Pulau Enggano: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sumatera +Sumatra)
tambah; lanjutkan nanti
Baris 30: Baris 30:
[[Berkas:CitraSatelit.jpg|jmpl|Citra satelit NOAA untuk pulau Enggano]]
[[Berkas:CitraSatelit.jpg|jmpl|Citra satelit NOAA untuk pulau Enggano]]


== Gambaran Umum ==
== Nama ==
Pulau Enggano telah lama dikenal oleh orang Melayu. Orang Melayu menamai Pulau Enggano sebagai "Pulau Telanjang" karena pada masa lalu masyarakat adat Enggano baik pria maupun wanita bertelanjang dada.<ref>{{Cite journal|last=Boewang|first=Djoeragan|date=1854|title=Verslag omtrent het eiland Engano|url=https://munas.kemdikbud.go.id/ebook/file/tijd/TBG1854_2.pdf|journal=Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde|pages=379–393}}</ref><ref>{{Cite book|last=Modigliani|first=Elio|date=1893|title=Tra la gente nuda: Viaggio al l'isola di Engano|publisher=Sordomuti}}</ref><ref name=":0">{{Cite book|last=Modigliani|first=Elio|date=1894|title=L'isola delle donne: Viaggio ad Engano|publisher=Ulrico Hoepli|url-status=live}}</ref> Sementara itu, orang Enggano menyebut pulau mereka sebagai "È Loppeh" yang dalam bahasa Enggano berarti ‘tanah’, ‘daratan’, atau ‘bumi’.<ref>{{Cite journal|last=Walland|first=J.|date=1864|title=Het eiland Engano|url=https://munas.kemdikbud.go.id/ebook/file/tijd/TBG1864_14.pdf|journal=Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde|pages=93–124, 330–339}}</ref><ref name=":0" />

== Geografi ==
Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi astronomisnya terletak pada 05°31'13'' LS dan 102°16'00'' BT. Secara administratif,Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat pemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6&nbsp;km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156&nbsp;km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96&nbsp;km atau 60 mil laut. Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst, daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian antara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakan dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter.
Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi astronomisnya terletak pada 05°31'13'' LS dan 102°16'00'' BT. Secara administratif,Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat pemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6&nbsp;km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156&nbsp;km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96&nbsp;km atau 60 mil laut. Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst, daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian antara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakan dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter.


Baris 40: Baris 43:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Marco Polo diduga adalah orang pertama yang mencatat keberadaan Pulau Enggano saat melakukan perjalanan kembali ke Venesia setelah 24 tahun di Asia (Bartoli, 1864). Pada 1345 atau 53 tahun setelah Marco Polo, Ibnu Battutah juga mencatat keberadaan "Pulau Telanjang" di selatan Pulau Sumatra.<ref>{{Cite journal|last=Monteil|first=Vincent|date=1970|title=The Introduction to the Voyages of Ibn Battutah|journal=The Islamic Review & Arab Affairs}}</ref><ref>{{Cite book|last=Battuta|first=Ibn|date=1980|title=Travels in Asia and Africa: 1325–1354|publisher=Routledge & Kegan Paul|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Mackintosh-Smith|first=T.|date=2002|title=Travels with a Tangerine: A Journey in the Footnotes of Ibn Battutah|publisher=Picador|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Euben|first=Roxanne Leslie|date=2006|url=https://www.worldcat.org/oclc/69792066|title=Journeys to the other shore: Muslim and Western travelers in search of knowledge|location=Princeton|publisher=Princeton University Press|isbn=0-691-12721-2|oclc=69792066|url-status=live}}</ref> Meski demikian, tidak diketahui apakah keduanya mendarat di Pulau Enggano.
=== Versi 1 ===

Nama Enggano pertama kali dituliskan oleh Cornelis de Houtman pada saat melakukan ekspedisinya bersama empat kapal ekspedisi yang bernama Mauritius, Hollandia, Amsterdam, Duyfken, pada catatanya Houtman menuliskan "05-06-1596 komt men bij het eerste Indische eiland: Enggano, ten westen van zuidelijk Sumatra" jika di terjemahkan ke bahasa indonesia "05-06-1596 Tiba di pulau Hindia yang pertama: pulau Enggano, di sebelah barat pulau Sumatra bagian selatan".
Terdapat catatan-catatan awal pendaratan pelaut-pelaut Eropa ke Pulau Enggano. Pelaut Eropa yang tercatat pertama kali mendarat di Pulau Enggano adalah pelaut Portugis di bawah pimpinan Alvaro Talesso atau Alonzo Talesso. Pada 1506, kapalnya terhempas badai sehingga mereka terdampar di Pulau Enggano.<ref name=":0" /> Pada 5 Juni 1596, ekspedisi Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tercatat mendarat di Pulau Enggano (Maryanto et al., 2017, p. 15).<ref>{{Cite book|date=2017|url=https://www.worldcat.org/oclc/1033541966|title=Ekspedisi Pulau Enggano|location=Jakarta|isbn=978-979-799-944-5|editor-last=Maryanto|editor-first=Ibnu|oclc=1033541966|url-status=live}}</ref>


Sejak 1596 hingga 1771, tidak ada orang Eropa yang hadir secara terus menerus di Pulau Enggano (Maryanto et al., 2017, p. 15). Meski Belanda pernah melakukan ekspedisi dari Batavia pada 1645, Pulau Enggano termasuk pulau yang mereka telantarkan. Pada 1684, Pulau Enggano berada di bawah kekuasaan Inggris bersamaan dengan keberhasilan mereka merebut Bengkulu dari Belanda (Maryanto et al., 2017, p. 15). Catatan pertama tentang keberadaan masyarakat adat Enggano berasal dari buku catatan pelayaran pelaut Inggris bernama Charles Miller yang berlayar dari Bengkulu ke Pulau Enggano pada 1771 (Miller, 1778).
=== Versi 2 ===
Laporan pertama mengenai pulau ini berdasarkan catatan Cornelis de Houtman yang mengunjungi pulau ini tanggal 5 Juni 1596.<ref>de Houtman, C. [http://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/12/de-eerste-expeditie-naar-indie/ ''Eerste expeditie naar Indie'']</ref>. Tidak diketahui dari mana de Houtman mengetahui nama pulau ini, yang dalam bahasa Portugis, ''engano'', berarti "kecewa".


== Lingkungan Hidup ==
== Lingkungan Hidup ==

Revisi per 18 Februari 2021 09.46

Enggano
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat05°23′21″LS,102°24′40″BT
KepulauanSumatra
Luas397,2 km2[1] km2
Titik tertinggi240 meter (787 kaki) m
Pemerintahan
NegaraIndonesia
Kependudukan
Penduduk2.691 jiwa jiwa
Kepadatan6.71 jiwa/km2
Peta
Letak Pulau Enggano
Peta Pulau Enggano

Pulau Enggano adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia. Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan satu kecamatan. Pulau ini berada di sebelah barat daya dari kota Bengkulu dengan koordinat 05° 23′ 21″ LS, 102° 24′ 40″ BT.

Berkas:CitraSatelit.jpg
Citra satelit NOAA untuk pulau Enggano

Nama

Pulau Enggano telah lama dikenal oleh orang Melayu. Orang Melayu menamai Pulau Enggano sebagai "Pulau Telanjang" karena pada masa lalu masyarakat adat Enggano baik pria maupun wanita bertelanjang dada.[2][3][4] Sementara itu, orang Enggano menyebut pulau mereka sebagai "È Loppeh" yang dalam bahasa Enggano berarti ‘tanah’, ‘daratan’, atau ‘bumi’.[5][4]

Geografi

Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi astronomisnya terletak pada 05°31'13 LS dan 102°16'00 BT. Secara administratif,Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Enggano merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat pemerintahan berada di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6 km² yang terdiri dari enam desa yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut, sedangkan jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut. Pulau Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst, daratan dan rawa. Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian antara 170-220 meter, sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara100-150 meter terdapat di bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan didominasi oleh batu gamping. Di bagian utara terutama daerah pantai merupakan dataran rendah alluvial yang berawa-rawa dengan ketinggian 0-2 meter.

Bentuk permukaan tanah di Pulau Enggano secara umum dapat dikatakan cukup datar hingga landai, dengan sedikit daerah yang agak curam. Pada bagian timur pulau lebih datar daripada bagian barat. Secara proporsional dapat dikatakan 63,39% dari pulau ini mempunyai kemiringan landai (0-8%), 27,95% agak miring (8-15%) dan sisanya daerah miring sampai terjal (15-40%). Berdasarkan klasifikasi tanah, kawasan daratan Pulau Enggano didominasi oleh jenis tanah kambisol, litosol, dan alluvial. Selain itu, tanah di Pulau Enggano memiliki tekstur lempeng berliat.

Di wilayah Pulau Enggano mengalir beberapa sungai di mana secara umum airnya dipengaruhi musim. Pada musim hujan debit air sungai tinggi, sebaliknya pada musim kemarau debit air rendah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Kikuba, Sungai Kuala Kecil, Sungai Kuala Besar, Sungai Kahabi, Sungai Kinono, dan Sungai Berhawe. Beberapa sungai kecil lainnya antara lain Sungai Kaay, Sungai Kamamum, Sungai Maona, dan Sungai Apiko.

Karakteristik pantai yang terdapat di Pulau Enggano dapat dikategorikan dalam 5 (lima) tipe utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, dan pantai karang berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengan keberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove. Tipe pantai pasir berlumpur ditemukan di Kahyupu, Tanjung Harapan, dan muara Sungai Banjarsari sampai Teluk Berhau. Tipe pantai pasir berkarang terdapat di Kaana dan Meok, sedangkan tipe pantai pasir karang berlumpur ditemui di Malakoni dan Banjarsari. Pantai karang berbatu dijumpai di bagian timur Pulau Enggano. Pulau Enggano beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh laut. Curah hujan pada bulan kering masih di atas 100mm. Bulan kering biasanya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Bulan basah kadang mencapai lebih dari 400 mm per bulannya. Suhu udara rata-rata setiap harinya berkisar antara 27,8 °C dengan suhu terendah 23,2 °C dantertinggi 34 °C. Kelembaban nisbi umumnya di atas 80% dengan variasi terendah 78% dan tertinggi 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Enggano kelembaban udara relatif tinggi sepanjang tahun. Angin dominan terbagi dalam dua musim, yaitu angin musim barat (terjadi pada Bulan September sampai Januari) dan angin musim tenggara (bulan april).

Sejarah

Marco Polo diduga adalah orang pertama yang mencatat keberadaan Pulau Enggano saat melakukan perjalanan kembali ke Venesia setelah 24 tahun di Asia (Bartoli, 1864). Pada 1345 atau 53 tahun setelah Marco Polo, Ibnu Battutah juga mencatat keberadaan "Pulau Telanjang" di selatan Pulau Sumatra.[6][7][8][9] Meski demikian, tidak diketahui apakah keduanya mendarat di Pulau Enggano.

Terdapat catatan-catatan awal pendaratan pelaut-pelaut Eropa ke Pulau Enggano. Pelaut Eropa yang tercatat pertama kali mendarat di Pulau Enggano adalah pelaut Portugis di bawah pimpinan Alvaro Talesso atau Alonzo Talesso. Pada 1506, kapalnya terhempas badai sehingga mereka terdampar di Pulau Enggano.[4] Pada 5 Juni 1596, ekspedisi Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tercatat mendarat di Pulau Enggano (Maryanto et al., 2017, p. 15).[10]

Sejak 1596 hingga 1771, tidak ada orang Eropa yang hadir secara terus menerus di Pulau Enggano (Maryanto et al., 2017, p. 15). Meski Belanda pernah melakukan ekspedisi dari Batavia pada 1645, Pulau Enggano termasuk pulau yang mereka telantarkan. Pada 1684, Pulau Enggano berada di bawah kekuasaan Inggris bersamaan dengan keberhasilan mereka merebut Bengkulu dari Belanda (Maryanto et al., 2017, p. 15). Catatan pertama tentang keberadaan masyarakat adat Enggano berasal dari buku catatan pelayaran pelaut Inggris bernama Charles Miller yang berlayar dari Bengkulu ke Pulau Enggano pada 1771 (Miller, 1778).

