Painan, IV Jurai, Pesisir Selatan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Gombang (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Moch Akhsanov Chan) dan mengembalikan revisi 16134271 oleh AABot
Tag: Pengembalian manual
Baris 19: Baris 19:
Surau yang merupakan lembaga pendidikan agama di [[Minangkabau]] didirikan di Painan pada tahun [[1523]].
Surau yang merupakan lembaga pendidikan agama di [[Minangkabau]] didirikan di Painan pada tahun [[1523]].


''Perjanjian Painan'' yang diprakarsai oleh Groenewegen pada tahun [[1663]] telah membuka pintu bagi [[Belanda]] untuk mendirikan kantor perwakilan mereka di [[kota Padang]], selain di Tiku dan [[Pariaman]]. Namun keinginan Belanda ini ditolak oleh penguasa kota Padang sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan kantor di Painan tepatnya di [[Pulau Cingkuk|Pulau Cingkuak]], di mana sejak saat itu pulau tersebut sempat jaya sebagai [[pelabuhan]] [[kapal]] internasional. Dalam Perjanjian Painan juga disebutkan mengenai keharusan para pemimpin adat di pesisir Sumatra Barat untuk menyuplai lada bagi para pedagang Belanda.<ref>{{cite book|last=Bulbeck|first=David|title=Southeast Asian Exports Since the 14th Century: Cloves, Pepper, Coffee and Suga|year=1998|publisher=ISEAS|location=Singapore|isbn=9789813055674|pages=81-82|url=http://books.google.co.id/books?id=0q_r9aYSF_MC&pg=PA82&lpg=PA82&dq=painan+treaty+dutch&source=bl&ots=eXFTE4Jc_y&sig=q9mTe22C92NzV2T7iF06z5wV98k&hl=en&sa=X&ei=MImsUeWiLMHtrAeWgYHoBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=painan%20treaty%20dutch&f=false}}</ref>
''Perjanjian Painan'' yang diprakarsai oleh Groenewegen pada tahun [[1663]] telah membuka pintu bagi [[Belanda]] untuk mendirikan kantor perwakilan mereka di [[kota Padang]], selain di Tiku dan [[Pariaman]]. Namun keinginan Belanda ini ditolak oleh penguasa kota Padang sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan kantor di Painan tepatnya di [[Pulau Cingkuk]], di mana sejak saat itu pulau tersebut sempat jaya sebagai [[pelabuhan]] [[kapal]] internasional. Dalam Perjanjian Painan juga disebutkan mengenai keharusan para pemimpin adat di pesisir Sumatra Barat untuk menyuplai lada bagi para pedagang Belanda.<ref>{{cite book|last=Bulbeck|first=David|title=Southeast Asian Exports Since the 14th Century: Cloves, Pepper, Coffee and Suga|year=1998|publisher=ISEAS|location=Singapore|isbn=9789813055674|pages=81-82|url=http://books.google.co.id/books?id=0q_r9aYSF_MC&pg=PA82&lpg=PA82&dq=painan+treaty+dutch&source=bl&ots=eXFTE4Jc_y&sig=q9mTe22C92NzV2T7iF06z5wV98k&hl=en&sa=X&ei=MImsUeWiLMHtrAeWgYHoBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=painan%20treaty%20dutch&f=false}}</ref>


== Geografi ==
== Geografi ==

Revisi per 9 Maret 2021 07.36

Koordinat: 1°21′0″S 100°34′0″E / 1.35000°S 100.56667°E / -1.35000; 100.56667

Painan
Pemandangan Painan dari ketinggian
Pemandangan Painan dari ketinggian
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Barat
KabupatenPesisir Selatan
KecamatanIV Jurai
Kode area telepon+62 756

Painan adalah sebuah nagari dan kota kecil yang menjadi ibu kota dari kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan IV Jurai yang dapat diakses melalui Jalan Raya Lintas Sumatra bagian Barat.[1]

Nagari ini masuk dalam daftar 100 desa terbaik menurut Provinsi dan Kabupaten di Indonesia tahun 2018 yang dikeluarkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.[2]

Sejarah

Tidak diketahui pasti siapa yang memberi nama kota ini Painan. Namun menurut masyarakat setempat, nama Painan berasal dari kata paik nian dalam bahasa Minang yang berarti "pahit sekali". Kata paik nian sendiri diperkirakan berasal dari ucapan masyarakat pendatang yang merasakan pahitnya kehidupan di daerah Painan.

Surau yang merupakan lembaga pendidikan agama di Minangkabau didirikan di Painan pada tahun 1523.

