Kitab Ester: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24: Baris 24:
Pada waktu peristiwa dalam kisah ini terjadi, kerajaan Persia cukup besar dan kuat. Kerajaan itu meliputi semua tanah dari India di bagian timur sampai daerah Etiopia/Sudan di bagian barat Kerajaan itu dibagi 127 propinsi atau wilayah. Memang perlu banyak pejabat dan petugas pemerintah untuk mengurus daerah yang begitu luas. Dalam Kitab Ester pejabat itu diberi beberapa jabatan: misalnya [[pembesar]], [[pegawai]], [[bangsawan]], [[biduanda]], [[sida-sida]].
Pada waktu peristiwa dalam kisah ini terjadi, kerajaan Persia cukup besar dan kuat. Kerajaan itu meliputi semua tanah dari India di bagian timur sampai daerah Etiopia/Sudan di bagian barat Kerajaan itu dibagi 127 propinsi atau wilayah. Memang perlu banyak pejabat dan petugas pemerintah untuk mengurus daerah yang begitu luas. Dalam Kitab Ester pejabat itu diberi beberapa jabatan: misalnya [[pembesar]], [[pegawai]], [[bangsawan]], [[biduanda]], [[sida-sida]].


Waktu raja ingin mengeluarkan perintah atau titah untuk seluruh kerajaan titah itu ditulis di kertas yang panjang. Kertas itu digulung dan ujungnya ditutup dengan lilin yang meleleh. Kemudian raja memasang segelnya, yaitu dia menekan lilin yang masih lembek itu dengan cincin yang khusus yang dia selalu pakai. Pola cincin itu tertinggal di lilin dan menjadi tanda bahwa raja yang mensahkan surat itu. Segel raja itu adalah seperti tanda tangan yang dipakai di dokumen dan surat sekarang. Kalau raja memberi cincin itu kepada orang lain, berarti orang itu juga bisa mengeluarkan titah apa saja dengan kuasa raja. Sesudah perintah atau titah ditulis, langsung diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang dipakai oleh semua suku-suku yang ada di kerajaan itu. Beberapa bahasa itu memakai abjad sendiri, jadi titah itu ditulis menurut abjad tiap bahasa. Lalu pesuruh naik kuda dan membawa terjemahan titah itu ke setiap wilayah kerajaan. Kalau raja sudah mengeluarkan titah, titah itu sama sekali tidak bisa ditarik kembali (Ester 1:18, 8:8).
Waktu raja ingin mengeluarkan perintah atau titah untuk seluruh kerajaan titah itu ditulis di kertas yang panjang. Kertas itu digulung dan ujungnya ditutup dengan lilin yang meleleh. Kemudian raja memasang segelnya, yaitu dia menekan lilin yang masih lembek itu dengan cincin yang khusus yang dia selalu pakai. Pola cincin itu tertinggal di lilin dan menjadi tanda bahwa raja yang mensahkan surat itu. Segel raja itu adalah seperti tanda tangan yang dipakai di dokumen dan surat sekarang. Kalau raja memberi cincin itu kepada orang lain, berarti orang itu juga bisa mengeluarkan titah apa saja dengan kuasa raja. Sesudah perintah atau titah ditulis, langsung diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang dipakai oleh semua suku-suku yang ada di kerajaan itu. Beberapa bahasa itu memakai abjad sendiri, jadi titah itu ditulis menurut abjad tiap bahasa. Lalu pesuruh naik kuda dan membawa terjemahan titah itu ke setiap wilayah kerajaan. Kalau raja sudah mengeluarkan titah, titah itu sama sekali tidak bisa ditarik kembali ({{Alkitab|Ester 1:18}}, {{Alkitab|Ester 8:8}}).


Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu [[Ratu Wasti]] menolak perintah raja (Ester 1:12) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi (Ester 7:2-4), keduanya terjadi pada waktu pesta.
Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu Ratu [[Wasti]] menolak perintah raja ({{Alkitab|Ester 1:12}}) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi ({{Alkitab|Ester 7:2-4}}), keduanya terjadi pada waktu pesta.


== Istana raja ==
== Istana raja ==

Revisi per 15 November 2011 06.44

Ester dan Mordekhai, oleh Aert de Gelder

Kitab Ester adalah sebuah melodrama.[1] Kitab ini dibacakan pada perayaan Purim (sekitar bulan Maret)[2] Dalam kitab ini nama Allah atau pun nama YHWH tidak disebutkan.[3] Namun, itu tidak berarti bahwa tidak ada pimpinan Tuhan di dalam kitab ini. Kejadian yang ada di dalam kitab ini berlokasi di Susa, ibukota Persia, pada musim dingin.[4] Kemungkinan besar kitab ini ditulis di Persia setelah abad ke 5 SM.

