Kereta api eksekutif: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Baris 232: Baris 232:
|[[Kereta api Jayabaya|Jayabaya]]
|[[Kereta api Jayabaya|Jayabaya]]
|[[Stasiun Pasar Senen|Jakarta Pasar Senen]]-[[Stasiun Malang|Malang]]<br>via [[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]
|[[Stasiun Pasar Senen|Jakarta Pasar Senen]]-[[Stasiun Malang|Malang]]<br>via [[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]
| Lintas Utara Jawa
| Lintas Tengah Jawa
| Jakarta Kota (JAKK)
| Jakarta Kota (JAKK)
| Daop 1 Jakarta
| Daop 1 Jakarta

Revisi per 22 Januari 2022 04.26

Eksekutif campuran Kereta api Sawunggalih Utama.
Kereta api eksekutif Bima melintas Stasiun Manggarai

Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan, penumpang juga dapat memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi (kereta makan) yang didesain sebagai mini bar.

Kereta api Eksekutif mengawali sejarahnya pada saat peluncuran Kereta api Argo Parahyangan, serta kemajuannya dimulai pada saat diluncurkannya Kereta api Bima dengan rangkaian Kereta Tidur Kelas 1 dan 2. Dahulu, ada 2 pelayanan kelas Eksekutif (+ 3 khusus kereta api Bima), yakni Kereta tidur Kelas 1 (SAGW), Kereta tidur Kelas 2 (SBGW), Kereta Kuset (Couchette), Eksekutif A, dan Eksekutif B. Namun sekarang, Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.

Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206 ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC 204 Dan BB 203 mulai berdinas di Sumatra Selatan.

Kelas Argo

Peta jalur kereta api kelas eksekutif Argo

Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu kereta penumpang berkapasitas 50 orang per kereta. Penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan nama gunung yang berada dekat dengan kota tujuan atau kota yang dilalui kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek tujuan Surabaya-Gambir PP, Gunung Bromo tidak jauh dengan dengan kota Surabaya dan merupakan salah satu ikon provinsi Jawa Timur, kereta api Argo Wilis tujuan Surabaya-Bandung PP, gunung Wilis tidak jauh dengan kota Madiun, salah satu kota yang dilalui kereta ini. Kereta api Argo Muria tujuan Semarang-Gambir PP, gunung Muria tidak jauh dengan kota Semarang, kereta api Argo Sindoro tujuan Semarang-Gambir PP, gunung Sindoro tidak jauh dengan kota Semarang,. Begitu pula dengan kereta api Argo Lawu tujuan Solo-Gambir, gunung Lawu tidak jauh dengan kota Solo. [butuh rujukan]

Pengecualian berlaku untuk kereta api Argo Jati, Argo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosok Walisongo, Sunan Gunung Jati, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Sedangkan nama Dwipangga pada kereta api Argo Dwipangga berasal dari bahasa Kawi yang berarti "gajah". [butuh rujukan]

Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[1] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.

Sejarah

Kelas Argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo ditingkatkan lagi dengan mengoperasikan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria I menjadi Argo Sindoro dan lahir juga KA Argo Jati pada tahun 2007 dengan menggunakan rangkaian eks-Argo Gede JB-250.[butuh rujukan]

Kebijakan pemangkasan perjalanan kereta api oleh PT Kereta Api telah menyebabkan kereta api JS-950 Argo Bromo dipangkas sehingga hanya ada satu kereta api Argo Bromo, yakni Argo Bromo Anggrek.

Armada Kereta

Livery asli Argo

KA-KA kelas Argo yang diluncurkan pada era 1995 sampai dengan 2000-an awal menggunakan rangkaian baru produksi dari INKA sejak awal peluncurannya.

Armada Eksekutif baru ini dibuat secara bertahap, yaitu:

Lalu, PT INKA juga telah memproduksi rangkaian baru lagi untuk kereta-kereta kelas Argo, yaitu pada tahun 2008 untuk KA Argo Lawu, 2010 untuk KA Argo Jati, 2016 untuk Kereta api Argo Lawu, Kereta api Argo Dwipangga,Kereta api Bima, Kereta api Sembrani, dan Kereta api Gajayana (trainset pertama), serta 2017 untuk Kereta api Gajayana (trainset kedua) dan Kereta api Argo Muria.