Lingkungan Hidup

Luas lahan hutan di Enggano masih cukup lebat dan memiliki perincian sbb; 3.724,75 ha merupakan hutan desa, 24.184 hutan ulayat, hutan nibung 719 ha, hutan waru 465,25 ha, rawa 1.967,75 ha, sawah 301,75 ha, perkebunan 2.614,50 ha, perkampungan 123,25 ha, hutan bakau 1.710,50 ha, hutan keramat 394,74 ha.

Berkas:EngganoMenantang.jpg
Lingkungan hidup pulau Enggano yang masih asri dan merantau

Ekosistem Yang Unik

  • Vegetasi
Vegetasi yang tumbuh di dataran rendah Pulau Enggano diantaranya Havea suplantiolata, Diplospora singularis, Koompasia sp, Pterospermum javanicum. Selain itu ditemukan juga berbagai jenis aggrek hutan dan salak hutan. Vegetasi rawa yang banyak tumbuh adalah jenis nibung sedangkan vegetasi pantai yangada seperti Terminalia catappa dan Hibiscus tiliaceus
  • Fauna
Fauna di Pulau Enggano dibagi menjadi empat kelompok yaitu jenis hewanhutan dan gunung, hewan pulau, hewan perkebunan dan sawah dan hewan rawa. Jenis hewan hutan dan gunung diantaranya ekami (rusa), babi, biawak,ular, kadal, katak, dan 12 jenis burung seperti hahiu, kabihoa, emiko, deko,mahkowak, korea dan lain-lain. Jenis hewan pulau adalah burung kupan danular. Jenis hewan perkebunan dan sawah diantaranya kerbau, sapi, ular,beberapa jenis burung seperti panokeh, emiko, korea dan lain-lain. Jenis hewan rawa antara lain buaya, kura-kura, biawak, dan beberapa jenis burung yaituburung ubik-ubik, eyakhai, akomah, dan bakdit. Beberapa fauna air tawar yangterdapat di Pulau Enggano adalah ikan garin, mungkus, pelus, barau, bentutu,lele, mujair, tawes, ketam, udang, siput sungai, dan lain-lain.
  • Mangrove
Pulau Enggano dengan garis pantai yang panjangnya mencapai 112 km mempunyai luas hutan mangrove yang paling luas di Provinsi Bengkulu. Hutan mangrove di Pulau Enggano mempunyai ketebalan antara 50-1500m. Tanjung Kaana merupakan daerah yang mempunyai hutan mangrove paling lebat, Ketebalannya mencapai 1000m.
  • Terumbu Karang
Tanjung Kokonahdi dan Tanjung Kaana merupakan satu garis pantai bagian timur Pulau Enggano dengan pasir putih dan reef flat kurang lebih 100-200 meter dari pantai yang berarus tenang. Dasar perairan berupa batu karang yang ditutupi terumbu karang. Jenis terumbu karang yang dijumpai adalah kelompok Acropora tabulat dengan lebar mencapai 2 meter, Acropora hystrik, Pocillopora, Seryatopora hystrik, Montipora sp. Biota lain yang ditemukan adalah jenis lili laut dan soft coral. Pada kedalaman 15-20 meter ditemukan pasir denga rubble dengan sedikit jenis teripang. Di Teluk Enggano, kecerahan perairan kurang bagus pada kedalaman lebih dari 5 meter dengan dasar perairan berpasir dan bercampur lumpur. Pada kedalaman 4 meter ditemukan beberapa koloni karang hidup yang didominasi jenis coral massif:

Goniopora sp, Porites sp, Acroporadigitete. Biota lain yang ditemukan seperti kelompok soft coral sponge, kelompok Antipeae

