Lokomotif BB200: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
NFarras (bicara | kontrib)
k fix, replaced: dipo → depo (4) using AWB
Baris 28: Baris 28:
[[Berkas:Gambar teknik BB200.jpg|jmpl|Gambar teknik BB 200|kiri]]
[[Berkas:Gambar teknik BB200.jpg|jmpl|Gambar teknik BB 200|kiri]]
[[Berkas:BB 200 07 BY Lahat 1.jpg|jmpl|BB 200 07. Lokomotif BB 200 terakhir yang masih aktif di Indonesia sebagai lok langsir di Balai Yasa Lahat|kiri]]
[[Berkas:BB 200 07 BY Lahat 1.jpg|jmpl|BB 200 07. Lokomotif BB 200 terakhir yang masih aktif di Indonesia sebagai lok langsir di Balai Yasa Lahat|kiri]]
Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh [[Djawatan Kereta Api Republik Indonesia]] dan diberi nomor seri [[BB 200]]. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit lokomotif BB 200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di dipo [[Semarang Poncol]], 4 unit di dipo Kertapati, 1 unit di dipo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB 200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB 200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.
Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh [[Djawatan Kereta Api Republik Indonesia]] dan diberi nomor seri [[BB 200]]. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit lokomotif BB 200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di depo [[Semarang Poncol]], 4 unit di depo Kertapati, 1 unit di depo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB 200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB 200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.


Secara teknis ''long hood'' (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya [[lokomotif uap]]. BB 200 pun hanya memiliki satu meja layanan [[masinis]], dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, [[CC200|CC 200]], yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB 200 ke arah ''long hood.'' Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.
Secara teknis ''long hood'' (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya [[lokomotif uap]]. BB 200 pun hanya memiliki satu meja layanan [[masinis]], dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, [[CC200|CC 200]], yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB 200 ke arah ''long hood.'' Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.
Baris 38: Baris 38:
Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB 200. Ini menyebabkan sampai dengan awal dekade 2000-an, sejumlah BB 200 masih bisa beroperasi, walaupun dinasannya tidak sebanyak dulu, namun kondisinya masih lebih baik dari adiknya, BB 201. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini mulai terlupakan dan kebanyakan rusak termakan usia dengan pasokan suku cadang yang tidak mencukupi, ditambah lagi dengan kebijakan standardisasi armada yang diterapkan oleh PT KAI menjadi Lokomotif Diesel Elektrik dengan model yang lebih seragam seperti [[CC 201]], [[CC 203]], dan [[CC 204]].
Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB 200. Ini menyebabkan sampai dengan awal dekade 2000-an, sejumlah BB 200 masih bisa beroperasi, walaupun dinasannya tidak sebanyak dulu, namun kondisinya masih lebih baik dari adiknya, BB 201. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini mulai terlupakan dan kebanyakan rusak termakan usia dengan pasokan suku cadang yang tidak mencukupi, ditambah lagi dengan kebijakan standardisasi armada yang diterapkan oleh PT KAI menjadi Lokomotif Diesel Elektrik dengan model yang lebih seragam seperti [[CC 201]], [[CC 203]], dan [[CC 204]].


Pada bulan Juni 2006, komunitas ''[[railfans|rail fans]]'' Indonesia, ''Indonesian Railways Preservation Society'' (IRPS), mengajukan proposal kepada [[PT Kereta Api]] (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 dipo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB 200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatra Selatan.
Pada bulan Juni 2006, komunitas ''[[railfans|rail fans]]'' Indonesia, ''Indonesian Railways Preservation Society'' (IRPS), mengajukan proposal kepada [[PT Kereta Api]] (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 depo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB 200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatra Selatan.


Satu-satunya BB200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB 200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di [[Balai Yasa Lahat]].
Satu-satunya BB200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB 200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di [[Balai Yasa Lahat]].
Baris 107: Baris 107:


{{Daftar lokomotif Indonesia}}
{{Daftar lokomotif Indonesia}}
{{lokomotif-stub}}


[[Kategori:Lokomotif diesel elektrik di Indonesia|BB200]]
[[Kategori:Lokomotif diesel elektrik di Indonesia|BB200]]
[[Kategori:Lokomotif Electro-Motive Diesel]]
[[Kategori:Lokomotif Electro-Motive Diesel]]


{{lokomotif-stub}}

Revisi per 9 Februari 2021 15.27

Lokomotif BB200
Lokomotif BB200
BB 200 07 di Balai Yasa Lahat
Data teknis
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenGeneral Motors
Electro-Motive Division, Amerika Serikat
ModelEMD G8U6[1]
Tanggal dibuat1957
Spesifikasi roda
Susunan roda AARA1A-A1A
Klasifikasi UIC(A1A)(A1A)
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter rodapenggerak: 1.016 mm
idle: 889 mm
Panjang13.106 mm
Lebar2.794 mm
Tinggi maksimum3.760 mm
Jarak antara alat perangkai14.006 mm
Jarak antarpivot7.620 mm
Tinggi alat perangkai760 mm
Berat
Berat kosong70 ton
Berat adhesi49,6 ton
Bahan bakar
Kapasitas bahan bakar1.900 liter
Kapasitas pelumas500 liter
Kapasitas air pendingin700 liter
Kapasitas bak pasir340 liter
Sistem mesin
Penggerak utamaEMD 8 567C
Jenis mesin2 Langkah, Blower
GeneratorGM D-15E, DC-DC
Motor traksi4 unit
Tipe: GM D-19, DC-DC
Kinerja
Kecepatan maksimum110 km/jam
Daya mesin950 hp
Daya ke generator/converter875 hp
Jari-jari lengkung terkecil58,6 m
Lain-lain
Rem lokomotifRem udara tekan, dynamic brake, rem vakum, rem parkir
Tipe kompresorGardner Denver WBO
Karier
Perusahaan pemilikPT Kereta Api Indonesia
Daerah operasiPulau Jawa dan Sumatra Selatan
Mulai dinas1957
KeadaanSebagian besar diafkirkan, sebagian kecil mangkrak, 2 unit dipreservasi, & 1 unit beroperasi sebagai lokomotif langsir Balai Yasa Lahat

Lokomotif BB 200 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia buatan pabrik General Motors Electro-Motive Division, Amerika Serikat dengan transmisi daya DC-DC yang saat ini beroperasi di Indonesia sejak tahun 1957, meskipun kini hanya untuk keperluan langsir. Lokomotif ini merupakan lokomotif diesel elektrik model kedua yang dioperasikan oleh PT KAI setelah CC 200. Lokomotif ini merupakan kakak dari lokomotif BB 201, yang juga diproduksi oleh pabrik yang sama.

Lokomotif ini memiliki daya mesin sebesar 950 HP dengan susunan gandar (A1A)(A1A), yaitu dengan dua bogie dengan 3 gandar, tetapi masing-masing hanya 2 gandar yang digerakkan oleh motor traksi. Hal ini dibuat agar tekanan tiap-tiap gandarnya rendah, dan tidak melampaui daya dukung jaringan rel kereta ketika lokomotif melewati jaringan rel tersebut.[2]

Lokomotif ini sepanjang masa kedinasannya pernah berdinas di Pulau Jawa dan Sumatera Selatan.

Sejarah

BB 200 29
BB 200 05 di Stasiun Lempuyangan
Berkas:Gambar teknik BB200.jpg
Gambar teknik BB 200
BB 200 07. Lokomotif BB 200 terakhir yang masih aktif di Indonesia sebagai lok langsir di Balai Yasa Lahat

Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia dan diberi nomor seri BB 200. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit lokomotif BB 200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di depo Semarang Poncol, 4 unit di depo Kertapati, 1 unit di depo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB 200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB 200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.

