Kewirausahaan sosial: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
85Raditia (bicara | kontrib)
85Raditia (bicara | kontrib)
Baris 8: Baris 8:
==Karakteristik Kewirausahaan Sosial ''(Social Entrepreneur)''==
==Karakteristik Kewirausahaan Sosial ''(Social Entrepreneur)''==


Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para [[pengusaha]] sosial itu sendiri. {{fact}} Hal tersebut dapat terlihat dari [[penelitian]] mengenai kewirausahaan sosial terbagi menjadi beberapa grup sosial sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. {{fact}}
Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para [[pengusaha]] sosial itu sendiri.<ref>{{en}}Karen Braun, ibid, page. 98</ref>. Hal tersebut dapat terlihat dari [[penelitian]] mengenai kewirausahaan sosial terbagi menjadi beberapa grup sosial sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.<ref>Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika. hlm. 23</ref>


Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan secara rutin. Austin Stevenson dan Wei-Skillern berpendapat bahwa pengusaha sosial dan [[tradisional]] berbeda dengan pengusahanya sendiri, [[metode]], situasi, dan peluang. <ref>Susanto, A.B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting Group</ref> Tujuan utama dari pengusaha sosial adalah melayani kebutuhan dasar masyarakat, sementara pengusaha tradisional adalah untuk meraih pasar yang besar kesenjangan dan memperoleh keuntungan, dalam proses bertaraf minimum untuk kepentingan masyarakatnya. {{fact}} Paul C Light mengamati berbagai definisi yang ada pengusaha sosial dan memberikan definisi yang luas yang menganggap bahwa pengusaha sosial adalah [[individu]], [[kelompok]], [[jaringan]], [[organisasi]] atau [[aliansi]].<ref>{{en}} Muller, Jerry Z. 2002. The Mind and The Market. Alfred A. Knopf: New York</ref> Tapi berupaya secara berkelanjutan melalui ide-ide yang berbeda untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang signifikan. {{fact}} Lynn Barendsen dan Howard Gardeber menjelaskan bahwa Pemimpin yang baru sebagai pemimpin yang sadar akan kewajiban mereka.<ref>Vasakaria, Vasudha 2008. A Study on Social Entrepreneurship and the Characteristics of Social Entrepreneur, The Icfaian Journal of Management Research, Vol. VII, No. 4</ref> Mereka memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang sifatnya positif. Gillian et al. berpendapat bahwa hanya keterampilan saja tidak membuat kewirausahaan dapat dikatakan sebagai seorang pengusaha sosial. <ref>Drucker, Peter. 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York: William Heinemann Ltd</ref> Sebaliknya seorang pengusaha sosial juga memerlukan persimpangan ''virtuousness'', kesempatan sosial, pengakuan, dapat menghakimi, bersifat toleransi, dan inovasi.{{fact}} Robert Ronstadt kewirausahaan didefinisikan sebagai proses yang sifatnya dinamis namun dapat menciptakan kekayaan yang sifatnya penting.<ref name="Braun"> {{en}} Braun, Karen. Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline. Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009. Hal. 34</ref>
Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan secara rutin. Austin Stevenson dan Wei-Skillern berpendapat bahwa pengusaha sosial dan [[tradisional]] berbeda dengan pengusahanya sendiri, [[metode]], situasi, dan peluang. <ref>Susanto, A.B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting Group</ref> Tujuan utama dari pengusaha sosial adalah melayani kebutuhan dasar masyarakat, sementara pengusaha tradisional adalah untuk meraih pasar yang besar kesenjangan dan memperoleh keuntungan, dalam proses bertaraf minimum untuk kepentingan masyarakatnya. {{fact}} Paul C Light mengamati berbagai definisi yang ada pengusaha sosial dan memberikan definisi yang luas yang menganggap bahwa pengusaha sosial adalah [[individu]], [[kelompok]], [[jaringan]], [[organisasi]] atau [[aliansi]].<ref>{{en}} Muller, Jerry Z. 2002. The Mind and The Market. Alfred A. Knopf: New York</ref> Tapi berupaya secara berkelanjutan melalui ide-ide yang berbeda untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang signifikan. {{fact}} Lynn Barendsen dan Howard Gardeber menjelaskan bahwa Pemimpin yang baru sebagai pemimpin yang sadar akan kewajiban mereka.<ref>Vasakaria, Vasudha 2008. A Study on Social Entrepreneurship and the Characteristics of Social Entrepreneur, The Icfaian Journal of Management Research, Vol. VII, No. 4</ref> Mereka memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang sifatnya positif. Gillian et al. berpendapat bahwa hanya keterampilan saja tidak membuat kewirausahaan dapat dikatakan sebagai seorang pengusaha sosial. <ref>Drucker, Peter. 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York: William Heinemann Ltd</ref> Sebaliknya seorang pengusaha sosial juga memerlukan persimpangan ''virtuousness'', kesempatan sosial, pengakuan, dapat menghakimi, bersifat toleransi, dan inovasi.{{fact}} Robert Ronstadt kewirausahaan didefinisikan sebagai proses yang sifatnya dinamis namun dapat menciptakan kekayaan yang sifatnya penting.<ref name="Braun"> {{en}} Braun, Karen. Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline. Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009. Hal. 34</ref>

