Diospyros: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:
'''''Diospyros''''' adalah salah satu [[marga]] anggota suku eboni-ebonian atau [[Ebenaceae]]. Anggotanya di seluruh dunia mencakup sekitar 450-500 [[spesies|jenis]] [[pohon]] dan [[perdu]] [[tumbuhan hijau abadi|hijau abadi]] atau [[tumbuhan peluruh|peluruh]]. Kebanyakan tumbuhan ini berasal dari daerah [[tropis]], dan hanya beberapa jenis yang tumbuh di daerah beriklim sedang.
'''''Diospyros''''' adalah salah satu [[marga]] anggota suku eboni-ebonian atau [[Ebenaceae]]. Anggotanya di seluruh dunia mencakup sekitar 450-500 [[spesies|jenis]] [[pohon]] dan [[perdu]] [[tumbuhan hijau abadi|hijau abadi]] atau [[tumbuhan peluruh|peluruh]]. Kebanyakan tumbuhan ini berasal dari daerah [[tropis]], dan hanya beberapa jenis yang tumbuh di daerah beriklim sedang.


''Diospyros'' berasal dari dua patah kata [[bahasa Yunani]]: ''deion'' yang berarti "dewa" dan ''pyros'', "buah", sehingga berarti "buah para dewa".
Marga ini mencakup banyak spesies yang memiliki nilai komersial, baik untuk buahnya yang dapat dimakan (misalnya [[kesemek]] atau [[bisbul]]) maupun untuk kayunya yang berkualitas tinggi, terutama kayu [[eboni]] atau kayu hitam. [[Teras kayu]] (hati kayu) ''Diospyros'' biasanya keras dan berwarna gelap (hitam), sehingga di banyak daerah di Indonesia dinamai sebagai ''kayu [[arang]]''. Dua di antara yang paling terkenal adalah kayu [[eboni hitam]] (''D. ebenum'' dan beberapa spesies lainnya) dan kayu eboni bergaris alias [[kayu hitam sulawesi]] (''D. celebica'').

Marga ini mencakup banyak jenis yang memiliki nilai komersial, baik untuk [[buah]]nya yang dapat dimakan (misalnya [[kesemek]] dan [[bisbul]]) maupun untuk [[kayu]]nya yang berkualitas tinggi, terutama kayu [[eboni]] atau kayu hitam. [[Teras kayu]] (hati kayu) ''Diospyros'' biasanya keras dan berwarna gelap (hitam), sehingga di banyak daerah di Indonesia dinamai sebagai ''kayu [[arang]]''. Dua di antara yang paling terkenal adalah kayu [[eboni hitam]] (''D. ebenum'' dan beberapa spesies lainnya) dan kayu eboni bergaris alias [[kayu hitam sulawesi]] (''D. celebica'').


== Pemerian ==
== Pemerian ==
Pohon, perdu atau semak, biasanya dioesis (''dioecious'', berumah dua) dan kadang-kadang monoesis, dengan percabangan [[monopodial]], serta biasanya tanpa [[banir]] (akar papan). Kulit batang hitam atau kehitaman di luar, keras dan agak rapuh, dengan permukaan retak-retak, beralur atau bahkan memecah, jarang licin; di bagian dalam berwarna pucat. Pepagan dan [[kayu gubal]] ''sering berubah menguning bila kena udara'', sehingga dapat membantu identifikasi. Kayu teras ''berwarna hitam, atau hitam berbelang merah muda atau coklat pucat, atau coklat gelap kehitaman''.
[[Pohon]], perdu atau semak, biasanya berumah dua (''dioecious'') tetapi ada yang berumah tunggal, dengan percabangan [[monopodial]], serta biasanya tanpa [[banir]] (akar papan). Kulit batang hitam atau kehitaman di luar, keras dan agak rapuh, dengan permukaan retak-retak, beralur atau bahkan memecah, jarang licin; di bagian dalam berwarna pucat. [[Pepagan]] dan [[kayu gubal]] sering berubah menguning bila kena udara, sehingga dapat membantu identifikasi. Teras kayu berwarna hitam, atau hitam berbelang merah muda atau coklat pucat, atau coklat gelap kehitaman.


