Kidung Gregorian: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: hr:Gregorijanski napjev
Baris 224: Baris 224:
* [http://www.cesg.unifr.ch] website of Sankt Gallen / Cologne Library, acces to Skt. Gallen manuscripts, a must-see!
* [http://www.cesg.unifr.ch] website of Sankt Gallen / Cologne Library, acces to Skt. Gallen manuscripts, a must-see!


[[Kategori:Kristen]]
[[Kategori:Musik gereja]]
[[Kategori:Tradisi Katolik]]
[[Kategori:Tradisi Katolik]]
[[Kategori:Kesenian Katolik]]
[[Kategori:Kesenian Katolik]]

Revisi per 29 Juni 2011 14.07


Introitus Gaudeamus omnes, digubah dalam notasi balok, dalam Graduale Aboense antara abad ke-14 dan ke-15, untuk menghormati Henrikus, santo pelindung Finlandia.

Kidung Gregorian adalah pusat tradisi kidung Barat, semacam kidung liturgis monofonik dari Kekristenan Barat yang mengiringi perayaan misa dan ibadat-ibadat ritual lainnya. Kumpulan besar kidung ini adalah musik tertua yang dikenal karena merupakan kumpulan kidung pertama yang diberi notasi pada abad ke-10. Secara umum, kidung-kidung Gregorian dipelajari melalui metode viva voce, yakni dengan mengulangi contoh secara lisan, yang memerlukan pengalaman bertahun-tahun lamanya di Schola Cantorum. Kidung Gregorian bersumber dari kehidupan monastik, di mana menyanyikan 'Ibadat Suci' sembilan kali sehari pada waktu-waktu tertentu dijumjung tinggi seturut Peraturan Santo Benediktus. Melagukan ayat-ayat mazmur mendominasi sebagian besar dari rutinitas hidup dalam komunitas monastik, sementara sebuah kelompok kecil dan para solois menyanyikan kidung-kidung. Dalam sejarahnya yang panjang, kidung Gregorian telah mengalami banyak perubahan dan perbaikan sedikit demi sedikit.

Sejarah

Kidung Gregorian terutama digubah, dikodifikasi, dan diberi notasi di wilayah-wilayah Eropa Barat dan Eropa Tengah yang dikuasai Bangsa Frank pada abad ke-9 dan ke-10, dengan penambahan-penambahan dan penyuntingan-penyuntingan dikemudian hari, tetapi naskah-naskah dan banyak dari melodi-melodinya jauh berasal dari beberapa abad sebelumnya. Meskipun banyak orang meyakini bahwa Paus Gregorius Agung sendiri yang menciptakan kidung Gregorian, para sarjana kini percaya bahwa kidung tersebut membawa-bawa nama Paus itu sejak sintesis Karolingian yang terjadi di kemudian hari antara kidung Romawi dan Kidung Gallika, dan pada masa itu mencatut nama Gregorius I merupakan 'trik pemasaran' untuk memberi kesan adanya inspirasi suci sehingga dapat menghasilkan satu protokol liturgis yang akan digunakan di seluruh kekaisaran. Satu kekaisaran, satu Gereja, satu Kidung - kesan kesatuan merupakan isu pokok pada era Karolingian.

Selama abad-abad berikutnya kidung Gregorian tetap menempati jantung musik Gereja, di mana ia menumbuhkan berbagai cabang dalam arti bahwa praktik-praktik performansi yang baru bermunculan di mana musik baru dalam naskah yang baru diperkenalkan atau pun kidung-kidung yang sudah ada diberi tambahan dengan cara menyusunnya menjadi Organum. Bahkan musik polifonik yang muncul dari kidung-kidung kuna nan luhur dalam Organa oleh Leonin] dan Perotin di Paris (1160-1240) berakhir dengan kidung monofonik dan dalam tradisi-tradisi di kemudian hari gaya-gaya komposisi baru dipraktikkan dalam jukstaposisi (atau ko-habitasi) dengan kidung monofonik. Praktek ini berlanjut sampai ke masa hidup Francois Couperin, yang misa-misa organnya dimaksudkan untuk dinyanyikan silih berganti dengan kidung homofonik. Meskipun hampir tidak digunakan lagi sesudah periode Baroque, kidung mengalami kebangkitan kembali pada abad ke-19 dalam Gereja Katolik Roma dan sayap Anglo-Katolik dari Komuni Anglikan.

Notasi

Kidung-kidung Gregorian ditulis dalam notasi grafis yang menggunakan seperangkat tanda-tanda khusus yang disebut neuma, yang memperlihatkan suatu gerak musik dasar (lihat notasi musik). Dalam buku-buku kidung yang terdahulu, pemberian notasi dilakukan dengan cara menyingkat kata-kata dalam kalimat syair sedapat mungkin lalu diimbuhi neuma-neuma di atasnya. Dalam tahap selanjutnya ditambahkan satu atau lebih garis paranada, dan pada abad ke-11 kebutuhan untuk memperlihatkan pula interval-interval menciptakan notasi balok, yang kelak menjadi sumber dari notasi balok modern dalam lima garis paranada yang dikembangkan pada abad ke-16.[1] Kidung gregorian merupakan tradisi musik yang dominan dan sentral di seluruh Eropa dan menjadi akar perkembangan musik yang bersumber darinya, seperti kebangkitan polifoni pada abad ke-11.