Kelas satwa dan campuran

Sedangkan kelas satwa adalah kereta dengan rangkaian eksekutif secara keseluruhan yang pelayanannya berada di bawah kelas argo, termasuk nomor kereta yang lebih besar dibandingkan dengan kelas Argo sehingga sering kali harus mengalah apabila bersilang atau disusul oleh kereta kelas Argo. Rangkaian KA Eksekutif Satwa pada awalnya bermacam-macam jenisnya, dari mulai kereta buatan dibawah tahun 90-an yang telah diperbaiki dan ditingkatkan fasilitasnya, tetapi beberapa kereta seperti Turangga dan Gajayana mendapatkan rangkaian baru dari PT INKA, tentunya dengan standar yang berbeda dari kelas Argo. Dulu, beberapa KA kelas satwa terkadang ada yang menggunakan livery kelas argo.

Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya telah diubah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam legenda Indonesia. Seperti Gajayana, Sembrani, Turangga, Bima, Taksaka dan Bangunkarta.[butuh rujukan]

Sedangkan kelas eksekutif campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.[butuh rujukan]

Pengoperasian dan fasilitas

Pada era Perumka, pelayanan kelas argo adalah yang tertinggi, melebihi pelayanan kelas eksekutif yang lain, seperti TV, meja lipat, dan pintu otomatis. Bahkan kereta Argo yang menggunakan kereta kelas Anggrek, seperti Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria pada saat itu memiliki sandaran kaki (legrest). Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak, tergantung pada kereta yang digunakan. Pada umumnya KA Eksekutif Satwa yang menggunakan KA baru buatan INKA memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, awalnya dapat dilihat dari skema warna kereta.

Meskipun begitu, sejak era PT KAI dan seiring waktu pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang disetarakan (seperti pintu manual), dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya (kereta yang dulunya dicat warna campuran dan sekarang dicat warna argo bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll pada tahun 2013-2015). Kini, semua kereta eksekutif memiliki peluang yang sama untuk dirangkaikan dengan kereta kelas Argo, Satwa, maupun campuran (tentu saja pengecualian untu Kelas Anggrek karena pasti dirangkai dengan kelas Argo).

Mulai tahun 2015, semua kereta eksekutif dicat dengan livery "Kesepakatan" seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.

Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupun emergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi. Namun ketersediaan ini bervariasi bergantung retrofit, permintaan, serta perawatan, seperti ada Kereta Eksekutif yang tidak dilengkapi lampu baca dan meja lipat di kursi.

Fasilitas kereta kelas eksekutif, dilihat dari kelengkapannya, adalah:

  • Pintu Otomatis (mulai dimanualkan, masih ada tersisa 1 trainset buatan 2010 (6 Gerbong) milik kereta api argo jati masih ada pintu otomatis di bordes)
  • Pijakan Kaki (Footrest)
  • Sandaran Kaki (Legrest) (Hanya ada di Kereta Wisata "Imperial" dan rangkaian Anggrek pra-Go Green (sudah dihilangkan))
  • Lampu Baca
  • Tirai (ada yang masih geser ke samping, ada yang sudah Tarik dari atas)
  • Stopkontak
  • Kursi bahan Beludru (sekarang mulai diganti menjadi kulit)
  • Reclining seat
  • Layanan audio-video on demand (AVOD) (hanya pada kereta kelas Luxury di kereta api Argo Bromo Anggrek, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, Gajayana, dan Sembrani)
  • Meja Lipat (di beberapa kereta tidak ada / memiliki model seperti pesawat)
  • Layanan Wi-Fi (hanya KA Argo Bromo Anggrek, Argo Parahyangan, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, dan Argo Wilis (K1 tahun 2018/19)).
  • Lubang Audio Jack 3.5mm (hanya di Rangkaian Eksekutif produksi 2018 dan 2019)

