Perang Teluk I: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lukas Tobing (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Lukas Tobing (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24: Baris 24:
Tengah malam tanggal 2 Agustus 1990 Irak secara resmi menginvasi Kuwait, dengan membombardir ibu kota [[Kuwait City]] dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, mereka dengan cepat kewalahan. Namun, mereka berhasil memperlambat gerak Irak untuk memaksa keluarga kerajaan Kuwait untuk meloloskan diri ke Arab Saudi, beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Akibat invasi ini, [[Kuwait]] meminta bantuan [[Amerika Serikat]] tanggal [[7 Agustus]] [[1990]]. Sebelumnya [[Dewan Keamanan PBB]] menjatuhkan embargo ekonomi pada [[6 Agustus]] [[1990]].
Tengah malam tanggal 2 Agustus 1990 Irak secara resmi menginvasi Kuwait, dengan membombardir ibu kota [[Kuwait City]] dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, mereka dengan cepat kewalahan. Namun, mereka berhasil memperlambat gerak Irak untuk memaksa keluarga kerajaan Kuwait untuk meloloskan diri ke Arab Saudi, beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Akibat invasi ini, [[Kuwait]] meminta bantuan [[Amerika Serikat]] tanggal [[7 Agustus]] [[1990]]. Sebelumnya [[Dewan Keamanan PBB]] menjatuhkan embargo ekonomi pada [[6 Agustus]] [[1990]].


Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara [[Bangsa Arab|Arab]] kecuali [[Syria]], [[Libya]] dan [[Yordania]] serta [[Palestina]]. Kemudian datang pula bantuan militer [[Eropa]] khususnya Eropa Barat ([[Inggris]], [[Perancis]] dan [[Jerman Barat]]), serta beberapa negara di kawasan [[Asia]]. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal [[Norman Schwarzkopf]] serta Jenderal [[Collin Powell]]. Pasukan negara-negara [[Bangsa Arab|Arab]] dipimpin oleh Letjen. [[Khalid bin Sultan]].
Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara [[Bangsa Arab|Arab]] dan [[Afrika]]Utara kecuali [[Syria]], [[Libya]] dan [[Yordania]] serta [[Palestina]]. Kemudian datang pula bantuan militer [[Eropa]] khususnya Eropa Barat ([[Inggris]], [[Perancis]] dan [[Jerman Barat]], ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara [[Asia]] - [[Bangladesh]] dan [[Korea Selatan]]. Sementara, dari Afrika, [[Niger]] turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal [[Norman Schwarzkopf]] serta Jenderal [[Collin Powell]]. Pasukan negara-negara [[Bangsa Arab|Arab]] dipimpin oleh Letjen. [[Khalid bin Sultan]].


Misi diplomatik antara [[James Baker]] dengan menteri luar negeri Irak [[Tareq Aziz]] gagal ([[9 Januari]] [[1991]]). Irak menolak permintaan [[PBB]] agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait [[15 Januari]] [[1991]]. Akhirnya [[Presiden]] Amerika Serikat [[George H. Bush]] diizinkan menyatakan perang oleh [[Kongres Amerika Serikat]] tanggal [[12 Januari]] [[1991]]. ''Operasi Badai Gurun'' dimulai tanggal [[17 Januari]] [[1991]] pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara atas [[Baghdad]] dan beberapa wilayah Irak lainnya serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal [[30 Januari]] [[1991]].
Misi diplomatik antara [[James Baker]] dengan menteri luar negeri Irak [[Tareq Aziz]] gagal ([[9 Januari]] [[1991]]). Irak menolak permintaan [[PBB]] agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait [[15 Januari]] [[1991]]. Akhirnya [[Presiden]] Amerika Serikat [[George H. Bush]] diizinkan menyatakan perang oleh [[Kongres Amerika Serikat]] tanggal [[12 Januari]] [[1991]]. ''Operasi Badai Gurun'' dimulai tanggal [[17 Januari]] [[1991]] pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara masif atas [[Baghdad]] dan beberapa wilayah Irak lainnya.

Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan pertahanan udara, yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan komunikasi. [[Saddam Hussein]] merupakan titik sentral komando Irak, dan inisiatif di level bawah tidak diperbolehkan. Koalisi berharap jika pusat komando rusak, semangat dan koordinasi tempur Irak akan langsung kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang paling utama adalah instalasi rudal jelajah, terutama rudal Scud. Operasi pencarian rudal ini juga didukung oleh pasukan komando Amerika dan Inggris yang mengadakan operasi rahasia di daratan untuk mencari, dan bila perlu, menghancurkan instalasi rudal tersebut. serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal [[30 Januari]] [[1991]].
Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi [[Israel]] dengan menghujani Israel terutama [[Tel Aviv]] dan [[Haifa]], Arab Saudi di [[Dhahran]] dengan serangan [[rudal]] [[Scud B]] buatan Sovyet rakitan Irak, serta melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke [[Teluk Persia]]. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara [[Uni Sovyet]] dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi [[Yevgeny Primakov]] dan Presiden Uni Sovyet [[Mikhail Gorbachev]] namun ditolak Presiden Bush pada tanggal [[19 Februari]] [[1991]]. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.
Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi [[Israel]] dengan menghujani Israel terutama [[Tel Aviv]] dan [[Haifa]], Arab Saudi di [[Dhahran]] dengan serangan [[rudal]] [[Rudal Scud|Scud B]] buatan Sovyet rakitan Irak, yang bernama Al Hussein. Untuk menangkal ancaman Scud, koalisi memasang rudal penangkis, [[MIM-104 Patriot|Patriot]], serta memaksimalkan sorti udara untuk memburu rudal-rudal tersebut sebelum diluncurkan. Irak juga melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke [[Teluk Persia]]. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara [[Uni Sovyet]] dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi [[Yevgeny Primakov]] dan Presiden Uni Sovyet [[Mikhail Gorbachev]] namun ditolak Presiden Bush pada tanggal [[19 Februari]] [[1991]]. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto, meskipun Uni Sovyet pada saat itu dikenal sebagai sekutu Irak, terutama dalam hal suplai persenjataan. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.


Pada tanggal [[27 Februari]] [[1991]] pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.
Pada tanggal [[27 Februari]] [[1991]] pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.


[[Kategori:Perang|Teluk I]]
[[Kategori:Perang|Teluk I]]

Revisi per 14 Juli 2011 09.06

Perang Teluk
Pesawat tempur AS melintasi kilang minyak yang terbakar.
Pesawat tempur AS melintasi kilang minyak yang terbakar.
Tanggal2 Agustus 199028 Februari 1991
LokasiTeluk Persia
Hasil Kemenangan mutlak koalisi,
pembebasan Kuwait.
Pihak terlibat

Koalisi PBB

Irak
Tokoh dan pemimpin
Norman Schwarzkopf Saddam Hussein
Kekuatan
660.000 360.000
Korban
378 tewas,
1.000 terluka
25.000 tewas,
75.000 terluka

Perang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan atas Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990, sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan (kemungkinan berada di Arab Saudi.

Latar belakang

Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam Perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Irak juga terjerat utang luar negeri dengan beberapa negara, termasuk Kuwait dan Arab Saudi. Irak berusaha meyakinkan kedua negara tersebut untuk menghapuskan utangnya, namun ditolak. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.

Tengah malam tanggal 2 Agustus 1990 Irak secara resmi menginvasi Kuwait, dengan membombardir ibu kota Kuwait City dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, mereka dengan cepat kewalahan. Namun, mereka berhasil memperlambat gerak Irak untuk memaksa keluarga kerajaan Kuwait untuk meloloskan diri ke Arab Saudi, beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Akibat invasi ini, Kuwait meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990.

Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab dan AfrikaUtara kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat, ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia - Bangladesh dan Korea Selatan. Sementara, dari Afrika, Niger turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.

Misi diplomatik antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak permintaan PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun dimulai tanggal 17 Januari 1991 pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara masif atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya.

Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan pertahanan udara, yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan komunikasi. Saddam Hussein merupakan titik sentral komando Irak, dan inisiatif di level bawah tidak diperbolehkan. Koalisi berharap jika pusat komando rusak, semangat dan koordinasi tempur Irak akan langsung kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang paling utama adalah instalasi rudal jelajah, terutama rudal Scud. Operasi pencarian rudal ini juga didukung oleh pasukan komando Amerika dan Inggris yang mengadakan operasi rahasia di daratan untuk mencari, dan bila perlu, menghancurkan instalasi rudal tersebut. serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal 30 Januari 1991.

Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, yang bernama Al Hussein. Untuk menangkal ancaman Scud, koalisi memasang rudal penangkis, Patriot, serta memaksimalkan sorti udara untuk memburu rudal-rudal tersebut sebelum diluncurkan. Irak juga melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke Teluk Persia. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto, meskipun Uni Sovyet pada saat itu dikenal sebagai sekutu Irak, terutama dalam hal suplai persenjataan. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.

Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA