Kota Banda Aceh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 79: Baris 79:
=== Dewan Perwakilan ===
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banda Aceh}}
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banda Aceh}}
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banda Aceh}}


=== Kecamatan ===
=== Kecamatan ===

Revisi per 20 Januari 2021 02.06

Kota Banda Aceh
كوتا بندر اچيه
Daerah tingkat II
Masjid Raya Baiturrahman
Lambang resmi Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه
Motto: 
Saboeh Pakat Tabangun Banda
Peta
Peta
Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه di Sumatra
Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه
Kota Banda Aceh
كوتا بندر اچيه
Peta
Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه di Indonesia
Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه
Kota Banda Aceh
كوتا بندر اچيه
Kota Banda Aceh
كوتا بندر اچيه (Indonesia)
Koordinat: 5°33′00″N 95°19′03″E / 5.55°N 95.3175°E / 5.55; 95.3175
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri22 April 1205; 818 tahun lalu (1205-04-22)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 9[1]
  • Kelurahan: 90[1]
Pemerintahan
 • BupatiAminullah Usman
 • Wakil BupatiZainal Arifin
Luas
 • Total61,36 km2 (2,369 sq mi)
Populasi
 • Total270.328
 • Kepadatan4.405,60/km2 (1,141,000/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 97,94%
Budha 1,13%
Kristen 0,91%
- Protestan 0,70%
- Katolik 0,21%
Hindu 0,01%[2]
 • BahasaIndonesia, Aceh
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1171
Kode area telepon+62 651
Kode Kemendagri11.71
DAURp591.711.772.000,-
Situs webbandaacehkota.go.id

Kota Banda Aceh (Aksara Jawoë : كوتا بندر اچيه) merupakan Ibu Kota Provinsi Aceh, Indonesia.[1][3] Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.[4]

Sejarah

Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh François Valentijn (1724-1726)

Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribu kota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).[5]

Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribu kota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam.[6] Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah Banda Aceh.

Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam yang beribu kota di Banda Aceh, hanya selama 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam ini meninggal dunia pada 12 Dzulhijah Tahun 936 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530 Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada Portugis.

Pada masa Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh tumbuh kembali sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang saat itu sangat tinggi permintaannya dari Eropa. Iskandar Muda menjadikan Banda Aceh sebagai taman dunia, yang dimulai dari komplek istana. Komplek istana Kesultanan Aceh juga dinamai Darud Dunya (Taman Dunia).

Pada masa agresi kedua Belanda, terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan memproklamasikan jatuhnya kesultanan Aceh dan mengubah nama Banda Aceh menjadi Kuta Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43.

Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Hindia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 2019 adalah sebesar 270.321 jiwa.[7]

Geografi

Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"–05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.

Batas Wilayah

Kota Banda Aceh berbatas dengan;

Utara Selat Malaka
Timur Kabupaten Aceh Besar
Selatan Kabupaten Aceh Besar
Barat Samudera Hindia

Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Banda Aceh, Sumatra (Bennet et al, 1981), wilayah Kota Banda Aceh umumnya tersusun oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan pematang pantai, endapan rawa, dan endapan aluvial berumur Pleistosen dan Holosen. Berdasarkan data pemboran, lapisan endapan aluvial dekat dengan pantai dapat mencapai ketebalan 206 meter di bawah permukaan tanah di daerah Cot Paya di sebelah Timur Sungai Krueng Aceh. Sementara itu, beberapa puluh kilometer ke arah hulu di daerah Lambaro, endapan aluvium mempunyai ketebalan minimum 70 meter dengan proporsi 20% pasir dan 80% lempung pasiran hingga pasir lempungan (Ploethner dan Siemon, 2006).[8]

Iklim

Seperti wilayah lain di Indonesia, Kota Banda Aceh memiliki iklim tropis yang disertai dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tahunan di wilayah kota Banda Aceh berkisar antara 1039 hingga 1907 milimeter. Rata-rata suhu udara di wilayah Banda Aceh adalah 25°–28° C. Tingkat kelembapan udara di wilayah ini berada pada angka 70% hingga 80%.[9]

