Pergundikan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-praktek +praktik)
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Close relationships}}
'''Pergundikan''' adalah praktik di [[masyarakat]] berupa ikatan hubungan di luar [[perkawinan]] antara seorang [[perempuan]] (disebut '''gundik''') dan seorang [[laki-laki]] dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status (misalnya sosial, ras, dan agama) di antara kedua pihak yang terlibat atau larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih daripada satu isteri. Praktek memelihara [[selir]] atau [[harem]] merupakan salah satu bentuk pergundikan.
'''Pergundikan''' adalah praktik di [[masyarakat]] berupa ikatan hubungan di luar [[perkawinan]] antara seorang [[perempuan]] (disebut '''gundik''') dan seorang [[laki-laki]] dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status (misalnya sosial, ras, dan agama) di antara kedua pihak yang terlibat atau larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih daripada satu isteri. Praktek memelihara [[selir]] atau [[harem]] merupakan salah satu bentuk pergundikan.



Revisi per 24 Juli 2011 08.36

Pergundikan adalah praktik di masyarakat berupa ikatan hubungan di luar perkawinan antara seorang perempuan (disebut gundik) dan seorang laki-laki dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status (misalnya sosial, ras, dan agama) di antara kedua pihak yang terlibat atau larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih daripada satu isteri. Praktek memelihara selir atau harem merupakan salah satu bentuk pergundikan.

Pergundikan merupakan praktik yang umum pada zaman kolonial. Hubungan yang terjadi adalah antara tuan tanah (laki-laki) dengan perempuan dari kalangan pribumi atau budak yang menjadi bawahannya. Hal ini dimungkinkan karena kurang tersedianya perempuan dari kalangan sosial yang sederajat di tanah jajahan.

Di Indonesia/Hindia-Belanda, pergundikan melahirkan kelas masyarakat antara yang kemudian berkembang menjadi kaum Indo pada abad ke-19 dan ke-20.

Lihat pula