Moirai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Baris 28: Baris 28:
* '''[[Atropos]]''' ({{lang-el|Ἄτροπος}}, "tak terubah", "tak terbelokkan", atau "tak terelakkan"),<ref>Bandingkan dengan dewi [[Adrasteia]], yang "tak terhindarkan".</ref> bertugas menentukan kematian manusia. Dia mengatur bagaiamana manusia mati. Ketika waktunya tiba, dia menggunting benang kehidupan manusia dengan "guntung kebencian" miliknya.<ref>"Comes the blind Fury with th'abhorred shears, / And slits the thin spun life." [[John Milton]], [[Lycidas]], l. 75.</ref> Padanan Romawinya adalah '''[[Morta]]''' (Kematian).
* '''[[Atropos]]''' ({{lang-el|Ἄτροπος}}, "tak terubah", "tak terbelokkan", atau "tak terelakkan"),<ref>Bandingkan dengan dewi [[Adrasteia]], yang "tak terhindarkan".</ref> bertugas menentukan kematian manusia. Dia mengatur bagaiamana manusia mati. Ketika waktunya tiba, dia menggunting benang kehidupan manusia dengan "guntung kebencian" miliknya.<ref>"Comes the blind Fury with th'abhorred shears, / And slits the thin spun life." [[John Milton]], [[Lycidas]], l. 75.</ref> Padanan Romawinya adalah '''[[Morta]]''' (Kematian).
Para Moirai muncul tiga malam setelah kelahiran seorang bayi untuk menentukan takdir hidupnya. Ada banyak pendapat mengenai asal mereka, ada yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak perempuan [[Zeus]] dan [[Themis]] atau dewa-dewi awal seperti seperti [[Nyx]], [[Khaos]] atau [[Ananke]]. Para Moirae biasanya digambarkan sebagai sosok yang dingin, kejam dan tidak berperasaan, dan digambarkan sebagai perempuan tua.
Para Moirai muncul tiga malam setelah kelahiran seorang bayi untuk menentukan takdir hidupnya. Ada banyak pendapat mengenai asal mereka, ada yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak perempuan [[Zeus]] dan [[Themis]] atau dewa-dewi awal seperti seperti [[Nyx]],<ref>H.J. Rose, ''Handbook of Greek Mythology'', hlm.24</ref> [[Khaos]] atau [[Ananke]]. Para Moirae biasanya digambarkan sebagai sosok yang dingin, kejam dan tidak berperasaan, dan digambarkan sebagai perempuan tua.


Bahkan Para dewa pun tidak berani pada Moirai, meskipun tidak diketahui sejauh mana kekuasaan Moirai terhadap takdir para dewa. Menurut pendeta Pithia di [[Delphi]], [[Zeus]] juga tunduk pada kekuasaan Moirai. [[Hesiod]] menulis, "Zeus sangat menghormati Moirai".<ref>Hesiod, ''[[Theogonia]]'', 901.</ref>
Bahkan Para dewa pun tidak berani pada Moirai, meskipun tidak diketahui sejauh mana kekuasaan Moirai terhadap takdir para dewa. Menurut pendeta Pithia di [[Delphi]], [[Zeus]] juga tunduk pada kekuasaan Moirai. [[Hesiod]] menulis, "Zeus sangat menghormati Moirai".<ref>Hesiod, ''[[Theogonia]]'', 901.</ref>

Revisi per 27 September 2010 14.34

Moirai (Bahasa Yunani: Μοῖραι) dalam mitologi Yunani adalah tiga orang dewi takdir. Mereka mengendalikan nasib setiap manusia sejak lahir hingga mati. Dalam mitologi Romawi dikenal sebagai Parkae atau Fata.

Asal-usul

Pada masa yang lebih kuno, Moirai hanya berjumlah satu dewa. Homer,[1] secara umum hanya menyebutkan Moira, yang menenun benang kehidupan manusia pada saat kelahiran mereka; dia adalah Moira Krataia "Moira yang kuasa"[2] atau ada juga beberapa Moirai lainnya.[3] Dalam Odyssey[4] disebutkan tentang Klôthes, atau Penenun. Di Delphi, hanya Takdir Kelahiran dan Kematian yang disebutkan.[5]

Sebuah teks Eteokreta dwibahasa[6] menunjukkan terjemahan Yunani Ομοσαι δαπερ Ενορκίοισι (Omosai d-haper Enorkioisi, "Namun semoga dia bersumpah mengenai hal ini pada Para Penjaga Sumpah"). Dalam bahasa Etokreta, ini ditulis —S|TUPRMĒRIĒIA, dan MĒRIĒIA kemungkinan merujuk pada para dewa yang oleh orang Yunani kuno dikenal sebagai Moirai.

Beberapa mitografer mengklaim bahwa Moirai adalah anak Zeus— hasil dari hubungan dengan Ananke ("keniscyaan") atau, menurut Hesiod,[7] dengan Themis atau Nix. Adanya pendapat bahwa Moirai memiliki ayah, menunjukkan bahwa orang Yunani kuno mau bertindak cukup jauh dengan mengubah mitos supaya lebih sesuai dengan tradisi Patrilineal (keturunan berasal dari ayah).[8] Klaim patrilineal itu sendiri tidak diterima oleh Aiskhilos, Herodotos, atau Plato.