Data iklim Banda Aceh, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 36
(97)
38
(100)
39
(102)
33
(91)
37
(99)
37
(99)
37
(99)
42
(108)
35
(95)
38
(100)
34
(93)
36
(97)
42
(108)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 27.8
(82)
28.8
(83.8)
31
(88)
32
(90)
30
(86)
30.3
(86.5)
30.1
(86.2)
30.9
(87.6)
30.1
(86.2)
30.5
(86.9)
28.9
(84)
27.9
(82.2)
29.86
(85.78)
Rata-rata harian °C (°F) 25.9
(78.6)
26.5
(79.7)
27.3
(81.1)
28.3
(82.9)
27.6
(81.7)
27.9
(82.2)
27.5
(81.5)
28.2
(82.8)
27.4
(81.3)
28
(82)
26.8
(80.2)
26.2
(79.2)
27.3
(81.1)
Rata-rata terendah °C (°F) 24.1
(75.4)
24.2
(75.6)
23.7
(74.7)
24.6
(76.3)
25.2
(77.4)
25.6
(78.1)
24.9
(76.8)
25.6
(78.1)
24.7
(76.5)
25.5
(77.9)
24.7
(76.5)
24.5
(76.1)
24.78
(76.62)
Rekor terendah °C (°F) 17
(63)
18
(64)
20
(68)
20
(68)
21
(70)
17
(63)
18
(64)
18
(64)
20
(68)
17
(63)
21
(70)
20
(68)
17
(63)
Presipitasi mm (inci) 164
(6.46)
115
(4.53)
129
(5.08)
119
(4.69)
130
(5.12)
81
(3.19)
76
(2.99)
95
(3.74)
116
(4.57)
176
(6.93)
252
(9.92)
243
(9.57)
1.696
(66,79)
Rata-rata hari hujan 14 9 10 10 11 7 6 8 9 16 19 18 137
% kelembapan 81 76 81 82 81 73 74 71 77 81 83 84 78.7
Rata-rata sinar matahari harian 6 7 7 7 7 8 8 8 7 5 4 5 6.6
Sumber #1: Climate-Data.org[10] & BMKG[11]
Sumber #2: Weatherbase[12] & Weather2travel[13]

Pemerintahan

Daftar Wali kota

No Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Wali Kota
1 Teuku Ali Basyah 1957 1959 1 [ket. 1]
2 Teuku Oesman Yacoub 1959 1967 2 [ket. 2]
3 T. Mohd. Syah 1967 1968 3
4 T. Ibrahim 1968 1970 4
(2) Teuku Oesman Yacoub 1970 1973
5 Drs.
Zein Hasjmy
1973 1978 5
6 Drs.
Djakfar Ahmad
1978 1983 6
7 Drs.
Baharuddin Yahya
1983 1988 7
1988 1993 8
8 Drs.
Said Hussain Al-Haj
1993 1998 9
i Drs.
Muhammad Y
1998 1998 [ket. 3]
9 Drs.
Zulkarnain
1998 2003 10
i Drs. H.
Syarifuddin Latief
2003 26 Desember 2004 [ket. 4]
[ket. 5]
i Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
8 Februari 2005 1 April 2006 [ket. 4]
i Drs.
Razali Yussuf
1 April 2006 19 Februari 2007 [ket. 4]
10 Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
19 Februari 2007 19 Februari 2012 11 Illiza Sa'aduddin Djamal
i Drs.
T. Saifuddin TA
M.Si
19 Februari 2012 4 Juli 2012 [ket. 4] -
(10) Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
4 Juli 2012 8 Februari 2014 12 [ket. 6] Illiza Sa'aduddin Djamal
i Hj.
Illiza Sa'aduddin Djamal
S.E.
17 Februari 2014 16 Juni 2014 [ket. 7]
11 16 Juni 2014 7 Juli 2017 Zainal Arifin
12 H.
Aminullah Usman
S.E., Ak., M.M.
7 Juli 2017 7 Juli 2022 13 Zainal Arifin
i H.
Bakri Siddiq
S.E., M.Si.
7 Juli 2022 7 Juli 2023 [ket. 4]
i Amiruddin
S.E., M.Si.
7 Juli 2023 14 Juli 2023 [ket. 8]
14 Juli 2023 Petahana [ket. 4]
[14]
Keterangan
  1. ^ Bernama Wali Kota Kuta Raja
  2. ^ Pada 1962, berubah nama menjadi Wali Kota Banda Aceh
  3. ^ Pelaksana Tugas Walikotamadya
  4. ^ a b c d e f Penjabat Wali kota
  5. ^ Meninggal dunia akibat Tsunami Aceh
  6. ^ Meninggal dunia sebelum akhir masa jabatan
  7. ^ Pelaksana Tugas Wali Kota
  8. ^ Pelaksana Harian Wali Kota