Kitab ini menceritakan perkawinan seorang perempuan Israel yang bernama Hadasa (mengganti namanya dengan nama Persia, Ester) dengan raja Ahasyweros. Ester terpilih menjadi seorang permaisuri menggantikan ratu Wasti yang dipecat karena berani membantah perintah dan mempermalukan raja Ahasyweros di hadapan tamu-tamunya.[3]

Ester kemudian menjadi permaisuri di Kerajaan Persia. Suatu ketika muncullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi yang baru saja dinaikkan pangkatnya membuat ulah. Haman mengeluarkan perintah agar semua orang berlutut dan sujud kepadanya setiap kali ia lewat. Perintah ini memberatkan orang Yahudi yang karena agamanya hanya bersedia sujud kepada Tuhan. Salah seorang Yahudi yang terkenal berani berbuat demikian adalah Mordekhai, saudara Ester.

Haman sangat murka menyaksikan pembangkangan ini. Ia menyusun muslihat untuk memusnahkan orang Yahudi. Namun berkat pertolongan Ester, bangsa Yahudi berhasil selamat dari rancangan itu. Bahkan akhirnya justru Hamanlah yang menemukan ajalnya di tiang gantungan.

Isi

Kitab Ester adalah kisah tentang orang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia dulu pada waktu Raja Ahasyweros. Mereka diselamatkan waktu ada rencana memusnahkan mereka. Peristiwa dalam kisah ini terjadi di kota Susan, salah satu kota penting di kerajaan Persia. Orang Yahudi yang tinggal di situ dan di beberapa daerah lain di kerajaan itu, adalah keturunan dari orang Yahudi yang dibuang ke Babilon beberapa tahun sebelumnya. Waktu orang Yahudi itu mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah asal mereka, beberapa dari mereka memilih untuk tinggal di Babilon. Sesudah itu, Babilon menjadi bagian dari kerajaan Persia. Orang Yahudi tidak bercampur baur dengan suku lain di kerajaan itu dan mempertahankan adat, budaya, dan agama mereka. Karena itu, banyak orang lain membenci mereka.

Kisah ini menceritakan seorang pejabat Persia yang bernama Haman menjadi marah dengan seorang Yahudi yang bernama Mordekhai. Akibatnya, Haman membuat rencana membunuh semua orang Yahudi yang tinggal di kerajaan itu. Tuhan menyelamatkan orang Yahudi melalui seorang wanita Yahudi yang dipilih oleh Raja Ahasyweros menjadi istrinya dan ratu baru. Nama wanita itu adalah Ester anak Abihail. Pada akhir kisah ini, Haman dibunuh dan orang Yahudi diselamatkan, musuh mereka dimusnahkan dan Mordekhai menjadi pejabat tertinggi di kerajaan itu, hanya raja sendiri yang lebih tinggi. Semua orang Yahudi di seluruh kerajaan Persia merayakan keselamatan yang ajaib itu. Sampai sekarang orang Yahudi masih merayakan peristiwa ini tiap tahun pada Hari Raya Purim. Purim jatuh sekitar satu bulan sebelum Paskah Yahudi. Tiap kali orang Yahudi disiksa dan dianiaya, kisah Ester ini memberi orang Yahudi harapan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka lagi.

Penulis dan tanggal

Gulungan kitab Ester (Megillah)

Tidak diketahui siapa yang menulis Kitab Ester ini, tetapi diperkirakan seorang Yahudi yang tinggal di kerajaan Persia, karena jelas si penulis itu tahu adat dan kebiasaan Persia; dan tidak disebut sama sekali tentang tanah Yudea atau kota Yerusalem. Paling cepat kitab ini ditulis sekitar tahun 460 SM, tidak lama sesudah peristiwa-peristiwa ini terjadi.

Latar belakang

Perjamuan antara Haman, Ester, dan Raja Ahasyweros oleh Rembrandt (1660)

Pada waktu peristiwa dalam kisah ini terjadi, kerajaan Persia cukup besar dan kuat. Kerajaan itu meliputi semua tanah dari India di bagian timur sampai daerah Etiopia/Sudan di bagian barat Kerajaan itu dibagi 127 propinsi atau wilayah. Memang perlu banyak pejabat dan petugas pemerintah untuk mengurus daerah yang begitu luas. Dalam Kitab Ester pejabat itu diberi beberapa jabatan: misalnya pembesar, pegawai, bangsawan, biduanda, sida-sida.

