Fermentasi substrat padat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{inuse|14 juni}}
{{inuse|14 juni}}
'''Solid State Fermentation (SSF)''' merupakan suatu proses di mana substrat yang tidak larut (padat) difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi kekurangan air bebas. Pada SSF kadar air yang digunakan rendah yaitu sekitar 50-60%. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya adalah fungi yang menghasilkan enzim hidrolitik ekstraseluler yang mempu mendegradasi materi terlarut. Proses ini berpotensi besar memproduksi enzim, menawarkan keuntungan lebih dibandingkan kultur terendam seperti: peralatan yang sederhana, hasil per volumetrik lebih banyak, konsentrasi produk yang lebih tinggi, pemanfaatan bahan buangan serta represi yang lebih sedikit, dan tingkat kontaminasi cukup rendah karena kadar air yang rendah pada substrat. Selain itu, produk kasar hasil fermentasi dapat langsung digunakan sebagai sumber enzim sehingga cocok untuk industri peternakan. Akan tetapi terdapat kekurangan pada SSF yakni sulit dilakukan agitasi dan hilangnya bobot kering selama fermentasi. Di dalam bidang pangan SSF sering digunakan dalam pembuatan tempe, miso, dan kecap.
'''Solid State Fermentation (SSF)''' merupakan suatu proses di mana substrat yang tidak larut (padat) difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi kekurangan air bebas.<ref name=chal>{{en}} Chalal DS. 1985. Solid-State Fermentation with Trichoderma reesei for Cellulase Production. Appl Environ Microbiol 49(1): 205-10.</ref> Pada SSF kadar air yang digunakan rendah yaitu sekitar 50-60%.<ref name=chal/> Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya adalah fungi yang menghasilkan enzim hidrolitik ekstraseluler yang mempu mendegradasi materi terlarut.<ref name=chal/> Proses ini berpotensi besar memproduksi enzim, menawarkan keuntungan lebih dibandingkan kultur terendam seperti: peralatan yang sederhana, hasil per volumetrik lebih banyak, konsentrasi produk yang lebih tinggi, pemanfaatan bahan buangan serta represi yang lebih sedikit, dan tingkat kontaminasi cukup rendah karena kadar air yang rendah pada substrat.<ref name=chal/> Selain itu, produk kasar hasil fermentasi dapat langsung digunakan sebagai sumber enzim sehingga cocok untuk industri peternakan.<ref name=chal/> Akan tetapi terdapat kekurangan pada SSF yakni sulit dilakukan agitasi dan hilangnya bobot kering selama fermentasi.<ref name=tang/> Di dalam bidang pangan SSF sering digunakan dalam pembuatan tempe, miso, dan kecap.<ref name=tang>{{en}} Tangerdy RP. 1998. Advancer in Biotechnology. New Delhi: Educational Publishers and Distributors. Hal. 38-44.</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
Chalal DS. 1985. Solid-State Fermentation with Trichoderma reesei for Cellulase Production. Appl Environ Microbiol 49(1): 205-10.

Tangerdy RP. 1998. Advancer in Biotechnology. New Delhi: Educational Publishers and Distributors.


{{biologi-stub}}
{{biologi-stub}}

Revisi per 14 Juni 2010 15.13

Solid State Fermentation (SSF) merupakan suatu proses di mana substrat yang tidak larut (padat) difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi kekurangan air bebas.[1] Pada SSF kadar air yang digunakan rendah yaitu sekitar 50-60%.[1] Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya adalah fungi yang menghasilkan enzim hidrolitik ekstraseluler yang mempu mendegradasi materi terlarut.[1] Proses ini berpotensi besar memproduksi enzim, menawarkan keuntungan lebih dibandingkan kultur terendam seperti: peralatan yang sederhana, hasil per volumetrik lebih banyak, konsentrasi produk yang lebih tinggi, pemanfaatan bahan buangan serta represi yang lebih sedikit, dan tingkat kontaminasi cukup rendah karena kadar air yang rendah pada substrat.[1] Selain itu, produk kasar hasil fermentasi dapat langsung digunakan sebagai sumber enzim sehingga cocok untuk industri peternakan.[1] Akan tetapi terdapat kekurangan pada SSF yakni sulit dilakukan agitasi dan hilangnya bobot kering selama fermentasi.[2] Di dalam bidang pangan SSF sering digunakan dalam pembuatan tempe, miso, dan kecap.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e (Inggris) Chalal DS. 1985. Solid-State Fermentation with Trichoderma reesei for Cellulase Production. Appl Environ Microbiol 49(1): 205-10.
  2. ^ a b (Inggris) Tangerdy RP. 1998. Advancer in Biotechnology. New Delhi: Educational Publishers and Distributors. Hal. 38-44.