Dewan Perwakilan

DPRK Banda Aceh memiliki 30 orang anggota yang dipilih secara langsung dalam pemilihan umum legislatif lima tahun sekali. Anggota DPRK Banda Aceh yang saat ini menjabat adalah hasil Pemilu 2019 yang menjabat untuk periode 2019-2024 sejak 11 September 2019.[15] DPRK Banda Aceh dipimpin oleh satu ketua dan dua wakil ketua yang berasal dari partai politik pemilik kursi dan suara terbanyak. Pimpinan DPRK Banda Aceh periode 2019-2024 dijabat oleh Farid Nyak Umar dari Partai Keadilan Sejahtera sebagai Ketua, Usman dari Partai Amanat Nasional sebagai Wakil Ketua I, dan Isnaini Husda dari Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua II.[16] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRK Kota Banda Aceh dalam dua periode terakhir.[17][18]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
Gerindra 2 Kenaikan 4
Golkar 3 Steady 3
NasDem 4 Penurunan 3
PKS 4 Kenaikan 5
PPP 3 Penurunan 2
PAN 3 Kenaikan 5
Demokrat 5 Steady 5
Partai Aceh 4 Penurunan 2
PDA 1 Penurunan 0
PNA 0 Kenaikan 1
PKPI 1 Penurunan 0
Jumlah Anggota 30 Steady 30
Jumlah Partai 10 Penurunan 9


Kecamatan

Pembagian Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh memiliki 9 kecamatan dan 90 gampong dengan kode pos 23111-23244 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 224.209 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 115.296 pria dan 108.913 wanita (rasio 105,86). Dengan luas daerah 617 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 36.425 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 238.814 jiwa dengan luas wilayahnya 61,36 km² dan sebaran penduduk 3.892 jiwa/km².[1][3]

Daftar kecamatan dan gampong di Kota Banda Aceh, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Gampong
Daftar Gampong
11.71.01 Baiturrahman 10
11.71.07 Banda Raya 10
11.71.08 Jaya Baru 9
11.71.02 Kuta Alam 11
11.71.06 Kuta Raja 6
11.71.05 Lueng Bata 9
11.71.03 Meuraxa 16
11.71.04 Syiah Kuala 10
11.71.09 Ulee Kareng 9
TOTAL 90

Ekonomi

Media Massa

Radio

Kota Banda Aceh juga memiliki beberapa terdiri dari 25-stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Nama Frekuensi
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-1) FM 97.7
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-2) FM 92.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-3) FM 88.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-4) FM 87.8
Binkara FM FM 89.4
Pop FM FM 89.6
Serambi FM FM 90.2
Seulaweut FM FM 91.0
Hot FM FM 93.2
Three FM FM 94.5
Meugah FM FM 95.3
A-Radio FM FM 96.1
Radio MNC Trijaya Banda Aceh (MNC Trijaya FM) FM 96.9
Baiturrahman FM FM 98.5
Toss FM FM 99.3
P-Radio FM FM 100.3
Radio Elshinta FM Banda Aceh (Elshinta Radio) FM 100.9
Kontiki FM FM 101.2
Antero FM FM 102.0
OZ Radio FM FM 102.8
Djati FM FM 103.6
Flamboyant FM FM 105.2
Nikoya FM FM 106.0
Radio Rumoh PMI FM FM 107.0
Radio Rodja FM FM 107.7

Televisi

Di Banda Aceh terdapat beberapa stasiun televisi (siaran nasional & siaran lokal), seperti Analog dan Digital

Analog (PAL)