Sedangkan fasilitas yang diberikan gratis saat perjalanan (tuslah) adalah selimut (khusus perjalanan malam). Perlu diperhatikan bahwa fasilitas diatas bergantung kepada permintaan, peraturan, maupun kebijakan lainnya. Banyak kereta eksekutif yang mengalami standardisasi karena pemeliharaan (menekan biaya) maupun kebijakan dari Depo Kereta / Balai Yasa yang mengurus kereta pada saat Pemeriksaan 48 bulan (Pemeriksaan Akhir) (meskipun bisa saja dilakukan standardisasi sebelum pemeriksaan akhir).

Peremajaan

Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian kereta eksekutif dan kereta ekonomi AC baru buatan PT INKA Madiun[2] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian gerbong eksekutif baru ini menggantikan gerbong eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah.

Ada pula gerbong retrofit, tetapi gerbong retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada di kereta api Cirebon Ekspres pada awal tahun 2014.[3]

Balai Yasa Manggarai dan Surabaya Gubeng adalah balai yasa yang mendapat tugas untuk mengubah atau dimodifikasi kereta bisnis menjadi kereta eksekutif, misalnya Gerbong K1 0 15 01 Sampai dengan K1 0 15 19. Selain itu, beberapa kereta bisnis juga diretrofit menjadi kereta pembangkit dan kereta makan baru. Selain itu, ada kereta eksekutif lama yang diretrofit di PT INKA, seperti Argo Bromo Anggrek.

Pada tahun 2016, PT INKA Madiun memproduksi 7 set kereta eksekutif baru, yang menggunakan bogie terbaru tipe K10 (desain gabungan dari bogie K5 dan K8). Interior kereta baru juga merupakan penyempurnaan dari interior kereta Argo Bromo Anggrek baru yang diluncurkan setahun sebelumnya, tetapi pada kereta baru ini.

terdapat footrest dan TV di tengah kereta yang modelnya tetap (bukan TV lipat seperti di Argo Bromo Anggrek). Model jendelanya juga serupa dengan Argo Bromo Anggrek, meskipun bentuk bodinya sama seperti kereta eksekutif biasa non-Anggrek K9. Satu persatu set yang dibuat di INKA pun mulai beroperasi dengan set pertama dan kedua untuk Depo Solo Balapan (SLO). set ketiga dan keenam untuk Depo Jakarta Kota (JAKK) dan set ketujuh untuk Depo Malang (ML). Di kereta ini dilengkapi pula WiFi, meski belum beroperasi sepenuhnya

Peremajaan kereta api eksekutif oleh PT KAI dimulai dengan beroperasinya KA Cirebon Ekspres baru, dengan kereta eksekutif retrofit tahun 2014-2015, Terdapat 5 kereta eksekutif buatan tahun 2014 dan 5 lagi yang dibuat tahun 2015. Kereta ini beroperasi dengan disambung dengan kereta bisnis dengan formasi 5 kereta eksekutif dan dua kereta bisnis pada awalnya, meskipun akhirnya menjadi 4 kereta eksekutif dan 3 kereta bisnis dalam satu rangkaian.

Kemudian menyusul Argo Bromo Anggrek dengan dua set kereta kelas Anggrek yang sudah diretrofit di PT INKA dan menggunakan livery kesepakatan, dengan satu rangkaiannya yang terdiri dari sembilan kereta eksekutif (K1), satu kereta makan (M1), dan satu kereta pembangkit pintu tengah (P). Ada juga satu kereta makan baru tambahan. Kereta pembangkit pintu tengah yang dimaksud adalah P 0 97 02 dan P 0 01 03, melengkapi kereta pembangkit pintu pinggir yang tidak diretrofit (P 0 97 01 dan P 0 97 03). Namun, kini antara kereta yang diretrofit dan yang tidak sering kali bercampur.[butuh rujukan]