Berbagai versi dari Moirai juga ada di beberapa mitologi Eropa lainnya. Moirai kemungkinan berkaitan dengan Norns, dewi takdir yang juga menenun, dari mitologi Nordik dan dewi Laima dari Baltik serta kedua saudarinya.

Pemujaan

Di Sparta, kuil untuk Moirai berdiri di dekat perapian umum, seperti diamati oleh Pausanias.[9] Sementara pengantin di Athena mempersembahkan ikat rambut mereka untuk Moirai dan para mempelai wanita bersumpah demi nama Moirai. Ini memunculkan dugaan bahwa Moirai pada awalnya adalah para dewi pernikahan sebelum dianggap sebagai dewi takdir.

Dari sebuah tulisan di Olympia pada abad ke-2 M, Pausanias menduga bahwa ada julukan Zeus Moiragetes ("Zeus Pemimpin Moirai) untuk Zeus. Pausanias menulis:[10]

Sementara di kuil Zeus di Megara, Pausanias mengamati:

Pausanias mendapati bahwa ada kuil untuk Moirai di Olympia,[11] Korintus,[12] dan Sparta[13], serta satu tempat suci Moirai yang berdampingan dengan kuil Themis di luar gerbang kota Thebes[14]

Mitologi

Patung tiga Moirai di Dublin, Irlandia

Tiga orang Moirai yaitu:

  • Klotho (Yunani: Κλωθώ, "pemintal"), bertugas memintal benang kehidupan tiap manusia. Padanan Romawinya adalah Nona, (yang 'Kesembilan'), yang pada awalnya merupakan dewi bulan kesembilan masa kelahiran.
  • Lakhesis (Yunani: Λάχεσις, "pembagi"), bertugas mengukur benang kehidupan tiap manusia dengan tongkat pengukurnya. Padanan Romawinya adalah Desima (yang 'Kesepuluh').
  • Atropos (Yunani: Ἄτροπος, "tak terubah", "tak terbelokkan", atau "tak terelakkan"),[15] bertugas menentukan kematian manusia. Dia mengatur bagaiamana manusia mati. Ketika waktunya tiba, dia menggunting benang kehidupan manusia dengan "guntung kebencian" miliknya.[16] Padanan Romawinya adalah Morta (Kematian).

Para Moirai muncul tiga malam setelah kelahiran seorang bayi untuk menentukan takdir hidupnya. Ada banyak pendapat mengenai asal mereka, ada yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak perempuan Zeus dan Themis atau dewa-dewi awal seperti seperti Nyx,[17] Khaos atau Ananke. Para Moirae biasanya digambarkan sebagai sosok yang dingin, kejam dan tidak berperasaan, dan digambarkan sebagai perempuan tua.

Bahkan Para dewa pun tidak berani pada Moirai, meskipun tidak diketahui sejauh mana kekuasaan Moirai terhadap takdir para dewa. Menurut pendeta Pithia di Delphi, Zeus juga tunduk pada kekuasaan Moirai. Hesiod menulis, "Zeus sangat menghormati Moirai".[18]

Catatan kaki

  1. ^ Homer, Iliad (xxiv.209)
  2. ^ Homer, Iliad (xvi.334)
  3. ^ Homer, Iliad (xxiv.49)
  4. ^ Homer, Odyssey (vii.197)
  5. ^ Kerenyi 1951:32.
  6. ^ Tulisan dari Delphinion di Dreros, diterbitkan oleh Henri van Effenterre dalam Bulletin de Correspondance Hellénique 70 (1946:602f); tulisan aslinya telah lenyap: on-line text.
  7. ^ Hesiod, Theogonia, 904.
  8. ^ "Zeus secara jelas telah mengasimilasi para dewi penenun ini, dan menjadikan mereka sebagai putri-putrinya. Meskipun itu hanya ada pada beberapa sumber, karena Zeus juga bahkan terikat oleh Takdir", jelas Ruck dan Staples (1994:57).
  9. ^ Pausanias, 3.11. 10-11.
  10. ^ (Pausanias, 5.15.5
  11. ^ Pausanias (v.15.4)
  12. ^ Pausanias (ii.4.7)
  13. ^ Pausanias (iii.11.8)
  14. ^ "Ada tempat suci untuk Themis, dengan patung marmer putih; berdampingan dengan tempat suci untuk Moirai dan Zeus. Ada patung Zeus dari batu sedangkan Moirai tak ada patungnya." (Pausanias, ix.25.4).
  15. ^ Bandingkan dengan dewi Adrasteia, yang "tak terhindarkan".
  16. ^ "Comes the blind Fury with th'abhorred shears, / And slits the thin spun life." John Milton, Lycidas, l. 75.
  17. ^ H.J. Rose, Handbook of Greek Mythology, hlm.24
  18. ^ Hesiod, Theogonia, 901.

Referensi

Pranala Luar