Potensi Pariwisata

Potensi pariwisata di Pulau Enggano antara lain adalah wisata alam dan wisata berburu. Wisata berburu dapat dilakukan di Taman Buru Gunung Nanua. Wisata alam daratan lebih banyak berupa kegiatan penjelajahan hutan wisata (hutan suaka alam) yang keasliannya tetap terjaga. Beberapa objek wisata alam berupa kawasan konservasi antara lain Hutan Suaka Alam Kioyo I dan Kioyo II,Hutan Suaka Alam Teluk Klowel, Hutan Wisata Alam Tanjung Laksaha, Hutan Suaka Alam Bahuewo. Bahkan keberadaan suku-suku yang mendiami Pulau Enggano dengan kekhasan budayanya tidak menutup kemungkinan merupakan potensi wisata budaya.

Kawasan Pulau Enggano juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari seperti selancar, memancing, wisata selam, snorkeling, wisata pantai, berenang, dan wisata desa binaan. Dalam hal wisata bahari, potensi Enggano sama dengan Mentawai, Simeulue dan Nias. Lokasi wisata bahari terdapat di perairan Pulau Dua, Pulau Merbau, Kahyapu, Pantai Teluk Harapan, TelukLabuho, Teluk Berhawe, Tanjung Kioyo, Tanjung Koomang, dan pantai di Kaana.Potensi wisata bahari lainnya yang belum banyak terungkap adalah wisata sejarah di perairan Tanjung Laksaha – Teluk Berhau, tempat di mana harta karun berada.

Berikut adalah wisata di pulau Enggano

  • Wisata danau Bak Blau di Meok.
  • Wisata batu lobang di Banjarsari
  • Wisata Pulau Dua di Kahyapu
  • Pulau Merbau di Kahyapu
  • Kolam Podipo

dan pantai disepanjang pulau Enggano adalah tempat yang sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata.

Harta Karun Enggano

Lamun didekat pulau Bangkai

Harta karun Enggano terletak diwilayah perairan Tanjung Laksaha dan Teluk Berhau. Harta Karun Enggano berupa:

  • Tambang Fosfat di pinggir pantai wilayah Tanjung Laksaha-Teluk Berhau mengandung potensi fosfat yang besar.
  • Terumbu karang
  • Padang Lamun
  • Wisata sejarah berupa kapal-kapal perang Portugis dan kapal-kapal jelajah Belanda yang telah tenggelam.

Sarana dan Prasarana

Pulau Enggano saat ini sudah memiliki beberapa sarana dan prasarana yang lumayan bagus walaupun beberapa diantaranya masih dalam tahap pembangunan dan pengerjaan. Enggano memiliki 1 kantor camat yang berlokasi di desa Apoho, 2 buah puskesmas yang masih-masing terletak di Apoho dan Banjarsari, 2 buah dermaga yakni di Kahyapu dan Malakoni, 1 buah bandara di perbatasan antara Meok dan Banjarsari, 1 buah area peluncuran satelit dalam tahap awal, jalan raya beraspal sepanjang 35,5 km, jalan tanah sepanjang 18 km, 1 buah SMA di Malakoni, 2 buah SMP di Kahyapu dan Apoho, 5 buah SD inpress dan 1 buah perpustakaan di Meok.

Penduduk

Penari Enggano (foto diambil tahun 2016)

Penduduk asli Pulau Enggano adalah Suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934). Selain Suku Kauno, terdapat Suku Banten (pendatang), dan empat suku lainnya. Suku Enggano memakai Bahasa Enggano dalam percakapan sehari hari

Penduduk pulau ini rata-rata hidup dari perkebunan kakao dan merica/lada yang hasilnya dijual ke Kota Bengkulu. Perkebunan terbesar di Enggano adalah perkebunan pisang yang hasilnya dijual ke Provinsi Lampung.