Penyanyi

Seekor burung merpati perlambang Roh Kudus hinggap pada pundak Paus Gregorius I menjadi simbol inspirasi ilahi

Kidung Gregorian secara tradisional dinyanyikan oleh paduan suara pria dan anak-anak lelaki di dalam gereja-gereja, atau oleh biarawan dan biarawati di dalam kapela-kapela mereka. Kidung ini adalah musik dari Ritus Romawi, dinyanyikan dalam Misa dan Ibadat Harian monastik. Meskipun kidung gregorian menggantikan atau menyingkirkan tradisi-tradisi kidung-kidung asli Kristiani Barat lainnya dan menjadi musik resmi liturgi Kristiani Barat, kidung ambrosian masih tetap dipergunakan di Milan, dan ada pula para musikolog yang mengeksprolasi baik kidung gregorian dan ambrosian maupun kidung Mozarabik milik umat Kristiani Spanyol. Meskipun kidung gregorian tidak lagi diwajibkan, Gereja Katolik Roma masih secara resmi menganggapnya sebagai musik yang paling cocok untuk peribadatan.[2] Pada abad ke-20, kidung gregorian mengalami resurgensi musikologis dan populer.

Catatan kaki

  1. ^ Perkembangan gaya-gaya notasi dibahas dalam Dolmetsch online, diakses 4 Juli 2006
  2. ^ Konstitusi mengenai Liturgi Suci, Konsili Vatikan Kedua. Pandangan ini dianut pada level tertinggi, termasuk oleh Paus Benediktus XVI: Catholic World News 28 June 2006 keduanya diakses 5 Juli 2006

Referensi

  • Graduale triplex (1979). Tournai: Desclée& Socii. ISBN 2-85274-094-X
  • Graduale Lagal' (1984 / 1990) Chris Hakkennes, Stichting Lagal Utrecht ISBN 90-800408-2-7
  • Liber usualis (1953). Tournai: Desclée& Socii.
  • Apel, Willi (1990). Gregorian Chant. Bloomington, IN: Indiana University Press. ISBN 0-253-20601-4. 
  • "Gregorian chant" in the 1913 Catholic Encyclopedia., article by H. Bewerung.
  • Chew, Geoffrey. "Notation". Grove Music Online, ed. L. Macy. Diakses tanggal 27, June. 
  • Crocker, Richard (1977). The Early Medieval Sequence. University of California Press. ISBN 0-520-02847-3. 
  • Dyer, Joseph. "Roman Catholic Church Music". Grove Music Online, ed. L. Macy. hlm. Section VI.1. Diakses tanggal 28, June. 
  • Hiley, David (1990). Chant. In Performance Practice: Music before 1600, Howard Mayer Brown and Stanley Sadie, eds., pp. 37–54. New York: W.W. Norton & Co. ISBN 0-393-02807-0
  • Hiley, David (1995). Western Plainchant: A Handbook. Clarendon Press. ISBN 0-19-816572-2. 
  • Hoppin, Richard, ed. (1978). Anthology of Medieval Music. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-09080-9. 
  • Hoppin, Richard (1978). Medieval Music. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-09090-6. 
  • Le Mee, Catherine (1994). Chant : The Origins, Form, Practice, and Healing Power of Gregorian Chant. Harmony. ISBN 0-517-70037-9. 
  • Levy, Kenneth. "Plainchant". Grove Music Online, ed. L. Macy. hlm. Section VI.1. Diakses tanggal 20, January. 
  • Mahrt, William P. "Gregorian Chant as a Paradigm of Sacred Music". Sacred Music. 133 (3): 5–14. 
  • Mahrt, William P. (2000). Chant. In A Performer's Guide to Medieval Music, Ross Duffin, ed., pp. 1–22. Bloomington, IN: Indiana University Press. ISBN 0-253-33752-6
  • McKinnon, James, ed. (1990). Antiquity and the Middle Ages. Prentice Hall. ISBN 0-13-036153-4. 
  • McKinnon, James W. "Christian Church, music of the early". Grove Music Online, ed. L. Macy. Diakses tanggal 11, July. 
  • Neuls-Bates, Carol, ed. (1996). Women in Music. Boston: Northeastern University Press. ISBN 1-55553-240-3. 
  • Novum, Canticum. "Lessons on Gregorian Chant: Notation, characteristics, rhythm, modes, the psalmody and scores". Diakses tanggal 11, July. 
  • Parrish, Carl (1986). A Treasury of Early Music. Mineola, NY: Dover Publications, Inc. ISBN 0-486-41088-9. 
  • Robinson, Ray, ed. (1978). Choral Music. W.W. Norton & Co. ISBN 0-393-09062-0. 
  • Wagner, Peter. (1911) Einführung in die Gregorianischen Melodien. Ein Handbuch der Choralwissenschaft. Leipzig: Breitkopf & Härtel.
  • Ward, Justine (1906). "The Reform of Church Music" (pdf). Atlantic Monthly. 
  • Wilson, David (1990). Music of the Middle Ages. Schirmer Books. ISBN 0-02-872951-X. 

Pranala luar

Templat:Link FA