Revisi per 24 April 2010 13.21

Kewirausahaan sosial adalah disipilin ilmu yang menggabungkan antara kecerdasan berbisnis, inovasi, dan tekad untuk maju ke depan.[1].

Wirausaha sosial

Seorang wirausaha sosial merupakan seorang pemimpin yang mencapai perubahan, melihat suatu masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru bagi pemberdayaan masyarakat sekitar.[2] Hasil yang ingin dicapai bukanlah berdasarkan keuntungan materi atau memuaskan pelanggan, namun bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik dan perubahan bagi masyarakat.[3] Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang karena memang hasil dari usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang tidak sebentar untuk dapat terlihat dampak atau hasilnya. [4].

Seorang wirausaha sosial menjadi fenomena sangat menarik saat ini karena perbedaan-perbedaannya dengan wirausaha tradisional yang terutama fokus terhadap keuntungan materi atau memuaskan pelanggannya.[5]. Menjadi menarik untuk mengetahui perilaku-perilaku apa saja yang menjadi ciri-ciri utama dari seorang wirausaha sosial karena perannya yang amat signifikan dalam masyarakat.[6] Kajian mengenai kewirausahaan sosial ini adalah kajian yang melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dalam pengembagan serta praktiknya di lapangan.[7] Lintas ilmu pengetahuan yang di adopsi di dalam kajian kewirausahaan sosial merupakan suatu hal yang penting untuk dapat menjelaskan serta membuat sebuah inovasi-inovasi penting yang berbeda dari pemikiran-pemikiran sebelumnya.[8]

Karakteristik Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneur)

Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha sosial itu sendiri.[9]. Hal tersebut dapat terlihat dari penelitian mengenai kewirausahaan sosial terbagi menjadi beberapa grup sosial sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.[10]

Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan secara rutin. Austin Stevenson dan Wei-Skillern berpendapat bahwa pengusaha sosial dan tradisional berbeda dengan pengusahanya sendiri, metode, situasi, dan peluang. [11] Tujuan utama dari pengusaha sosial adalah melayani kebutuhan dasar masyarakat, sementara pengusaha tradisional adalah untuk meraih pasar yang besar kesenjangan dan memperoleh keuntungan, dalam proses bertaraf minimum untuk kepentingan masyarakatnya. [butuh rujukan] Paul C Light mengamati berbagai definisi yang ada pengusaha sosial dan memberikan definisi yang luas yang menganggap bahwa pengusaha sosial adalah individu, kelompok, jaringan, organisasi atau aliansi.[12] Tapi berupaya secara berkelanjutan melalui ide-ide yang berbeda untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang signifikan. [butuh rujukan] Lynn Barendsen dan Howard Gardeber menjelaskan bahwa Pemimpin yang baru sebagai pemimpin yang sadar akan kewajiban mereka.[13] Mereka memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang sifatnya positif. Gillian et al. berpendapat bahwa hanya keterampilan saja tidak membuat kewirausahaan dapat dikatakan sebagai seorang pengusaha sosial. [14] Sebaliknya seorang pengusaha sosial juga memerlukan persimpangan virtuousness, kesempatan sosial, pengakuan, dapat menghakimi, bersifat toleransi, dan inovasi.[butuh rujukan] Robert Ronstadt kewirausahaan didefinisikan sebagai proses yang sifatnya dinamis namun dapat menciptakan kekayaan yang sifatnya penting.[15]

