Alex Cheung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
update informasi
Cun Cun (bicara | kontrib)
update informasi
Baris 45: Baris 45:


==Karir sebagai penulis==
==Karir sebagai penulis==
Sebelum memulai karir kepenulisannya, Alex Cheung merupakan seorang pengusaha, konsultan serta praktisi teknologi informasi, kungfu<ref name="kungfu-indonesia"/> dan meditasi.<ref name="7kg8kb">''7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit''. Author: Alex Cheung. [[Kanisius]], [[Yogyakarta]], 2013. ISBN 978-979-21-3527-5 </ref> Pada tahun 2013, ia menerbitkan buku pertamanya yang berisikan tentang pengembangan diri dan motivasi berjudul ''"7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit"'' (Kanisius Yogyakarta).<ref name="7kg8kb"/>
Sebelum memulai karir kepenulisannya, Alex Cheung merupakan seorang [[pengusaha]], konsultan serta praktisi [[teknologi informasi]], [[kungfu]]<ref name="kungfu-indonesia"/> dan [[meditasi]].<ref name="7kg8kb">''7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit''. Author: Alex Cheung. [[Kanisius]], [[Yogyakarta]], 2013. ISBN 978-979-21-3527-5 </ref> Pada tahun 2013, ia menerbitkan buku pertamanya yang berisikan tentang pengembangan diri dan motivasi berjudul ''"7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit"'' (Kanisius Yogyakarta).<ref name="7kg8kb"/>


===Peneliti bidang ketionghoaan ===
===Peneliti bidang ketionghoaan ===
Selain sebagai motivator dan pengusaha, Alex Cheung merupakan seorang peneliti sekaligus budayawan dalam bidang ketionghoaan. Studi pada bidang ketionghoaan dapat diartikan sebagai efek dari membaiknya atmosfer kebudayaan Tionghoa di Indonesia, dengan diikuti tingginya minat generasi muda Tionghoa Indonesia untuk menggali aspek kebudayaan Tionghoa yang hampir punah.
Selain sebagai motivator dan pengusaha, Alex Cheung merupakan seorang peneliti sekaligus budayawan dalam bidang ketionghoaan. Studi pada bidang ketionghoaan dapat diartikan sebagai efek dari membaiknya atmosfer kebudayaan Tionghoa di Indonesia, dengan diikuti tingginya minat generasi muda Tionghoa Indonesia untuk menggali aspek kebudayaan Tionghoa yang hampir punah.


Penelitian pertamanya dilakukan bersama dua orang temannya mengenai sejarah kungfu etnis Tionghoa Indonesia. Penelitian ini diterbitkan dalam '''Melacak jejak kungfu tradisional di Indonesia''' (2016, Suara Harapan Bangsa). Hasil penelitian yang terperinci ini didapat dari penelusuran dan wawancara ke seluruh wilayah Indonesia selama 4 tahun. Berbagai informasi penting yang digali antara lain nama-nama pendahulu (leluhur), pewaris, dan praktisi seni kungfu di Indonesia dari masa awal hingga era modern.<ref name="kungfu-indonesia"/> Dapat dikatakan hampir sejak awal kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara, mereka telah membawa tradisi beladiri bahkan beberapa di antaranya mempengaruhi seni beladiri masyarakat lokal non-Tionghoa, contohnya [[Silat Beksi]] dari [[Betawi]].<ref name="kungfu-indonesia"/> Hasil penelitian ini dinilai oleh pakar etnis Tionghoa-Indonesia, [[Leo Suryadinata]], sebagai bahan yang berharga mengingat banyak informasi tulis dan cetak yang berkaitan dengan etnis Tionghoa telah hilang, sehingga informasi penting kebanyakan adalah hasil wawancara langsung maupun dokumen pribadi dari praktisi yang bersangkutan.<ref name="TEAM-ACE">''Melacak jejak kungfu tradisional di Indonesia''. Author: Alex Cheung, Charly Huang, Erwin Tan (Team ACE). PT Suara Harapan Bangsa, Jakarta, 2016. ISBN 978-602-9226-83-6 </ref>
Penelitian pertamanya dilakukan bersama dua orang temannya mengenai sejarah kungfu etnis Tionghoa Indonesia. Penelitian ini diterbitkan dalam ''"Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia"'' (2016, Suara Harapan Bangsa). Hasil penelitian yang terperinci ini didapat dari penelusuran dan wawancara ke seluruh wilayah Indonesia selama 4 tahun. Berbagai informasi penting yang digali antara lain nama-nama pendahulu (leluhur), pewaris, dan praktisi seni kungfu di Indonesia dari masa awal hingga era modern.<ref name="kungfu-indonesia"/> Dapat dikatakan hampir sejak awal kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara, mereka telah membawa tradisi beladiri bahkan beberapa di antaranya mempengaruhi seni beladiri masyarakat lokal non-Tionghoa, contohnya [[Silat Beksi]] dari [[Betawi]].<ref name="kungfu-indonesia"/> Hasil penelitian ini dinilai oleh pakar etnis Tionghoa-Indonesia, [[Leo Suryadinata]], sebagai bahan yang berharga mengingat banyak informasi tulis dan cetak yang berkaitan dengan etnis Tionghoa telah hilang, sehingga informasi penting kebanyakan adalah hasil wawancara langsung maupun dokumen pribadi dari praktisi yang bersangkutan.<ref name="TEAM-ACE">''Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia''. Author: Alex Cheung, Charly Huang, Erwin Tan (Team ACE). PT Suara Harapan Bangsa, Jakarta, 2016. ISBN 978-602-9226-83-6 </ref>


Buku lain ditulis oleh Alex Cheung adalah mengenai silsilah keluarga etnis Tionghoa yang ditelitinya lewat [[Zupu]] (族譜) atau buku silisah marga.
Buku lain ditulis oleh Alex Cheung adalah mengenai silsilah keluarga etnis Tionghoa yang ditelitinya lewat [[Zupu]] (族譜) atau buku silisah marga.

