Kenikir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
menggunakan QuickEdit
Baris 1: Baris 1:
{{Taxobox
{{Taxobox
| color = lightgreen
| name = Kenikir
| name = Kenikir
| image = Arya.kenikir-cosmos.padabeunghar.2019.jpg
| image = Arya.kenikir-cosmos.padabeunghar.2019.jpg

Revisi per 15 Juni 2021 04.53

Kenikir
Bunga kenikir jingga di Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. caudatus
Nama binomial
Cosmos caudatus
Sinonim[1]

Kenikir (Cosmos) adalah tumbuhan tropis anggota suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang berasal dari Amerika Latin dan Amerika Tengah,[2] tetapi tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di egara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Spesies ini dibawa ke Asia Tenggara melalui Filipina oleh penjelajah Spanyol di abad ke-16.[3] Tumbuhan dengan bunga berwarna ungu ini dijadikan sebagai sayuran lalap yang populer di Indonesia. Di Malaysia daun mudanya dimakan mentah bersama nasi, atau dicacah dan dicampur dengan budu, sambal terasi, tempoyak, serta cincalok. Spesies ini disebut ulam raja di Malaysia yang berarti salad raja.[3]

Pertelaan

Bunga kenikir yang berwarna merah
Bunga kenikir yang berwarna kuning

Kenikir adalah tumbuhan tahunan yang berbatang pipa dengan garis-garis yang membujur. Tingginya dapat mencapai 1 m dan daunnya bertangkai panjang dan duduk daunnya berhadapan, sehingga terbagi menyirip menjadi 2-3 tangkai.[2] Baunya seperti damar apabila diremas. Bunganya tersusun pada bongkol yang banyak terdapat di ujung batang dan pada ketiak daun-daun teratas, berwarna merah[4] berbintik-bintik kuning di tengah-tengahnya, dan bijinya berbentuk paruh.[2]

Persebaran dan habitat

Tersebar di Amerika Tengah yang suhunya panas. Ia menyukai iklim panas yang tak begitu lembap, tanah yang berpasir dan subur, tanah terbuka dan penyinaran matahari yang penuh.[2] Di Indonesia, kenikir banyak ditanam di Jawa dan dataran rendah hingga pegunungan sampai ketinggian 1200 mdpl. Biasanya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias.[2]

Pemanfaatan

Sayuran

Kenikir di Yogyakarta.

Daun kenikir yang masih muda dan pucuknya dapat digunakan untuk sayuran, dimakan mentah-mentah dan direbus lalap. Masyarakat Jawa sudah biasa menggunakan sebagai salah satu pelengkap pecel. Sayuran ini dapat ditemui di pasar-pasar. Tumbuhan ini dapat digunakan untuk penyedap dan merangsang nafsu makan.[4][5] Dilaporkan, kenikir dapat mengusir serangga (dengan menanam kenikir di antara tumbuhan tersebut[6]), dan alang-alang.

Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji, namun sayang sekali tumbuhan ini pada musim hujan mudah diserang hama jamur.[2]

Khasiat pengobatan

Ulamnya yang digelarkan "Ulam Raja" telah digunakan secara tradisional untuk memperbaiki peredaran darah dan mencuci darah, serta untuk menguatkan tulang, dan mengobati lemah lambung.[4][5] Ulamnya mempunyai keupayaan antioksidan (AEAC) yang amat tinggi, yaitu setiap 100 gram salad yang segar mempunyai kemampuan antioksidan yang sama dengan 2400 miligram asam L-askorbik. Lebih dari dua puluh jenis bahan antioksidan telah dikenal pasti dalam kenikir. Bahan-bahan antioksidan yang utama disebabkan oleh adanya sejumlah proantosianidin yang wujudnya sebagai dimer, melalui heksamer, kuersetin glikosida, asam klorogenik, asam neoklorogenik, asam kripto-klorogenik, serta penangkap (+)-. Kemampuan kenikir untuk mengurangi tekanan oksidatif mungkin sebagian terdiri daripada kandungan antioksidannya yang tinggi. Dan juga, tumbuhan ini mengandung zat kimia yang mengandung minyak atsiri,[2] saponin dan flavonoida polifenol.[4]

Berdasarkan kajian tempatan, kenikir mengandung 3 persen protein, 0,4 persen lemak dan karbohidrat serta kaya dengan kalsium dan vitamin A. Senyawa yang bersifat antioksidan dapat memacu proses apoptosis melalui jalur intrinsik (jalur mitokondria).[4]

Catatan taksonomis

Sebuah tumbuhan bernama tahi kotok (Tagetes erecta) dilaporkan oleh Setiawan Dalimartha bahwa orang Jawa menyebut tumbuhan ini kenikir.[7] Ini mungkin karena postur tubuh dan tinggi tumbuhan ini hampir sama dengan tahi kotok. Padahal, jelas berbeda. Sementara kenikir berbau harum, maka tahi kotok berbau tidak enak.[7]

Referensi

  1. ^ "Flann, C (ed) 2009+ Global Compositae Checklist". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-15. Diakses tanggal 2016-10-13. 
  2. ^ a b c d e f g Sastrapradja, Setijati; Lubis, Siti Harti Aminah; Djajasukma, Eddy; Soetarno, Hadi; Lubis, Ischak (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Sayur-Sayuran. 6. Jakarta: LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka. hlm. 57. OCLC 66307472. 
  3. ^ a b Bodeker, G. (2009). Health and Beauty from the Rainforest: Malaysian Traditions of Ramuan. Kuala Lumpur: Didier Millet. ISBN 978-981-4217-91-0. 
  4. ^ a b c d e "Khasiat Kenikir". Solopos. 24 July 2012. Diakses tanggal 21 Desember 2012. 
  5. ^ a b Priati 2010, hlm. 42.
  6. ^ Hariana 2005, hlm. 49.
  7. ^ a b Dalimartha 2003, hlm. 151.

Bacaan lanjutan

Pranala luar