Dalam pandangan pengusaha, kekayaan diciptakan oleh orang-orang yang mengambil resiko besar dalam hal waktu, karier, dan komitmen untuk memberikan nilai dalam beberapa produk atau layanan.[butuh rujukan] Nilai diinfuskan dengan mengamankan dan mengalokasikan keterampilan yang diperlukan dan sumber daya.[butuh rujukan] Sarah H Alvord membuat analisis komparatif dari tujuh kasus kewirausahaan sosial yang secara luas telah diakui sebagai sesuatu yang dianggap sukses.[15] Mereka mengenali perbedaan-perbedaan dalam bentuk tujuh organisasi yang memperkenalkan inovasi. Thomson mendefinisikan pengusaha sosial sebagai orang-orang dengan sikap pengusaha bisnis, tetapi beroperasi di masyarakat.[16] Mereka bertindak lebih sebagai pengasuh dari masyarakat dan bukan sebagai pengusaha yang dengan mudah menghasilkan uang. Gregory Dees mengidentifikasikan pengusaha sosial sebagai pengusaha yang langka.[17] Dia menggambarkan satu set ciri-ciri luar biasa pengusaha sosial dengan menekankan bahwa masyarakat harus mendorong dan memberi balasan kepada orang dengan kemampuan yang sifatnya unik. [17]

Hal ini tentunya sangat bergantung kepada bagaimana isi dari gagasan yang kita tawarkan, pada dasarnya agar gagasan serta ide yang kita tawarkan bisa diterima oleh masyarakat kita harus memiliki misi sosial di dalamnya semata-mata hanya untuk membuat masyrakat dapat terbebaskan dari permasalahan yang terjadi.[butuh rujukan] Dalam pelaksanaan pengimplementasian gagasan tersebut pastinya kita akan mendapatkan banyak sekali permasalahan, seorang jiwa wirausaha sosial (social entrepreneur) harus mempunyai kemampuan pengelolaan resiko (risk management) agar dapat menuntaskan apa yang menjadi idenya tersebut.[butuh rujukan] Kemampuan mengelola resiko ini merupakan suatu hal yang penting agar kita dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan secara berkelanjutan.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ (Inggris) Vasudha Vasakaria. A Study on Social Entrepreneurship and the Characteristics of Social Entrepreneur, The Icfaian Journal of Management Research, Vol. VII, No. 4, 2008. Hlm. 35
  2. ^ Karen Braun, Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline. Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009.
  3. ^ A.B. Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting Group, hal. 54
  4. ^ (Inggris) Martin, Roger.L & Sally Osberg. Social Entrepreneurship: The Case For Definition. 2007. Stanford Social Innovation Review. Jr,University.page 3-4
  5. ^ (Inggris)John Elkington & Pamela Hartigan, The Power of Unreasonable People: How Social Entrepreneurs Create Markets That Change the World Chapter 1: Creating Successful Business Models. USA: Harvard business school press. page. 76
  6. ^ Peter Drucker, 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York: William Heinemann Ltd. hlm. 67
  7. ^ Peter Drucker, ibid,. 68
  8. ^ Karen Braun, Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline. Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009. Hlm. 75.
  9. ^ (Inggris)Karen Braun, ibid, page. 98
  10. ^ Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Sinar Grafika. hlm. 23
  11. ^ Susanto, A.B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting Group
  12. ^ (Inggris) Muller, Jerry Z. 2002. The Mind and The Market. Alfred A. Knopf: New York
  13. ^ Vasakaria, Vasudha 2008. A Study on Social Entrepreneurship and the Characteristics of Social Entrepreneur, The Icfaian Journal of Management Research, Vol. VII, No. 4
  14. ^ Drucker, Peter. 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York: William Heinemann Ltd
  15. ^ a b (Inggris) Braun, Karen. Social Entrepreneurship: Perspectives on an Academic Discipline. Theory in Action, Vol. 2, No. 2, April 2009. Hal. 34
  16. ^ Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility: Prinsip, Pengaturan dan Implementasi. Malang : In-Trans Publishing
  17. ^ a b (Inggris)Matin, Roger L. & Sally Osberg. 2007. Social Entrepreneurship: The Case for Definition. Leland Stanford Jr. University