Zat sisa metabolisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 23: Baris 23:


== Zat padat ==
== Zat padat ==
[[Nitrat]] dan [[nitrit]] adalah limbah yang diproduki oleh [[bakteri nitrifikasi]], seperti sulfur dan sulfat yang diproduksi oleh [[bakteri reduktor sulfur]] dan [[Mikroorganisme reduktor sulfat|bakteri reduktor sulfat]]. Limbah zat besi yang tidak dapat terlarut dapat dirubah oleh [[bakteri besi]] menjadi bentuk terlarut. Pada tanaman, resin, lemak, lilin dan senyawa organik kompleks lainnya dikeluarkan dalam bentuk getah pohon dan ''milkweeds.'' Produk limbah padat mungkin dimanufaktur sebagai pigmen organik yang diturunkan dari penguraian pigmen, seperti hemoglobin dan garam anorganik: karbonat, bikarbonat dan fosfat, baik dalam bentuk ionik atau molekular yang dieksresikan dalam bentuk padat.<ref name=":0" />
[[Nitrat]] dan [[nitrit]] adalah limbah yang diproduki oleh [[bakteri nitrifikasi]], seperti sulfur dan sulfat yang diproduksi oleh [[bakteri reduktor sulfur]] dan [[Mikroorganisme reduktor sulfat|bakteri reduktor sulfat]]. Limbah zat besi yang tidak dapat terlarut dapat diubah oleh [[bakteri besi]] menjadi bentuk terlarut. Pada tanaman, resin, lemak, lilin dan senyawa organik kompleks lainnya dikeluarkan dalam bentuk getah pohon dan ''milkweeds.'' Produk limbah padat mungkin dimanufaktur sebagai pigmen organik yang diturunkan dari penguraian pigmen, seperti hemoglobin dan garam anorganik: karbonat, bikarbonat dan fosfat, baik dalam bentuk ionik atau molekular yang dieksresikan dalam bentuk padat.<ref name=":0" />


Hewan membuang limbah padat dalam bentuk feses
Hewan membuang limbah padat dalam bentuk feses

Revisi per 23 Februari 2021 12.05

Limbah metabolis atau ekskremen adalah senyawa sisa yang dihasilkan dari proses metabolisme (respirasi seluler) yang tidak dapat digunakan kembali oleh organisme (berlebihan atau toksik) sehingga dikeluarkan melalui proses eskresi. Termasuk diantaranya ialah senyawa nitrogen, air, karbon dioksida, fosfat, sulfat. dan lain-lain. Bagi hewan, senyawa tersebut tidak dapat digunakan. Namun, tumbuhan memiliki "mesin" kimia yang mentransformasi beberapa dari senyawa tersebut (terutama nitrogen) menjadi zat yang berguna bagi pertumbuhannya.

Seluruh limbah metabolis dieksresikan dalam bentuk larut air melalui organ eskresi , seperti nefridium, tubulus malphigi, ginjal, kecuali karbondioksida yang dieksresikan bersama uap air melalui paru-paru. Eliminasi senyawa tersebut, memungkinkan keadaan homeostasis dapat dipertahankan pada suatu organisme.

Limbah senyawa nitrogen

Senyawa nitrogen berlebih pada suatu organisme dikenal dengan nama nitrogenous wastes (/nˈtrɒɪnəs/) atau limbah senyawa nitrogen. Limbah senyawa nitrogen terdiri dari amonia, urea, asam urat dan kreatinina. Seluruh senyawa diproduksi pada metabolisme protein, Pada kebanyakan hewan, urine adalah jalur utama eksresi: bagi beberapa hewan ialah feses