Argo Jati pun kedapatan satu rangkaian dengan formasi enam K1 retrofit Balai Yasa Gubeng tahun 2015, semenjak K1 tahun 2010 dimutasi ke Purwojaya sejak tahun 2016. Sebelumnya, depo Cirebon juga sudah kedapatan satu kereta makan dan kereta pembangkit baru. Saat ini, Argo Jati sudah mendapat rangkaian aslinya karena Purwojaya mendapat hibah rangkaian Gajayana K1 angkatan 2009.[butuh rujukan]

Untuk kereta eksekutif keluaran tahun 2016 yang berjumlah empat set digunakan oleh Argo Dwipangga, Argo Lawu, dan Bima. Sementara keluaran tahun 2017 (Kereta Eksekutif Masih tetap pembuatan tahun 2016 dan sering agak terlambat karena Kereta Ekonomi 2016 yang dikebut) digunakan oleh Sembrani, Argo Muria, Argo Sindoro, Gajayana, Brawijaya, dan Purwojaya. [butuh rujukan] Per tahun 2021, kereta eksekutif keluaran tahun 2016 hanya digunakan di sebagian besar kereta api eksekutif dan campuran di Pulau Jawa dan Sumatra. [butuh rujukan]

Bodi stainless steel

Kereta stainless steel pada kereta api Argo Wilis

Pada tanggal 9 Februari 2018, PT KAI dan PT INKA Madiun mengujicoba satu set kereta api eksekutif terbaru produksi 2018. Kereta api eksekutif tersebut memiliki eksterior berbahan dasar stainless steel (yang disebut juga tahan karat) dengan liverynya hampir sama seperti bentuk spektrum elektromagnetik gelombang berupa tiga guratan lengkung pada bagian kiri dan kanan. Baris paling atas berwarna oranye, sedangkan dua baris guratan di bawahnya berwarna abu-abu. Set pertama ini diujicoba dengan rute Madiun-Yogyakarta-Kroya-Bandung-Cikampek, lalu kembali ke Madiun keesokan harinya melalui rute Cirebon-Semarang Tawang-Solo Jebres-Madiun. Kereta api ini (bersama dengan kereta kelas Premium 2018 yang telah diujicoba Januari 2018) akan digunakan untuk persiapan jelang arus mudik-lebaran 2018 dan selanjutnya digunakan sebagai pengganti beberapa rangkaian kereta api yang sudah ada yang masih menggunakan rangkaian produksi lama. Saat ini, posisinya di trainset Kedua K1 2018 yang telah digunakan untuk kereta api Argo Parahyangan Tambahan (JAKK) Setelah KA Tawang Jaya Premium K3 2018 Trainset Pertama (Nomor Gerbong tidak Teratur pada trainset eksekutif, premium maupun dikobinasi eksekutif dan premium). [4] Saat ini kereta api eksekutif berbodi stainless steel hanya beroperasi beberapa kereta api eksekutif di pulau Jawa seperti kereta api Argo Bromo Anggrek, Bima, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, Argo Wilis, Turangga, dan Gajayana dan Sembrani di bagian luxury saja; sedangkan kelas campuran meliputi KA Argo Parahyangan, Fajar dan Senja Utama Solo, Fajar dan Senja Utama Yogyakarta, Mataram, Sancaka, Mutiara Selatan, Harina, Lodaya, Mutiara Timur, dan Kertanegara. Sejak tahun 2018, livery tematik hari besar keagamaan, hari kemerdekaan Indonesia, dan HUT PT KAI tersebut pada rangkaian kereta eksekutif berbaja nirkarat hanya dimiliki oleh depo kereta Jakarta Kota (KA Bima), Bandung (KA Argo Parahyangan dan Argo Wilis), Cirebon (KA Argo Cheribon), Semarang Poncol (KA Argo Muria dan Argo Sindoro), Purwokerto (KA Purwojaya), Yogyakarta (KA Taksaka), Solo Balapan (KA Argo Lawu, Argo Dwipangga dan Lodaya), Blitar (KA Singasari), Surabaya Pasarturi (KA Argo Bromo Anggrek dan Sembrani), Malang (KA Gajayana), dan Ketapang (KA Mutiara Timur).[butuh rujukan]

Penomoran

[pranala nonaktif permanen]Contoh penomoran pada bagian bawah kereta

Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997 dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik depo tertentu (awalnya dibawah nomor, lalu dipindah ke samping nomor).