Secara teknis long hood (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya lokomotif uap. BB 200 pun hanya memiliki satu meja layanan masinis, dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, CC 200, yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB 200 ke arah long hood. Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.

Bentuk fisik lokomotif BB 200 ini sama halnya dengan lokomotif EMD G8 lainnya di seluruh dunia. Anehnya, di Amerika Serikat tidak ada lokomotif EMD G8 karena dayanya kurang besar (daya rata-rata minimum lokomotif Amerika Utara yang diproduksi oleh GM-EMD adalah 2.000 hp), sedangkan lokomotif EMD G8 hanya sebesar 875 hp, karena EMD G8 memang merupakan lokomotif ekspor. Akan tetapi, meskipun dayanya relatif kecil, lokomotif ini dapat melaju hingga 110 km/jam.

Contoh kereta api yang pernah ditarik oleh BB 200 antara lain adalah Bima, Mutiara Utara, Pandanaran, Senja Utama, dan Purbaya, serta untuk pengangkutan barang. Selain itu, kereta komuter untuk rute Jakarta-Bogor pun pernah ditarik oleh lokomotif ini seiring dengan menurunnya kondisi lokomotif listrik yang ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1968, sebuah lokomotif BB 200 pernah mengalami kecelakaan dengan KA Bumel di Ratu Jaya, Depok, kejadian ini memakan korban sebanyak 116 jiwa.

Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB 200. Ini menyebabkan sampai dengan awal dekade 2000-an, sejumlah BB 200 masih bisa beroperasi, walaupun dinasannya tidak sebanyak dulu, namun kondisinya masih lebih baik dari adiknya, BB 201. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini mulai terlupakan dan kebanyakan rusak termakan usia dengan pasokan suku cadang yang tidak mencukupi, ditambah lagi dengan kebijakan standardisasi armada yang diterapkan oleh PT KAI menjadi Lokomotif Diesel Elektrik dengan model yang lebih seragam seperti CC 201, CC 203, dan CC 204.

Pada bulan Juni 2006, komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), mengajukan proposal kepada PT Kereta Api (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 depo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB 200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatra Selatan.

Satu-satunya BB200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB 200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di Balai Yasa Lahat.

Preservasi

Data teknis

  • Dimensi Lokomotif
  1. Lebar sepur: 1.067 mm
  2. Panjang body: 13.106 mm
  3. Jarak antara alat perangkai: 14.006 mm
  4. Lebar body: 2.794 mm
  5. Tinggi maksimum: 3.760 mm
  6. Jarak gandar: 3.200 mm
  7. Jarak antar pivot: 7.620 mm
  8. Diameter roda penggerak: 1.016 mm
  9. Diameter roda idle: 889 mm
  10. Tinggi alat perangkai: 760 mm
  • Berat
  1. Berat kosong: 70 ton
  2. Berat siap: 74,8 ton
  3. Berat adhesi: 49,6 ton
  • Motor Diesel
  1. Tipe: EMD 8 567C
  2. Jenis: 2 langkah, Blower
  3. Daya Mesin: 950 hp
  4. Daya ke generator/converter: 875 hp
  • Motor Traksi/Converter
  1. Jumlah motor traksi: 4 unit
  2. Tipe motor: GM D-19, DC-DC
  3. Gear ratio: -
  4. Tipe generator: GM D-15E, DC-DC
  • Performansi
  1. Kecepatan maksimum: 110 km/jam
  2. Gaya tarik maksimum (adhesi): 10416 Kgf
  3. Kecepatan minimum kontinu: 17 km/jam
  4. Jari-jari lengkung terkecil: 58,6 m
  • Kapasitas
  1. Bahan bakar: 1900 liter
  2. Minyak pelumas: 500 liter
  3. Air pendingin: 700 liter
  4. Pasir: 340 liter
  • Lain-lain
  1. Sistem rem: Rem udara tekan, dynamic brake, rem vakum, rem parkir
  2. Tipe kompresor: Gardner Denver WBO

Lihat pula

Referensi

Pranala luar