Disinfektan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
24Adrianus (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
24Adrianus (bicara | kontrib)
wikifisasi, penulisan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Disinfection liquid.JPG|right|thumb|150px|Cairan disinfektan]]
[[Berkas:Disinfection liquid.JPG|right|thumb|150px|Cairan disinfektan]]
'''Disinfektan''' adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya [[infeksi]] atau pencemaran oleh [[jasad renik]] atau [[obat]] untuk membasmi [[kuman|kuman penyakit]] <ref name="DPNI">{{en}}Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008.'' Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref> Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.<ref name="Purnawijayanti">Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.</ref><ref name="Havard">Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.</ref> Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.<ref name="Purnawijayanti"/> Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri<ref name="Darmadi">Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.</ref>
'''Disinfektan''' adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya [[infeksi]] atau pencemaran oleh [[jasad renik]] atau [[obat]] untuk membasmi [[kuman|kuman penyakit]] <ref name="DPNI">{{en}}Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008.'' Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref> Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh [[mikroorganisme]] yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.<ref name="Purnawijayanti">Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.</ref><ref name="Havard">Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.</ref> Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.<ref name="Purnawijayanti"/> Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh [[spora bakteri]] sehingga dibutuhkan metode lain seperti [[sterilisasi]] dengan [[autoklaf]]<ref name="Darmadi">Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.</ref>


==Efektivitas==
==Efektivitas==
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.<ref name="Purnawijayanti"/> Lama paparan minimum yang efektif bagi proses disinfeksi adalah dua menit, sedangkan suhu optimum disinfektan berkisar antara 21,1-37,8°C.<ref name="Purnawijayanti"/>pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.<ref name="Purnawijayanti"/> Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organic.<ref name="Purnawijayanti"/>
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, [[suhu]], konsentrasi disinfektan, [[pH]], dan ada tidaknya bahan pengganggu.<ref name="Purnawijayanti"/> pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.<ref name="Purnawijayanti"/> Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/>


==Jenis-Jenis==
==Jenis-Jenis==
===Klorin===
===Klorin===
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolism karbohidrat mikroorganisme.<ref name="Purnawijayanti"/> Disinfektan ini cukup banyak digunakan karena harganya tergolong murah, mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri negative.<ref name="Purnawijayanti"/>Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/>
Senyawa [[klorin]] yang paling aktif adalah [[asam hipoklorit]].<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat [[oksidasi]] [[glukosa]] dalam [[sel]] mikroorganisme dengan cara menghambat [[enzim|enzim-enzim]] yang terlibat dalam [[metabolisme]] [[karbohidrat]] .<ref name="Purnawijayanti"/> Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi [[bakteri gram positif]] dan [[bakteri gram negatif]].<ref name="Purnawijayanti"/>Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan [[korosi]] pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.<ref name="Purnawijayanti"/>


===Iodin===
===Iodin===
Iodin merupakan disinfektan yang paling baik terutama untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> 2 tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.<ref name="Chandra"/> Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.<ref name="Purnawijayanti"/> Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.<ref name="Purnawijayanti"/>
[[Iodin]] merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> Dua tetes iodine 2% dalam larutan [[etanol]] cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.<ref name="Chandra"/> Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah [[iodofor]].<ref name="Purnawijayanti"/> Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.<ref name="Purnawijayanti"/>


===Alkohol===
===Alkohol===
Merupakan disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya thermometer oral.<ref name="Darmadi"/> Umumnya digunakan etil dan isopropyl alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.<ref name="Darmadi"/>
[[Alkohol]] disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya [[termometer]] oral.<ref name="Darmadi"/> Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.<ref name="Darmadi"/>


===Amonium Kuartener===
===Amonium Kuartener===
Senyawa ini merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya<ref name="Purnawijayanti"/>. Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide atau lauril dimetil benzyl klorida<ref name="Purnawijayanti"/>. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negative, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)<ref name="Purnawijayanti"/>. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap<ref name="Purnawijayanti"/>.
[[Amonium kuartener]] merupakan garam [[ammonium]] dengan substitusi [[gugus alkil]] pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya<ref name="Purnawijayanti"/>. Umumnya yang digunakan adalah [[:en:cetyl trimetil ammonium bromide]] (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida<ref name="Purnawijayanti"/>. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)<ref name="Purnawijayanti"/>. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap<ref name="Purnawijayanti"/>.
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas desinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu<ref name="Purnawijayanti"/>.
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu<ref name="Purnawijayanti"/>.


===Formaldehida===
===Formaldehida===
Umumnya dikenal dengan formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%<ref name="Darmadi"/>. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan<ref name="Darmadi"/>. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organic<ref name="Darmadi"/>.
[[Formaldehida]] atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%<ref name="Darmadi"/>. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat [[karsinogenik]] pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan<ref name="Darmadi"/>. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik<ref name="Darmadi"/>.


===Kalium permanganat===
===Kalium permanganat===
Kalium permanganate merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk desinfeksi air<ref name="Chandra"/>. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air<ref name="Chandra"/>. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholera<ref name="Chandra"/>.
[[Kalium permanganat]] merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air<ref name="Chandra"/>. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air<ref name="Chandra"/>. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri ''[[Vibrio cholerae]]''<ref name="Chandra"/>.


===Fenol===
===Fenol===
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lysol dan kreolin<ref name="Darmadi"/><ref name="Sumawinata"/>. Fenol dapat diperoleh melalui destilasi coal tar atau produk minyak bumi tertentu<ref name="Sumawinata"/>. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, <ref name="Sumawinata"/> Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref>
[[Fenol]] merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin<ref name="Darmadi"/><ref name="Sumawinata"/>. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu<ref name="Sumawinata"/>. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, <ref name="Sumawinata"/> Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran [[dinding sel]] dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref>





Revisi per 13 Mei 2010 06.33

Cairan disinfektan

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit [1] Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.[2][3] Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.[2] Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf[4]

Efektivitas

Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.[2] pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.[2] Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.[2]

Jenis-Jenis

Klorin

Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat .[2] Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.[2]Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.[2]

Iodin

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.[5] Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.[2]

Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.[4] Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4]

Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya[2]. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida[2]. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)[2]. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap[2]. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu[2].

Formaldehida

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%[4]. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan[4]. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik[4].

Kalium permanganat

Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air[5]. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air[5]. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae[5].

Fenol

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin[4][6]. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu[6]. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, [6] Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6]




Lihat Pula

Referensi

  1. ^ (Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  3. ^ Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.
  4. ^ a b c d e f g Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
  5. ^ a b c d e Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  6. ^ a b c d Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.