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulis; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Misalnya, K1 0 18 01 JAKK, artinya kereta eksekutif ini ditarik lokomotif (0), mulai operasi tahun 2018 (18), dan nomor urut dinasnya adalah 01, serta diikuti oleh dua, tiga sampai empat huruf alfabet yang menandakan kepemilikan depo, dalam hal ini, Jakarta Kota (JAKK).[5]

Mulai pertengahan Desember 2016, penomoran seluruh kereta eksekutif retrofit diubah mengikuti nomor pada saat menjadi kereta api kelas Bisnis. Contohnya pada K1 0 15 04 CN yang merupakan rehab dari K2 0 86 xx, sekarang penomorannya menjadi K1 0 86 17 CN.[6]

Kereta api kelas eksekutif di Indonesia

Layanan kereta api kelas eksekutif (hanya di Pulau Jawa)

Nama Kereta Api Relasi Lintas KA Depo Kereta Lokal Jenis rangkaian
Argo Bromo Anggrek Jakarta Gambir-Surabaya Pasarturi Lintas Utara Jawa Surabaya Pasarturi (SBI) Daop 8 Surabaya Baja nirkarat
Sembrani
  • Baja ringan (Eksekutif)
  • Baja nirkarat (Luxury)
Bima Jakarta Gambir-Surabaya Gubeng Lintas Selatan Jawa Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta Baja nirkarat
Argo Muria Jakarta Gambir-Semarang Tawang Lintas Utara Jawa Semarang Poncol (SMC) Daop 4 Semarang Baja ringan
Argo Sindoro
Gajayana Jakarta Gambir-Malang Lintas Selatan Jawa Malang (ML) Daop 8 Surabaya
  • Baja ringan (Eksekutif)
  • Baja nirkarat (Luxury)
Brawijaya Jakarta Gambir-Malang
via Semarang Tawang
Lintas Tengah Jawa Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta Baja ringan
Argo Lawu Jakarta Gambir-Solo Balapan Lintas Selatan Jawa Solo Balapan (SLO) Daop 6 Yogyakarta Baja nirkarat
Argo Dwipangga
Taksaka Jakarta Gambir-Yogyakarta Yogyakarta (YK)
Purwojaya Jakarta Gambir-Cilacap Purwokerto (PWT) Daop 5 Purwokerto Baja ringan
Argo Wilis Bandung-Surabaya Gubeng Bandung (BD) Daop 2 Bandung Baja nirkarat
Turangga Sidotopo (SDT) Daop 8 Surabaya

Layanan kereta api kelas eksekutif campuran (eksekutif-bisnis, eksekutif-ekonomi, eksekutif-bisnis-ekonomi) di Pulau Jawa

