Bahasa Jawa Semarang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Tidak ada ringkasan suntingan
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 24 Maret 2005 15.04

Dialek Semarang tak berbeda dengan dialek di daerah Jawa lainnya. Semarang termasuk daerah pesisir Jawa bagian utara, maka tak beda dengan daerah lainnya, Jogya, Solo, Boyolali dan Salatiga. Walau letak daerah Semarang yang heterogan dari pesisir ( Pekalongan/Weleri, Kudus/Demak/Purwodadi ) dan dari daerah bagian selatan/ pegunungan membuat dialek yang dipakai memiliki kata ngoko, ngoko andhap dan madya di Semarang ada di zaman sekarang.

Frase : "Yo ora.." (Ya tidak) dalam dialek semarang menjadi "Yo orak too ". Kata ini sudah menjadi dialek sehari-hari para penduduk Semarang.

Contoh lain : " kuwi ugo" (itu juga) dalam dialek Semarang menjadi "kuwi barang" ("barang" diucapkan sampai sengau memakai huruf h "bharhang").

Para pemakai dialek Semarang juga senang menyingkat frase, umpamane : Lampu abang ijo (traffic light), menjadi "Bang-Jo" Limang rupiah (5 rupiah) menjadi "mang-pi". Kebon binatang , menjadi "Bon-bin". Satus (100) , menjadi nyatus, dsb. Namun tak semua frase bisa disingkat, sebab tergantung kepada kesepakatan dan minat para pendudukSemarang mengenai frase mana yang disingkat. Jadi contohnya "Taman lele" tak bisa disingkat "Tam-lel" juga Gedung Batu tak bisa menjadi "Ge-bat", dsb.

Namun ada juga kalimat-kalimat yang disingkat, contohnya; "Kau lho pak mu Nadri" artinya "Itu lho pamanmu dari Wanadri". "Arep numpak Kijang kol" artinya akan menumpang omprengan . Zaman dulu kendaraan omprengan biasa menggunakan mobil merk "Colt", disebut "kol" maka setelah diganti "Toyota Kijang" menjadi Kijang-kol. Apa lacur kini ada yang menjadi menjadi "mercy-kol".

Adanya para warga/budaya yang heterogen dari Jawa , Tiong Koq, Arab, Pakistan/India juga memiliki sifat terbuka dan ramah di Semarang tadi, juga akan menambah kosakata dan dialektik Semarang di kemudian hari. Adanya bahasa Jawa yang dipergunakan tetap mengganggu bahasa Jawa yang baku, sama dengan di daerah Solo. Artinya, jika orang Kudus, Pekalongan, Boyolali pergi ke kota Semarang akan gampang dan komunikatif berkomunikasi dengan penduduknya.