Amonotelisme

Amonotelisme adalah proses eksresi amonia dan ion amonia. Amonia (NH3) terbentuk melalui proses oksidasi gugus asam amino (-NH2) yang terlepas dari protein dalam proses konversi menjadi karbohidrat. Amonia merupakan senyawa yang bersifat toksik pada jaringan dan mudah larut air. Hanya ada satu atom nitrogen yang terlepas pada proses eksresi sehingga amonia membutuhkan banyak air. Sekitar 0.5 liter air dibutuhkan untuk 1 g nitrogen, agar konsentrasi amonia di dalam cairan tubuh tidak bersifat toksik, Maka dari itu, organisme laut yang mengeluarkan amonia langsung ke air disebut amonotelik [1]Hewan amonotelik terdiri dari: protozoa, krustacea, platyhelminthes, cnidaria, porifera, echinodermata dan jenis lain intervertebrata yang hidup di air.

Ureotelisme

Eksresi urea dikenal dengan nama ureotelisme. Hewan yang hidup di darat, terutama hewan amfibi dan mamalia mengubah amonia dan urea melalui proses yang terjadi di hati dan ginjal. Hewan-hewan ini dikenal dengan nama ureotelik. Urea merupakan senyawa yang kurang toksik daripada amonia : dua atom nitrogen dapatkeluar melalui proses eksresi dan membutuhkan air yang lebih sedikit.

Dibutukan 0.05 liter untuk mengeksresikan 1 gram nitrogen yang kira-kira hanya 10% air dari jumlah yang dibutuhkan oleh organisme amonotelik

Urikotelik

Urikotelisme adalah ekskresi nitrogen berlebih dalam bentuk asam urat. Hewan urikotelik termasuk diantaranya , serangga, unggas dan mayoritas reptil. Meskipun membutuhkan energi metabolis lebih banyak untuk diproduksi daripada urea, asam urat memiliki kadar toksisitas dan kelarutan dalam air yang rendah. Hal ini memungkinnya untuk dikonsentrasikan pada suspensi pasta berwarna putih daripada urin mamalia dalam bentuk cairan[2]

Air dan gas

Senyawa ini dibentuk pada proses katabolisme karbohidrat dan lipid pada reaksi kondensasi dan beberapa reaksi metabolis lain yang menggunakan asam amino. Oksigen diproduksi oleh tumbuhan dan beberapa jenis bakteria pada proses fotosintesis, sedangkan karbondioksida merupakan produk limbah dari hewan dan tumbuhan. Gas nitrogen diproduksi oleh bakteri denitrifikasi sekaligus produk limbah dan bakteria pembusuk yang menghasilkan amonia sekaligus mayoritas invertebrata dan vertebrata. Air adalah satu-satunya limbah cair yang dihasilkan dari hewan dan tumbuhan yang mampu melakukan fotosintesis[3]

Zat padat

Nitrat dan nitrit adalah limbah yang diproduki oleh bakteri nitrifikasi, seperti sulfur dan sulfat yang diproduksi oleh bakteri reduktor sulfur dan bakteri reduktor sulfat. Limbah zat besi yang tidak dapat terlarut dapat diubah oleh bakteri besi menjadi bentuk terlarut. Pada tanaman, resin, lemak, lilin dan senyawa organik kompleks lainnya dikeluarkan dalam bentuk getah pohon dan milkweeds. Produk limbah padat mungkin dimanufaktur sebagai pigmen organik yang diturunkan dari penguraian pigmen, seperti hemoglobin dan garam anorganik: karbonat, bikarbonat dan fosfat, baik dalam bentuk ionik atau molekular yang dieksresikan dalam bentuk padat.[3]

Hewan membuang limbah padat dalam bentuk feses

Lihat pula

Daftar Pustaka


  1. ^ Chris M. Wood; R.S. Munger; D.P. Toews (1989). "Ammonia, urea, and H+ distribution and the evolution of ureotelism in amphibians" (PDF). Journal of Experimental Biology. 144: 215–233. 
  2. ^ Sreekumar, S. (2010). Basic physiology. New Delhi: PHI Learning Private Limited. hlm. 180–181. ISBN 978-81-203-4107-4. OCLC 1027881063. 
  3. ^ a b "Excretion | biology". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08.