Revisi per 24 September 2021 16.53

Alex Cheung
Berkas:Alex Cheung (Lim Kim Hwat).jpg
Nama asli
Lim Kim Hwat(林金發)
LahirAlexander Raymon
20 Februari 1978 (umur 46)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
PendidikanS1 Komputerisasi Akuntansi, Universitas Bina Nusantara (1996-2000)
TemaSosial-budaya Tionghoa Indonesia
Karya terkenal7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit, Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia
Tahun aktif2011-kini

Alex Cheung adalah penulis, peneliti dan budayawan berkewarganegaraan Indonesia.[1] Penelitiannya sebagian besar difokuskan pada bidang budaya dan kemasyarakatan etnis Tionghoa-Indonesia.[2]

Karir sebagai penulis

Sebelum memulai karir kepenulisannya, Alex Cheung merupakan seorang pengusaha, konsultan serta praktisi teknologi informasi, kungfu[2] dan meditasi.[3] Pada tahun 2013, ia menerbitkan buku pertamanya yang berisikan tentang pengembangan diri dan motivasi berjudul "7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit" (Kanisius Yogyakarta).[3]

Peneliti bidang ketionghoaan

Selain sebagai motivator dan pengusaha, Alex Cheung merupakan seorang peneliti sekaligus budayawan dalam bidang ketionghoaan. Studi pada bidang ketionghoaan dapat diartikan sebagai efek dari membaiknya atmosfer kebudayaan Tionghoa di Indonesia, dengan diikuti tingginya minat generasi muda Tionghoa Indonesia untuk menggali aspek kebudayaan Tionghoa yang hampir punah.

Penelitian pertamanya dilakukan bersama dua orang temannya mengenai sejarah kungfu etnis Tionghoa Indonesia. Penelitian ini diterbitkan dalam "Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia" (2016, Suara Harapan Bangsa). Hasil penelitian yang terperinci ini didapat dari penelusuran dan wawancara ke seluruh wilayah Indonesia selama 4 tahun. Berbagai informasi penting yang digali antara lain nama-nama pendahulu (leluhur), pewaris, dan praktisi seni kungfu di Indonesia dari masa awal hingga era modern.[2] Dapat dikatakan hampir sejak awal kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara, mereka telah membawa tradisi beladiri bahkan beberapa di antaranya mempengaruhi seni beladiri masyarakat lokal non-Tionghoa, contohnya Silat Beksi dari Betawi.[2] Hasil penelitian ini dinilai oleh pakar etnis Tionghoa-Indonesia, Leo Suryadinata, sebagai bahan yang berharga mengingat banyak informasi tulis dan cetak yang berkaitan dengan etnis Tionghoa telah hilang, sehingga informasi penting kebanyakan adalah hasil wawancara langsung maupun dokumen pribadi dari praktisi yang bersangkutan.[4]

Buku lain ditulis oleh Alex Cheung adalah mengenai silsilah keluarga etnis Tionghoa yang ditelitinya lewat Zupu (族譜) atau buku silisah marga.

Buku

  • 7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2013. ISBN 978-979-21-3527-5
  • Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia;Sebuah Tradisi dan Budaya yang Diteruskan dari Generasi ke Generasi, Alex Cheung, Charly Huang, Erwin Tan (Team ACE). Penerbit PT Suara Harapan Bangsa, Jakarta, 2016. ISBN 978-602-9226-83-6
  • Silsilah Keluarga Karet Lineage Thio Tjoei Seng. Penerbit Jejak, Jakarta, 2018. ISBN 9786025455988
  • Silsilah Keluarga Senen Lineage Liem Tjin Hay. Penerbit Jejak, Jakarta, 2018. ISBN 9786025455803
  • A Tribute to Mothers, Penerbit Sinotif, Jakarta, 2018. ISBN 978-602-51011-2-0
  • Kisah Unik Keluarga Unik. Penerbit Lotus, Jakarta, 2019. ISBN 9786239042097
  • Tionghoa di Quora;Kumpulan Jawaban Tentang Tionghoa di Quora Indonesia, Alex Cheung bersama Silvia Angelina dan Wahyudi Pradana. Penerbit CV. Pemancar Ilmu, Jawa Barat, 2021. ISBN 978-623-96561-4-0

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Kung Fu: Senjata Tionghoa Merebut Kemerdekaan dan Melawan Penjajahan, nationalgeographic. Afkar Aristoteles Mukhaer. Akses: 24-09-2021.
  2. ^ a b c d Kaum muda Tionghoa, jejak kungfu di Indonesia, dan kisah percampuran budaya — 'Leluhur kita saling menghormati, sekarang kita bisa menirunya', bbc - Indonesia. Heyder Affan. Akses: 24-09-2021.
  3. ^ a b 7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit. Author: Alex Cheung. Kanisius, Yogyakarta, 2013. ISBN 978-979-21-3527-5
  4. ^ Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia. Author: Alex Cheung, Charly Huang, Erwin Tan (Team ACE). PT Suara Harapan Bangsa, Jakarta, 2016. ISBN 978-602-9226-83-6