Tanpa daun penumpu (''stipule''). Daun tunggal, bertepi rata, terletak berseling (''alternate'') dalam dua deretan, bertulang menyirip, sering dengan bintik-bintik kelenjar yang tersebar jarang di lembaran daunnya. Tulang daun utama sering melekuk menjadi alur di tengah daun.
Daun tanpa daun penumpu (''stipula''). Daun tunggal, bertepi rata, terletak berseling (''alternate'') dalam dua deretan, bertulang menyirip, sering dengan bintik-bintik kelenjar yang tersebar jarang di lembaran daunnya. Tulang daun utama sering melekuk menjadi alur di tengah daun.


Perbungaan dalam malai di ketiak, kadang-kadang [[kauliflori]] atau [[ramiflori]], yang betina kerap tereduksi menjadi bunga tunggal. Bunga berkelamin satu, kadang-kadang ada pula yang berkelamin ganda, berbilangan 3-5 (jarang 8). Kelopak bunga menetap (tidak rontok), membesar dan seringkali mengeras nantinya, menutupi pangkal buah. Mahkota bunga menyatu di pangkal, membentuk tabung pendek. Buah seringkali berdaging, yang kadangkala beracun, menyungkup 1-16 butir biji yang kurang lebih serupa baji dan tersusun konsentris.
[[Perbungaan]] tersusun dalam malai di ketiak, kadang-kadang keluar dari batang (''cauliflorous'') atau cabang (''ramiflorous''), yang betina kerap tereduksi menjadi bunga tunggal. Bunga berkelamin tunggal, kadang-kadang ada pula yang berkelamin ganda, berbilangan 3-5 (jarang 8). [[Kelopak bunga]] menetap (tidak rontok), membesar, dan seringkali mengeras nantinya, menutupi pangkal buah. Mahkota bunga menyatu di pangkal, membentuk tabung pendek. Buah seringkali berdaging, yang kadangkala be[[racun]], menyungkup 1-16 butir biji yang kurang lebih serupa baji dan tersusun konsentris.