Nama kereta api Relasi Lintas KA Depo induk Lokal Kelas Jenis rangkaian
Gumarang Jakarta Pasar Senen-Surabaya Pasarturi Lintas Utara Jawa Surabaya Pasarturi (SBI) Daop 8 Surabaya Eksekutif & Bisnis Baja ringan
Dharmawangsa Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta Eksekutif & Ekonomi
Gaya Baru Malam Selatan Jakarta Pasar Senen-Surabaya Gubeng Lintas Selatan Jawa Sidotopo (SDT) Daop 8 Surabaya
Argo Parahyangan Jakarta Gambir-Bandung Bandung (BD) Daop 2 Bandung Baja nirkarat
Jayabaya Jakarta Pasar Senen-Malang
via Surabaya Pasarturi
Lintas Tengah Jawa Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta Baja ringan
Fajar dan Senja Utama Solo Jakarta Pasar Senen-Solo Balapan Lintas Selatan Jawa Solo Balapan (SLO) Daop 6 Yogyakarta Baja nirkarat
Mataram
Fajar dan Senja Utama Yogyakarta Jakarta Pasar Senen-Yogyakarta Yogyakarta (YK)
Bogowonto Jakarta Pasar Senen-Lempuyangan Baja ringan
Gajah Wong Lempuyangan-Jakarta Pasar Senen
Argo Cheribon Lintas Utara Jawa Cirebon (CN) Daop 3 Cirebon
Singasari Jakarta Pasar Senen-Blitar Lintas Selatan Jawa Blitar (BL) Daop 7 Madiun
Brantas Jakarta Pasar Senen-Blitar
via Semarang Tawang
Lintas Tengah Jawa
Bangunkarta Jakarta Pasar Senen-Jombang Lintas Selatan Jawa Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta
Sawunggalih Jakarta Pasar Senen-Kutoarjo Kutoarjo (KTA) Daop 5 Purwokerto Baja nirkarat
Sancaka Surabaya Gubeng-Yogyakarta Sidotopo (SDT) Daop 8 Surabaya
Mutiara Selatan Bandung-Surabaya Gubeng
Harina Bandung-Surabaya Pasarturi Lintas Utara Jawa Bandung (BD) Daop 2 Bandung
Ciremai Bandung-Semarang Tawang Semarang Poncol (SMC) Daop 4 Semarang Eksekutif & Bisnis Baja ringan
Malabar Bandung-Malang Lintas Selatan Jawa Malang (ML) Daop 8 Surabaya Eksekutif, Bisnis, & Ekonomi
Lodaya Bandung-Solo Balapan Solo Balapan (SLO) Daop 6 Yogyakarta Eksekutif & Ekonomi Baja nirkarat
Kertanegara Malang-Purwokerto Malang (ML) Daop 8 Surabaya
Mutiara Timur Yogyakarta-Ketapang
via Surabaya Gubeng
Ketapang (KTG) Daop 9 Jember
Ranggajati Cirebon-Jember
via Surabaya Gubeng
Cirebon (CN) Daop 3 Cirebon Eksekutif & Bisnis Baja ringan
Wijayakusuma Cilacap-Ketapang
via Surabaya Gubeng
Purwokerto (PWT) Daop 5 Purwokerto Eksekutif & Ekonomi

Layanan kereta api kelas eksekutif campuran (eksekutif-bisnis, eksekutif-ekonomi, eksekutif-bisnis-ekonomi) di Pulau Sumatra

Nama kereta api Relasi Depo induk Lokal Kelas Jenis rangkaian
Sindang Marga Kertapati-Lubuk Linggau Kertapati (KPT) Divre 3 Palembang Eksekutif & Bisnis Baja nirkarat keluaran tahun 2018
Prabu Jaya Kertapati-Prabumulih
Sribilah Medan-Rantau Prapat Medan (MDN) Divre 1 Medan
Limex Sriwijaya Kertapati-Stasiun Tanjung Karang Tanjung Karang (TNK) Divre 4 Tanjungkarang Eksekutif & Ekonomi

Layanan kereta api kelas eksekutif campuran lokal

Nama kereta api Relasi Depo induk Lokal Kelas Jenis rangkaian
Kamandaka Purwokerto-Semarang Tawang via Tegal Purwokerto (PWT) Daop 5 Purwokerto Eksekutif & Ekonomi Baja ringan keluaran tahun 2016/2017
Joglosemarkerto
Pangrango Bogor Paledang-Sukabumi Jakarta Kota (JAKK) Daop 1 Jakarta

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Lirik dan Kunci Gitar untuk lagu "Sepur Argo Lawu"
  2. ^ Majalah KA Edisi November 2014
  3. ^ Majalah KA Edisi Maret 2015
  4. ^ "Rangkaian Kereta Eksekutif 2018". ABC. Gerakan Pemuda Kereta Api. 
  5. ^ Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2010
  6. ^ Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2016

Pranala luar