Perjanjian Painan yang diprakarsai oleh Groenewegen pada tahun 1663 telah membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan kantor perwakilan mereka di kota Padang, selain di Tiku dan Pariaman. Namun keinginan Belanda ini ditolak oleh penguasa kota Padang sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan kantor di Painan tepatnya di Pulau Cingkuk, di mana sejak saat itu pulau tersebut sempat jaya sebagai pelabuhan kapal internasional. Dalam Perjanjian Painan juga disebutkan mengenai keharusan para pemimpin adat di pesisir Sumatra Barat untuk menyuplai lada bagi para pedagang Belanda.[3]

Geografi

Painan diapit oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Batang Pinang Gadang dan Sungai Batang Pinang Ketek. Sungai ini berasal dari Timbulun yang mempunyai air terjun sebanyak tujuh tingkat. Melalui Timbulun ini kota Painan dapat dilalui ke Alahan Panjang. Aliran sungai ini bermuara ke pantai Carocok dan pantai Muaro Painan. Dan keduanya menuju ke Teluk Painan yang sangat tenang karena diapit juga oleh Bukit Langkisau dan Pincuran Boga. Nama Langkisau diambil dari gerakan angin yang berkisar di antara dua bukit yang mengapit kota Painan.

Di Teluk Painan terdapat sebuah pulau bernama Batu Kereta, yang apabila pasang surut akan menyatu dengan daratan Painan. Pulau tersebut dinamaan Pulau Batu Kereta karena konon di puncaknya terdapat sebuah batu yang mirip sepeda ("kereta" dalam bahasa setempat). Berjarak sekitar 800 meter dari Pulau Batu Kereta terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Cingkuk, yang hanya dihuni oleh seorang penjaga. Di pulau ini terdapat sisa-sisa sebuah benteng peninggalan Belanda. Selain sering digunakan sebagai tempat memancing, pulau ini juga menjadi objek wisata favorit bagi turis.

Agak jauh dari Pulau Cingkuk, sekitar 30 menit menggunakan speedboat, terdapat pulau Aur kecil dan Pulau Aur besar. Sayang, Pulau Aur besar tidak bisa dikunjungi, karena konon katanya di pulau ini berdiam sekelompok kera ganas. Sekitar 30 menit naik speedboat dari Pulau Aur terdapat Pulau Penyu. Di pulau ini terdapat penangkaran penyu dan juga tempat penyu bertelur. Di Pulau ini pula terdapat benteng Portugis.

Pariwisata

Pantai Painan pada tahun 1930-an
Olahraga Paralayang dilihat dari Bukit Langkisau

Tempat wisata

  1. Panorama Bukit Teluk Kabung,perbatasan kabupeten pesisir selatan-kota padang.
  2. Taratak Sungai Lundang,kecamatan koto XI Tarusan.
  3. Kawasan Wisata Mandeh,kecamatan koto XI Tarusan.
  4. Pantai Batu Kalang,kecamatan koto XI Tarusan.
  5. Teluk Sikulo,kecamatan koto XI Tarusan.
  6. Jembatan Akar,kecamatan IV Nagari Bayang utara.
  7. Air Terjun Bayang Sani (Welkum, bekas pemandian zaman Belanda),kecamatan Bayang.
  8. Air Terjun Lumpo,kecamatan IV Jurai.
  9. Panorama Selayang Pandang,perbatasan kecamatan bayang - kecamatan IV jurai.
  10. Bukit Langkisau (tempat wisata dan olahraga paralayang),kota Painan.
  11. Pantai Carocok,kota Painan.
  12. Air Terjun Timbulun,kota Painan.
  13. Salido Kecil (bekas pertambangan emas zaman Hindia Belanda),kecamatan IV Jurai.
  14. Pantai Sungai Nipah,kota Painan.
  15. Pulau Cingkuk (terdapat benteng Portugis),kota Painan.
  16. Ikan Larangan Talawi,kecamatan koto XI Tarusan.
  17. Pulau Kerabak,kecamatan sutera.
  18. Pulau Penyu,kecamatan batang kapas.
  19. Pantai Teluk Kasai,kecamatan batang kapas.
  20. Panorama Nyiur Melambai,kecamatan sutera
  21. Maman bay,kota Painan.
  22. bukik bendera,kecamnatan Bayang.
  23. air terjun pelangai gadang, kecamatan ranah pesisir.
  24. rumah gadang mande rubiah,kecamatan silaut

Referensi

  1. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  2. ^ Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2018). "Daftar 100 Desa Terbaik Tahun 2018" (PDF). www.bulelengkab.go.id. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  3. ^ Bulbeck, David (1998). Southeast Asian Exports Since the 14th Century: Cloves, Pepper, Coffee and Suga. Singapore: ISEAS. hlm. 81–82. ISBN 9789813055674. 

Pranala luar