== Spesies ==
== Spesies ==
Baris 35: Baris 37:
[[Berkas:Persimmon-oliv2.jpg|thumb|220px|[[Kesemek]] dari Jepang]]
[[Berkas:Persimmon-oliv2.jpg|thumb|220px|[[Kesemek]] dari Jepang]]
* ''D. australis'', dari pantai timur [[Australia]].
* ''D. australis'', dari pantai timur [[Australia]].
* ''D. bantamensis'', menyebar di [[Sumatra]], [[Jawa]] dan [[Borneo]].
* ''D. bantamensis'', menyebar di [[Sumatera]], [[Jawa]] dan [[Borneo]].
* ''D. blancoi'', sering disebut dengan nama yang tidak sah: ''D. discolor'', '''[[bisbul]]''' atau ''mabolo''. Asal dari [[Filipina]].
* ''D. blancoi'', sering disebut dengan nama yang tidak sah: ''D. discolor'', [[bisbul]] atau ''mabolo''. Asal dari [[Filipina]].
* ''D. borneensis''. [[Tiongkok]], [[Thailand]], [[Semenanjung Malaya]], Sumatra dan Borneo.
* ''D. borneensis''. [[Tiongkok]], [[Thailand]], [[Semenanjung Malaya]], Sumatera dan Borneo.
* ''D. buxifolia''; '''ki merak''', ''rangkemi'' atau ''meribu''. Dari [[India]], [[Indochina]], Thailand, Kepulauan [[Nusantara]] sampai dengan [[Papua]].
* ''D. buxifolia''; '''[[ki merak]]''', ''rangkemi'' atau ''meribu''. Dari [[India]], [[Indochina]], Thailand, Kepulauan [[Nusantara]] sampai dengan [[Papua]].
* ''D. canaliculata'' (sinonim: ''D. cauliflora'', ''D. xanthochlamys''). India, [[Burma]], Indochina, Thailand dan Kepulauan Nusantara. Buah digunakan sebagai [[ubar]] (pewarna) jala dan pakaian.
* ''D. canaliculata'' (sinonim: ''D. cauliflora'', ''D. xanthochlamys''). India, [[Burma]], Indochina, Thailand dan Kepulauan Nusantara. Buah digunakan sebagai [[ubar]] (pewarna) jala dan pakaian.
* ''D. celebica'', '''[[kayu-hitam Sulawesi]]'''. [[Endemik]] [[Sulawesi]], dan terancam kepunahan.
* ''D. celebica'',[[kayu hitam sulawesi]]. [[Endemik]] [[Sulawesi]], dan terancam kepunahan.
* ''D. confertiflora'', '''nyangit toan'''. Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, [[Bangka]] dan Borneo. Di [[hutan gambut]], [[hutan kerangas]] dan [[hutan pegunungan bawah]] sampai ketinggian 1250 m dpl.
* ''D. confertiflora'', nyangit toan. Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, [[Bangka]] dan Borneo. Di [[hutan gambut]], [[hutan kerangas]] dan [[hutan pegunungan bawah]] sampai ketinggian 1250 m dpl.
* ''D. digyna'' (sinonim: ''D. nigra'', ''D. ebenaster''). '''Sawo hitam''', ''Black Persimmon, Black Sapote, zapote negro''. Asal diperkirakan dari [[Meksiko]] dan [[Guatemala]], dan pada abad pertengahan dibawa penjajah [[Spanyol]] ke Filipina, yang kemudian menyebar ke Sulawesi dan [[Maluku]]. Buahnya memiliki kulit hijau, yang menjadi hitam jika telah masak. Daging buahnya kecoklatan dan manis, dimakan segar atau dijadikan minuman dan kue-kue.
* ''D. digyna'' (sinonim: ''D. nigra'', ''D. ebenaster''). '''Sawo hitam''', ''Black Persimmon, Black Sapote, zapote negro''. Asal diperkirakan dari [[Meksiko]] dan [[Guatemala]], dan pada abad pertengahan dibawa penjajah [[Spanyol]] ke Filipina, yang kemudian menyebar ke Sulawesi dan [[Maluku]]. Buahnya memiliki kulit hijau, yang menjadi hitam jika telah masak. Daging buahnya kecoklatan dan manis, dimakan segar atau dijadikan minuman dan kue-kue.
* ''D. durionoides'', '''kayu-arang durian'''. Endemik Borneo.
* ''D. durionoides'', '''kayu arang durian'''. Endemik Borneo.
* ''D. ebenum'' (sinonim: ''D. hebecarpa''). '''Eboni''' ‘asli’, eboni India, kayu Asia tropis yang banyak digunakan untuk mebel.
* ''D. ebenum'' (sinonim: ''D. hebecarpa''). [[Eboni]] sejati, eboni India, kayu Asia tropis yang banyak digunakan untuk mebel.
* ''D. fasciculosa'', Australia.
* ''D. fasciculosa'', Australia.
* ''D. insularis'', '''kayu-hitam Papua'''.
* ''D. insularis'', '''kayu hitam papua'''.
* ''D. kaki'', '''[[kesemek]]'''. Spesies ini paling banyak dibudidayakan dan terkenal akan buahnya.
* ''D. kaki'', '''[[kesemek]]'''. Spesies ini paling banyak dibudidayakan dan terkenal akan buahnya.
* ''D. kurzii'', '''''Marblewood, Andaman Marble'''''. Menyebar mulai dari Burma, Thailand, [[Andaman]] dan [[Nikobar]], Semenanjung Malaya, Borneo, Filipina, dan Maluku. Kayunya yang keputihan digunakan dalam konstruksi ringan dan perkakas rumah.
* ''D. kurzii'', '''''Marblewood, Andaman Marble'''''. Menyebar mulai dari Burma, Thailand, [[Andaman]] dan [[Nikobar]], Semenanjung Malaya, Borneo, Filipina, dan Maluku. Kayunya yang keputihan digunakan dalam konstruksi ringan dan perkakas rumah.

