Epigrafi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: sr:Епиграфика
ArthurBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: simple:Epigraphy
Baris 37: Baris 37:
[[ro:Epigrafie]]
[[ro:Epigrafie]]
[[ru:Эпиграфика]]
[[ru:Эпиграфика]]
[[simple:Epigraphy]]
[[sk:Epigrafika]]
[[sk:Epigrafika]]
[[sl:Epigrafika]]
[[sl:Epigrafika]]

Revisi per 28 Oktober 2010 03.47

Epigrafi adalah suatu cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Salah satu contohnya adalah prasasti. Prasasti merupakan sumber bukti tertulis (berupa tulisan ataupun gambar) pada masa lampau yang dapat memberikan informasi mengenai peristiwa dimasa lampau, asal-usul seorang raja atau tokoh atau genealogi maupun penanggalan.

Tujuan arkeologi adalah merekonstruksi sejarah masa lampau berdasarkan apa yang dapat ditemukan kembali dengan ketrampilan dan penguasaan metode ekskavasi pada benda-benda masa lampau. Jika benda tinggalan tersebut berupa prasasti maka ahli epigrafi akan mengelolanya agar dapat diketahui kapan terjadinya, siapa tokoh pemerintahannya serta apa isi yang terkandung pada prasasti tersebut.Ahli epigrafi mempunyai kemampuan menganalisis prasasti dengan kemampuannya untuk membaca tulisan kuno, baik berupa huruf kuno maupun bahasa kuno.

Tugas seorang ahli epigrafi sekarang ini tidak saja meneliti prasasti-prasasti yang belum di publikasikan melainkan juga meneliti kembali prasasti yang baru terbit dalam transkripsi sementara. Kemudian ahli epigrafi tersebut harus menterjemahkan prasasti itu ke dalam bahasa yang digunakan saat ini sehingga para peneliti lain, khususnya ahli-ahli sejarah dapat menggunakan berbagai macam keterangan yang terkandung di dalam prasasti-prasasti itu.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, ahli epigrafi banyak menjumpai berbagai macam hambatan. Menurut arkeolog Indonesia yang menekuni bidang epigrafi yaitu Drs.Hasan Djafar, masalah yang pertama adalah karena banyak prasasti terutama prasasti batu, yang sudah demikian usang sehingga sulit untuk membacanya. Ia harus membaca bagian-bagian yang usang tersebut berkali-kali sampai mendapatkan pembacaan yang memuaskan. Dengan menguasai bentuk huruf kuno dengan segala lekuk likunya, dan dengan senantiasa membanding-bandingkan huruf-hurufnya yang usang itu dengan huruf-huruf yang masih jelas, seorang ahli epigrafi berusaha untuk memperoleh pembacaan yang selengkap-lengkapnya. Kedua, dihadapkan pada waktu menterjemahkan prasasti-prasasti itu. Pengetahuan mengenai bahasa-bahasa kuno yang digunakan dalam prasasti masih belum cukup untuk memahami sepenuhnya makna yang terkandung di dalam naskah-naskah itu.

Ahli epigrafi bak detektif yang mencari tahu mengenai kehidupan maupun peristiwa masa lampau melalui kode-kode rahasia berupa huruf maupun gambar melalui kemampuannya dalam menganalisis. Sehingga masyarakat, khususnya ahli sejarah dan arkeologi, mendapatkan informasi sejarah yang jelas dan valid. Seorang ahli epigrafi dibutuhkan dalam memecahkan sebuah catatan sejarah yang ditulis oleh masyarakat masa lampau agar dapat dimengerti oleh masyarakat saat ini.