Agama

Sebagian besar penduduk pulau Enggano merupakan masyarakat yang religius. Lebih dari 96 % penduduk menganut agama Islam aliran Sunni & Kristen mazhab Protestan di mana pemeluk agama Islam sedikit lebih banyak, namun perbedaan agama oleh masyarakat Enggano tidak terlalu dipermasalahkan dan mereka sampai saat hidup berdampingan dengan rukun,saling hormat-menghormati & menghargai agama lain walaupun berbeda kepercayaan,aqidah dan keyakinan.

Masih ada pula penduduk asli pulau Enggano yang beragama ameok yang merupakan sejenis kepercayaan Animisme.

Tempat ibadah yang ada dipulau Enggano yaitu :

  • Masjid, berjumlah 5 buah masjid dan 3 masjid lagi dalam proses pengerjaan.
  • Gereja Protestan, berjumlah 4 dari yayasan Methodis, Pantekosta dan GKII Bengkulu.
  • Maula, ialah tempat ibadah agama Ameok. Jumlahnya sangat banyak dan biasanya berlokasi digunung-gunung yang sepi dan berhutan lebat

Perekonomian

Areal persawahan saat ini terdapat di Desa Kaana dan Desa Banjar Sari,luasnya pun terbatas hanya 25 Ha dan hanya ada satu buah sungai (SungaiKikuba) yang telah dijadikan sumber irigasi teknis. Produksi sawah di Engganosekitar 75 ton beras per tahun. Sedangkan areal perkebunan tersebar cukup luas mulai dari Desa Kahyapu sampai dengan Desa Banjar Sari.

Perkebunan yang dikembangkan merupakan jenis perkebunan rakyat jenis cokelat, melinjo,cengkih, kelapa, buah-buahan dan kopi.

Masyarakat Pulau Enggano mengelola peternakan kerbau, sapi, kambing, ayam, dan itik dalam skala kecil. Hasilpeternakan ini biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam bidang kehutanan, Pulau Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan yang beraneka ragam dan cukup bernilai ekonomis. Beberapa produk kehutanan antara lain kayu merbau, kayu jambu, nehek, abihu, rengas, cemara laut, bakau,dan beringin. Berdasarkan potensi sumber daya alam yang ada, industri yang dapat dikembangkan adalah industri kerajinan tangan (seperti dari bahan rotan,kerang, mutiara dll), industri pengolahan cokelat, melinjo dan buah-buahan,industri pengawetan atau pengolahan ikan, industri budidaya seperti rumput laut dan anggrek hutan.

Referensi

  • (Indonesia) Gelap Pertama di Enggano. kompas daring 12-05-2008, diakses pada tanggal 18 Juni 2008
  • (Indonesia) [1]. Blog utama tentang Enggano, diakses pada 28 oktober 2012.

Catatan Kaki

  1. ^ Luas wilayah Bengkulu
  2. ^ Boewang, Djoeragan (1854). "Verslag omtrent het eiland Engano" (PDF). Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde: 379–393. 
  3. ^ Modigliani, Elio (1893). Tra la gente nuda: Viaggio al l'isola di Engano. Sordomuti. 
  4. ^ a b c Modigliani, Elio (1894). L'isola delle donne: Viaggio ad Engano. Ulrico Hoepli. 
  5. ^ Walland, J. (1864). "Het eiland Engano" (PDF). Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde: 93–124, 330–339. 
  6. ^ Monteil, Vincent (1970). "The Introduction to the Voyages of Ibn Battutah". The Islamic Review & Arab Affairs. 
  7. ^ Battuta, Ibn (1980). Travels in Asia and Africa: 1325–1354. Routledge & Kegan Paul. 
  8. ^ Mackintosh-Smith, T. (2002). Travels with a Tangerine: A Journey in the Footnotes of Ibn Battutah. Picador. 
  9. ^ Euben, Roxanne Leslie (2006). Journeys to the other shore: Muslim and Western travelers in search of knowledge. Princeton: Princeton University Press. ISBN 0-691-12721-2. OCLC 69792066. 
  10. ^ Maryanto, Ibnu, ed. (2017). Ekspedisi Pulau Enggano. Jakarta. ISBN 978-979-799-944-5. OCLC 1033541966. 

Pranala luar