Disinfektan: Perbedaan antara revisi
24Adrianus (bicara | kontrib) Klorin |
24Adrianus (bicara | kontrib) iodin, alkohol, amonium, formaldehida, kalium, fenol |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolism karbohidrat mikroorganisme.<ref name="Purnawijayanti"/> Disinfektan ini cukup banyak digunakan karena harganya tergolong murah, mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri negative.<ref name="Purnawijayanti"/>Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/> |
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolism karbohidrat mikroorganisme.<ref name="Purnawijayanti"/> Disinfektan ini cukup banyak digunakan karena harganya tergolong murah, mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri negative.<ref name="Purnawijayanti"/>Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/> |
||
===Iodin=== |
|||
<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> |
|||
Iodin merupakan disinfektan yang paling baik terutama untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> 2 tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.<ref name="Chandra"/> Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.<ref name="Purnawijayanti"/> Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.<ref name="Purnawijayanti"/> |
|||
<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> |
|||
===Alkohol=== |
|||
Merupakan disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya thermometer oral.<ref name="Darmadi"/> Umumnya digunakan etil dan isopropyl alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.<ref name="Darmadi"/> |
|||
===Amonium Kuartener=== |
|||
Senyawa ini merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya<ref name="Purnawijayanti"/>. Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide atau lauril dimetil benzyl klorida<ref name="Purnawijayanti"/>. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negative, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)<ref name="Purnawijayanti"/>. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap<ref name="Purnawijayanti"/>. |
|||
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas desinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu<ref name="Purnawijayanti"/>. |
|||
===Formaldehida=== |
|||
Umumnya dikenal dengan formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%<ref name="Darmadi"/>. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan<ref name="Darmadi"/>. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organic<ref name="Darmadi"/>. |
|||
===Kalium permanganat=== |
|||
Kalium permanganate merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk desinfeksi air<ref name="Chandra"/>. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air<ref name="Chandra"/>. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholera<ref name="Chandra"/>. |
|||
===Fenol=== |
|||
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lysol dan kreolin<ref name="Darmadi"/><ref name="Sumawinata"/>. Fenol dapat diperoleh melalui destilasi coal tar atau produk minyak bumi tertentu<ref name="Sumawinata"/>. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, <ref name="Sumawinata"/> Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> |
|||
Revisi per 12 Mei 2010 16.46
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit [1] Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung.[2][3] Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.[2] Desinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri[4]
Efektivitas
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.[2] Lama paparan minimum yang efektif bagi proses disinfeksi adalah dua menit, sedangkan suhu optimum disinfektan berkisar antara 21,1-37,8°C.[2] pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10[1]. Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organic.[2]
Jenis-Jenis
Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolism karbohidrat mikroorganisme.[2] Disinfektan ini cukup banyak digunakan karena harganya tergolong murah, mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri negative.[2]Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik.[2]
Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang paling baik terutama untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.[5] 2 tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.[2]
Alkohol
Merupakan disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya thermometer oral.[4] Umumnya digunakan etil dan isopropyl alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4]
Amonium Kuartener
Senyawa ini merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya[2]. Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide atau lauril dimetil benzyl klorida[2]. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negative, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)[2]. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap[2]. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas desinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu[2].
Formaldehida
Umumnya dikenal dengan formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%[4]. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan[4]. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organic[4].
Kalium permanganat
Kalium permanganate merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk desinfeksi air[5]. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air[5]. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholera[5].
Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lysol dan kreolin[4][6]. Fenol dapat diperoleh melalui destilasi coal tar atau produk minyak bumi tertentu[6]. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, [6] Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6]
Lihat Pula
Referensi
- ^ (Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- ^ Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.
- ^ a b c d e f g Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
- ^ a b c d e Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- ^ a b c d Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.