Revisi per 18 Februari 2011 07.10

Diospyros
Bunga kesemek amerika
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Diospyros

Dalech. ex L.
Spesies

450-500; lihat teks

Diospyros adalah salah satu marga anggota suku eboni-ebonian atau Ebenaceae. Anggotanya di seluruh dunia mencakup sekitar 450-500 jenis pohon dan perdu hijau abadi atau peluruh. Kebanyakan tumbuhan ini berasal dari daerah tropis, dan hanya beberapa jenis yang tumbuh di daerah beriklim sedang.

Diospyros berasal dari dua patah kata bahasa Yunani: deion yang berarti "dewa" dan pyros, "buah", sehingga berarti "buah para dewa".

Marga ini mencakup banyak jenis yang memiliki nilai komersial, baik untuk buahnya yang dapat dimakan (misalnya kesemek dan bisbul) maupun untuk kayunya yang berkualitas tinggi, terutama kayu eboni atau kayu hitam. Teras kayu (hati kayu) Diospyros biasanya keras dan berwarna gelap (hitam), sehingga di banyak daerah di Indonesia dinamai sebagai kayu arang. Dua di antara yang paling terkenal adalah kayu eboni hitam (D. ebenum dan beberapa spesies lainnya) dan kayu eboni bergaris alias kayu hitam sulawesi (D. celebica).

Pemerian

Pohon, perdu atau semak, biasanya berumah dua (dioecious) tetapi ada yang berumah tunggal, dengan percabangan monopodial, serta biasanya tanpa banir (akar papan). Kulit batang hitam atau kehitaman di luar, keras dan agak rapuh, dengan permukaan retak-retak, beralur atau bahkan memecah, jarang licin; di bagian dalam berwarna pucat. Pepagan dan kayu gubal sering berubah menguning bila kena udara, sehingga dapat membantu identifikasi. Teras kayu berwarna hitam, atau hitam berbelang merah muda atau coklat pucat, atau coklat gelap kehitaman.

Daun tanpa daun penumpu (stipula). Daun tunggal, bertepi rata, terletak berseling (alternate) dalam dua deretan, bertulang menyirip, sering dengan bintik-bintik kelenjar yang tersebar jarang di lembaran daunnya. Tulang daun utama sering melekuk menjadi alur di tengah daun.

Perbungaan tersusun dalam malai di ketiak, kadang-kadang keluar dari batang (cauliflorous) atau cabang (ramiflorous), yang betina kerap tereduksi menjadi bunga tunggal. Bunga berkelamin tunggal, kadang-kadang ada pula yang berkelamin ganda, berbilangan 3-5 (jarang 8). Kelopak bunga menetap (tidak rontok), membesar, dan seringkali mengeras nantinya, menutupi pangkal buah. Mahkota bunga menyatu di pangkal, membentuk tabung pendek. Buah seringkali berdaging, yang kadangkala beracun, menyungkup 1-16 butir biji yang kurang lebih serupa baji dan tersusun konsentris.

Spesies

Berikut ini adalah beberapa jenisnya:

Bisbul dari Bogor
Kesemek dari Jepang
  • D. australis, dari pantai timur Australia.
  • D. bantamensis, menyebar di Sumatera, Jawa dan Borneo.
  • D. blancoi, sering disebut dengan nama yang tidak sah: D. discolor, bisbul atau mabolo. Asal dari Filipina.
  • D. borneensis. Tiongkok, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo.
  • D. buxifolia; ki merak, rangkemi atau meribu. Dari India, Indochina, Thailand, Kepulauan Nusantara sampai dengan Papua.
  • D. canaliculata (sinonim: D. cauliflora, D. xanthochlamys). India, Burma, Indochina, Thailand dan Kepulauan Nusantara. Buah digunakan sebagai ubar (pewarna) jala dan pakaian.
  • D. celebica,kayu hitam sulawesi. Endemik Sulawesi, dan terancam kepunahan.
  • D. confertiflora, nyangit toan. Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Bangka dan Borneo. Di hutan gambut, hutan kerangas dan hutan pegunungan bawah sampai ketinggian 1250 m dpl.
  • D. digyna (sinonim: D. nigra, D. ebenaster). Sawo hitam, Black Persimmon, Black Sapote, zapote negro. Asal diperkirakan dari Meksiko dan Guatemala, dan pada abad pertengahan dibawa penjajah Spanyol ke Filipina, yang kemudian menyebar ke Sulawesi dan Maluku. Buahnya memiliki kulit hijau, yang menjadi hitam jika telah masak. Daging buahnya kecoklatan dan manis, dimakan segar atau dijadikan minuman dan kue-kue.
  • D. durionoides, kayu arang durian. Endemik Borneo.
  • D. ebenum (sinonim: D. hebecarpa). Eboni sejati, eboni India, kayu Asia tropis yang banyak digunakan untuk mebel.
  • D. fasciculosa, Australia.
  • D. insularis, kayu hitam papua.
  • D. kaki, kesemek. Spesies ini paling banyak dibudidayakan dan terkenal akan buahnya.
  • D. kurzii, Marblewood, Andaman Marble. Menyebar mulai dari Burma, Thailand, Andaman dan Nikobar, Semenanjung Malaya, Borneo, Filipina, dan Maluku. Kayunya yang keputihan digunakan dalam konstruksi ringan dan perkakas rumah.
  • D. lanceifolia, kayu-hitam. Asia Tenggara, di hutan dataran rendah dan perbukitan. Buah digunakan sebagai racun ikan.
  • D. lotus, Date-plum. Berasal dari Asia barat daya dan Eropa tenggara. Memiliki rasa campuran antara buah plum dan kurma, buah inilah yang dikenal oleh bangsa Yunani purba sebagai ‘buah para dewa’.
  • D. mabacea. Eboni berbuah merah, dari bagian utara New South Wales - terancam punah.
  • D. macrocalyx (sin. D. loureiroana, Royena macrocalyx).
  • D. macrophylla Bl.. Ajan kelicung, areng-areng, atau siamang, kayu hitam Nusa Tenggara, buahnya bisa dimakan.
  • D. major, pantai timur Australia.
  • D. maritima, tulang ayam. Perdu di hutan pantai di Jawa.
  • D. melanoxylon, Eboni Koromandel, eboni India timur, tendu. Daun tumbuhan ini digunakan di India untuk bahan rokok.
  • D. mespiliformis. Jackalberry, Jakkalbessie, African Ebony.
  • D. molissima. Endemik di Indonesia dan terancam punah.
  • D. pilosanthera, kayu-hitam. Mulai dari India ke Asia Tenggara hingga Maluku. Varietas elmeri endemik di Borneo.
  • D. pentamera Myrtle Ebony atau Grey Persimmon - pantai timur Australia.
  • D. sandwicensis. Lama, endemik di Hawaii.
  • D. siamang (sin. D. elliptifolia), kayu-hitam. Dari hutan-hutan gambut di dataran rendah Semenanjung Malaya, Sumatra, Riau dan Borneo.
  • D. sumatrana, kayu-hitam. India, Burma, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra dan Borneo.
  • D. texana. Texas Persimmon, kesemek Texas. Berupa semak atau pohon kecil yang berasal dari Texas dan Oklahoma. Tumbuh di pegunungan yang kering. Buahnya menjadi makanan burung dan digunakan juga sebagai pewarna oleh bangsa Indian.
  • D. trichophylla (sin. D. pruriens).
  • D. villosa (sin. Royena villosa).
  • D. virginiana. American Persimmon, kesemek Amerika. Berasal dari Amerika utara.

Beberapa jenis Diospyros dari Asia Tenggara telah dimasukkan ke dalam daftar merah IUCN (IUCN Red List of Endangered Flora and Fauna) karena terancam kepunahan.

Bahan bacaan

  • Argent, G. et al.. t.t. Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Vol. 1. Forest Research Institute, Samarinda.
  • Gardner, S., P. Sidisunthorn, and V. Anusarnsunthorn. 2000. A Field Guide to Forest Trees of Northern Thailand. Kobfai Publishing Project. Bangkok. ISBN 974-7799-01-4.
  • Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.