Waktu raja ingin mengeluarkan perintah atau titah untuk seluruh kerajaan titah itu ditulis di kertas yang panjang. Kertas itu digulung dan ujungnya ditutup dengan lilin yang meleleh. Kemudian raja memasang segelnya, yaitu dia menekan lilin yang masih lembek itu dengan cincin yang khusus yang dia selalu pakai. Pola cincin itu tertinggal di lilin dan menjadi tanda bahwa raja yang mensahkan surat itu. Segel raja itu adalah seperti tanda tangan yang dipakai di dokumen dan surat sekarang. Kalau raja memberi cincin itu kepada orang lain, berarti orang itu juga bisa mengeluarkan titah apa saja dengan kuasa raja. Sesudah perintah atau titah ditulis, langsung diterjemahkan ke dalam semua bahasa yang dipakai oleh semua suku-suku yang ada di kerajaan itu. Beberapa bahasa itu memakai abjad sendiri, jadi titah itu ditulis menurut abjad tiap bahasa. Lalu pesuruh naik kuda dan membawa terjemahan titah itu ke setiap wilayah kerajaan. Kalau raja sudah mengeluarkan titah, titah itu sama sekali tidak bisa ditarik kembali (Ester 1:18, Ester 8:8).

Berpesta adalah sebagian kehidupan sosial yang penting untuk raja-raja Persia. Raja sering membuat perjamuan atau pesta makan besar untuk pejabatnya dan kadang-kadang juga untuk masyarakat umum. Kalau banyak orang diundang, pesta itu diadakan di luar di taman halaman yang dihiasi khusus untuk pesta itu. Dalam Kitab Ester ada 10 pesta yang disebut. Peristiwa utama dalam kitab ini, yaitu Ratu Wasti menolak perintah raja (Ester 1:12) dan permohonan Ester kepada raja untuk menyelamatkan orang Yahudi (Ester 7:2–4), keduanya terjadi pada waktu pesta.

Istana raja

Kerajaan Persia sangat luas, jadi raja mempunyai istana di semua tiga kota terbesar. Pada waktu kisah ini, raja tinggal di kota Susan. Istana raja yang di Susan itu sangat luas. Kompleks istana dibangun di atas tanah yang tinggi/berbukit yang sedikit jauh dari kota Susan dan dikelilingi benteng. Kompleks istana, atau “benteng istana” itu (lihat 1:2, 5; 2:3, 5, 8; 3:15; 8:14; 9:6, 11, 12) sekitar 120 hektar luasnya. Ribuan pelayan, pejabat, tentara, dan orang lain tinggal di dalam kompleks istana itu.

Banyak pelayanan raja ada sida-sida (kasim), yaitu, orang laki-laki yang sudah dikebiri. Orang sida-sida dihargai karena dikenal sebagai orang yang sangat setia. Sida-sida khusus dipercayai menjaga istri-istri (gundik) raja. Tidak ada laki-laki lain yang diizinkan masuk ke rumah para wanita itu.

Raja mempunyai kuasa total. Apa yang dia ucapkan, itu menjadi titah, atau perintah yang harus ditaati. Tidak ada seorang pun yang dapat menghadap raja kecuali raja sendiri memanggil. Kalau ada orang yang masuk tanpa izin, orang itu dihukum mati. Namun ada satu kekecualian: kalau ada orang yang menghadap raja dan raja mengulurkan tongkat emas, lambang kekuasaan, baru orang itu dapat maju dan menghadap raja.

Struktur

Kitab Ester dibagi menjadi 10 pasal:

  • Pasal 1: 22 ayat
    • 1:1-22 Ratu Wasti dibuang
  • Pasal 2: 23 ayat
    • 2:1-18 = Ester diangkat menjadi ratu
    • 2:19-23 = Mordekhai mengetahui suatu sekongkolan
  • Pasal 3: 15 ayat
    • 3:1-15 = Muslihat Haman untuk memunahkan orang Yahudi
  • Pasal 4: 17 ayat
    • 4:1-17 = Usaha Mordekhai untuk menolong orang Yahudi
  • Pasal 5: 14 ayat
    • 5:1-8 = Ester menghadap raja
    • 5:9-14 = Haman menyuruh mendirikan tiang penyulaan untuk Mordekhai
  • Pasal 6: 14 ayat
    • 6:1-14 = Mordekhai dihormati
  • Pasal 7: 10 ayat
    • 7:1-10 = Haman diadukan oleh Ester dan dihukum mati
  • Pasal 8: 17 ayat
    • 8:1-17 = Perintah raja yang menguntungkan orang Yahudi
  • Pasal 9: 32 ayat
    • 9:1-19 = Tindakan orang Yahudi terhadap musuhnya
    • 9:20-32 = Penetapan hari raya Purim
  • Pasal 10: 3 ayat
    • 10:1-3 = Kebesaran Mordekhai

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Diane Bergant (ed.).Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. 2002. Yogyakarta. Penerbit:Kanisius
  2. ^ W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. 2008. Jakarta. Penerbit: BPK Gunung Mulia
  3. ^ a b F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), hal. 621.
  4. ^ W.S. LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005) hal. 451.