Oidipus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
k memindahkan Oedipus ke Oidipus: yunanikan
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 16 Juli 2010 16.28

Oidipus dan Sphinx, oleh Jean Auguste Dominique Ingres.

Oidipus, secara harfiah berarti ‘kaki bengkak’, dalam mitologi Yunani adalah raja Thebes. Dia diramalkan akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri. Hal ini yang di kemudian hari membawa bencana di kerajaannya. Legenda Oidipus banyak diceritakan dalam berbagai versi dan digunakan oleh Sigmund Freud untuk menamakan Oidipus Complex.

Kisahnya

Oidipus adalah anak dari raja Laius dan ratu Jokasta. Sebelum dia lahir, kedua orang tuanya menemui Orakel Delfi. Sang Orakel meramalkan bahwa raja Laius akan dibunuh oleh anaknya sendiri. Untuk mencegah agar ramalan ini tidak menjadi kenyataan, Laius memerintahkan untuk mengikat kaki Oidipus dan memakunya – dari sini termaknailah Oidipus sebagai “kaki bengkak”. Oidipus kemudian dibuang dari Thebes, akan tetapi seorang penggembala menemukannya dan membawanya ke Korinth untuk dipelihara oleh raja Polius. Bertahun kemudian, seorang pemabuk memberitahunya bahwa Polibus, bukanlah ayah kandung Oidipus. Demi mencari kebenaran cerita itu, dia pergi menemui Orakel dan diberi tahu bahwa dia memang ditakdirkan untuk membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Dalam usahanya untuk menghindari takdir, dia pergi dari Korinth ke Thebes.

Dalam perjalanannya ke Thebes, dia tiba di persimpangan tiga jalan dimana dia bertemu dengan kereta kuda yang dikendarai oleh raja Laius. Laius memerintahkan Oidipus minggir dari jalan agar keretanya dapat lewat, tetapi Oidipus tidak mau menurutinya. Oidipus tidak mengenal Laius saat itu, akan tetapi keduanya terlibat dalam pertikaian dan berakhir dengan Oidipus membunuh Laius dalam perkelahian. Seperti ramalan sang Orakel, Oidipus membunuh ayahnya. Saat ia meneruskan perjalanannya ke Thebes, dia berjumpa dengan Sphinx. Sphinx menghentikan semua orang yang lewat jalan itu sambil memberinya sebuah teka teki. Jika para pengembara tersebut tidak dapat menjawab dengan benar, maka Sphinx akan memakan mereka, jika mereka berhasil, mereka dapat melanjutkan perjalanannya.Teka-tekinya adalah “ Apa yang berjalan dengan empat kaki di pagi, dua kaki di siang dan tiga kaki di sore hari ?”. Oidipus menjawab : “Manusia; saat kecil, manusia berjalan dengan empat kaki dan tangannya, saat dewasa berjalan dengan dua kakinya dan saat tua berjalan dengan tongkatnya”. Setelah mendengar jawaban Oidipus yang benar, si Sphinx bunuh diri. Karena berhasil membunuh Sphinx, Oidipus diangkat menjadi raja Thebes dan juga dinikahkan dengan janda raja Laius, Jacosta. Mereka mempunyai empat anak: dua laki-laki, Poliniles dan Eteokles dan dua perempuan, Antigone dan Ismene.

Bertahun-tahun setelah perkawinan Oidipus dan Jakosta, sebuah wabah menyerang kota Thebes. Dalam arogansinya, Oidipus mengatakan akan mengakhiri bencana itu. Dia mengutus Kreon, saudara Jokasta, untuk menemui Orakel di Delfi, guna mencari petunjuk. Saat Creon kembali, dia mengatakan bahwa pembunuh raja Laius harus ditemukan, pembunuh itu harus dibunuh atau diasingkan agar bencana tersebut lenyap dari Thebes. Untuk mencari pembunuh itu, Oidipus bertanya pada Tiresias, seorang peramal buta, tapi Tiresias mengingatkannya agar usahanya untuk mencari pembunuh Laius tidak diteruskan. Karena terjadi pertikaian antara keduanya, maka akhirnya Tiresias mengungkap bahwa pembunuh sebenarnya raja Laius adalah Oidipus. Pada saat yang sama, seorang pesuruh datang dari Korinth, dan mengabarkan bahwa Raja Polibus, yang Oidipus anggap masih sebagai ayahnya, telah wafat. Utusan itu juga mengungkap bahwa Oidipus sebenarnya adalah anak angkat dari Polibus. Jokasta akhirnya menyadari identitas sebenarnya dari Oidipus, dia kemudian lari ke istana dan menggantung diri. Saat mendapati Jokasta telah tewas, Oidipus kemudian membutakan dirinya, dan pergi dari Thebes ditemani anaknya Antigone. Akhirnya dia meninggal di Kolonus setelah mendapatkan perlindungan dari raja Theseus.

Kedua anak lelaki Oedisius, Eteokles dan Polinikes berbagi kerajaan. Mereka memerintah bergantian setiap tahun. Akan tetapi saat tiba giliran Eteocles memerintah kerajaan, Polinikes menolak menyerahkan tahtanya. Terjadilah peperangan yang diakhiri dengan kedua saudara tersebut saling bunuh. Kreon, saudara Jokasta menggantikan mereka menjadi raja, dia memutuskan bahwa Polinikes adalah seorang pengkhianat dan tidak diperbolehkan untuk dikuburkan. Antigone yang tidak menerima keputusan ini, berusaha menguburkan Polinikes, tetapi Kreon akhirnya membunuhnya juga.