan tajuk Hi, I Can Cope di Village Theatre, Greenich Village, New York. Penari tunggal, lelaki hitam gundul, berkeringat, cuma bercawat, pada pembukaan dan penutup teater ensemble, terbayang penari Sardono W. Kusumo, imaji kelahiran manusia pertama yang purba. “Petualangan” dibawa lari subway dari bawah trotoar Jalan Kedelapan di Village, bagian selatan New York, sampai Jalan Keseratus Tiga Puluh Lima, di Harlem, bagian utara, adalah perwujudan dari pembacaannya ketika di Jember, di majalah Life, esai foto tentang penumpang sendirian di subway bertajuk New York After Midninght. Dejavu yang pernah Akhudiat alami, ketika pertama kali di Wonokromo, jalan raya dari persilangan rel di selatan ke arah Kebun Binatang di utara tepian timurnya dilewati rel untuk gerbong langsir dari Stasiun Wonokromo ke Stasiun Trem Uap Wonokromo Ujung Perak. Jalan raya tengah kota dengan rel kereta api ini pernah Diat lihat (dalam mimpi) semasa masih di Yogya. (m. amir tohar). Tahun 1975 ia mengikuti Iowa International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.[1]

Ia bekerja di Humas Kantor Pusat IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Biro Sastra Dewan Kesenian Surabaya.[1]

Akhudiat menikah dengan Mulyani pada 4 November 1974, mempunyai 3 anak: Ayesha (lahir pada 1975), Andre Muhammad (lahir pada 1976), dan Yasmin Fitrida (lahir pada 1978). Bersama keluarganya, Akhudiat sekarang tinggal di Surabaya.


Hasil karya

Karya-karyanya antara lain:

  • Gerbong-Gerbong Tua Pasar Senen (antologi puisi dan prosa, 1971)[1]
  • Grafito (drama 1972)[1]
  • Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Jauh (drama, 1974)[1]
  • Jaka Tarub (drama, 1974)[1]
  • Bui (drama, 1975)[1]
  • Re (drama, 1977, drama-drama ini merupakan pemenang Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Dewan Kesenian Jakarta)[1]
  • Raja Ubu (drama, 1978, terjemahan karya Alfred Jarry: Ubu Roi)[9]
  • Putih dan Hitam (drama, 1978)[1]
  • Suminten dan Kang Lajim (drama anak, 1982)[1]
  • Mencari Air dalam Air (kumpulan puisi, 1983)[1]
  • Cerita Pendek dari Surabaya (antologi cerpen, 1991; ed. Suripan Sadi Hutomo)[1]
  • Bermula dari Tambi (antologi cerpen, 2000)[1]
  • Memo Putih (antologi puisi, 2000)[1]
  • Menyambung yang Patah(skenario film sinetron, 1984)[9]
  • Endang Baru (skenario film sinetron, 1984)[9]


Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) Antologi Drama Indonesia Jilid III. Amanah-Lontar, 2006, Jakarta. ISBN 979-99858-4-6
  2. ^ a b c (Indonesia) http://malsasaakbar.blogspot.com/2009/02/biodata-akhudiat.html diakses pada 14 Desember 2011, Pendidikan dan Karir Akhudiat
  3. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  4. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  5. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  6. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  7. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  8. ^ "Akhudiat literary figure of the playwright". Malsasa Surabaya. Diakses tanggal 7 December 2011.  line feed character di |title= pada posisi 10 (bantuan)
  9. ^ a b c (Indonesia) Rampan, Korrie Layun. Leksikon susastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 33. Biografi Akhudiat (Diat)

Pranala luar