Kanal Signal Frekuensi Nama Jaringan Nama Perusahaan Pemilik Status Negara
22 479.250 MHz UHF ANTV PT Cakrawala Andalas Televisi Visi Media Asia Nasional  Indonesia
24 495.250 MHz UHF Kompas TV PT Gramedia Media Nusantara Kompas Gramedia Nasional  Indonesia
26 511.250 MHz UHF GTV PT Global Informasi Bermutu Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
28 527.250 MHz UHF RCTI PT Rajawali Citra Televisi Indonesia Nasional  Indonesia
30 543.250 MHz UHF Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia Trans Media Nasional  Indonesia
32 559.250 MHz UHF Metro TV PT Media Televisi Indonesia Media Group Nasional  Indonesia
34 575.250 MHz UHF MNCTV PT Media Nusantara Citra Televisi Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
36 591.250 MHz UHF TVRI Nasional TVRI Lembaga Penyiaran Publik TVRI Pemerintah Indonesia Nasional  Indonesia
38 607.250 MHz UHF Indosiar PT Indosiar Visual Mandiri Surya Citra Media Nasional  Indonesia
40 623.250 MHz UHF iNews PT Sun Televisi Network Media Nusantara Citra Nasional  Indonesia
42 639.250 MHz UHF Trans7 PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh Trans Media Nasional  Indonesia
44 655.250 MHz UHF tvOne PT Lativi Media Karya Visi Media Asia Nasional  Indonesia
46 671.250 MHz UHF SCTV PT Surya Citra Televisi Surya Citra Media Nasional  Indonesia
48 687.250 MHz UHF Aceh TV Indonesia Network PT Aceh Media Televisi Kelompok Media Bali Post Lokal  Indonesia
50 703.250MHz UHF RTV PT Televisi Metropolitan Rawawali Corpora Nasional  Indonesia
52 719.250 MHz UHF BeritaSatu PT First Media News BeritaSatu Media Holdings Nasional  Indonesia
60 783.250 MHz UHF NET. PT Net Mediatama Televisi Net Visi Media Nasional  Indonesia
62 799.250 MHz UHF O Channel PT Omni Intivision Surya Citra Media Nasional  Indonesia
64 801.250 MHz UHF INTV PT Banten Media Global Televisi Netwave Group Nasional Indonesia

Digital (DVB-T2/MPEG-4)

Kanal Signal Frekuensi Slot Pemilik Negara
27 522.05 MHz UHF TVRI Nasional (27.1)
TVRI Aceh (27.2)
TVRI Kanal 3 (27.3)
TVRI Sport HD (27.4)
Pemerintah Indonesia  Indonesia
35 586.05 MHz MetroTV (35.1)
Magna Channel (35.2)
BNTV (35.3)
Media Group
39 618.05 MHz Trans TV HD (39.1)
Trans7 HD (39.2)
CNN Indonesia (39.3)
CNBC Indonesia (39.4)
Trans Media
43 650.05 MHz SCTV (43.1)
Indosiar (43.2)
O Channel (43.3)
Surya Citra Media

Pariwisata

Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dari Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda dan berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat di berbagai sudut kota Islam tertua di Asia Tenggara ini.

Galeri

Kota kembar

  1. Indonesia Martapura, Indonesia
  2. Uzbekistan Samarkand, Uzbekistan[19]
  3. Belanda Apeldoorn, Belanda[20][21]
  4. Yaman Sana'a, Yaman

Referensi

  1. ^ a b c d "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Désémber 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Permendagri-137-2017" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b "Kota Banda Aceh Dalam Angka 2020" (pdf). www.bandaacehkota.bps.go.id. Diakses tanggal 20 November 2020. 
  3. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  4. ^ "Mengenang Tuan Di Kandang, Penggagas Lahirnya Banda Aceh". kumparan. Diakses tanggal 2020-06-04. 
  5. ^ SEJARAH KOTAMADYA BANDA ACEH
  6. ^ Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo a, 2006:72-73
  7. ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh". aceh.bps.go.id. Diakses tanggal 2020-06-04. 
  8. ^ Kerentanan Likuifaksi Wilayah Kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus
  9. ^ http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_390a7bfcc5_BAB%20IV4.%20BAB%20IV-DOK.pdf
  10. ^ "Banda Aceh, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 19 Agustus 2020. 
  11. ^ "Buku PMK 2022 – Curah Hujan Kota Banda Aceh Zona Musim 01 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 63. Diakses tanggal 19 Mei 2022. 
  12. ^ "BANDA ACEH, INDONESIA". Weatherbase. Diakses tanggal 19 Agustus 2020. 
  13. ^ "Banda Aceh climate guide". Weather2travel. Diakses tanggal 19 Agustus 2020. 
  14. ^ "Sah, Amiruddin Pj Wali Kota Banda Aceh". Pemerintah Kota Banda Aceh. 15 Juli 2023. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  15. ^ Junaidi, Hafid (11-09-2019). "Sah, 30 Anggota DPRK Banda Aceh 2019-2024 Dilantik". Laman Resmi Pemko Banda Aceh. Diakses tanggal 18-07-2020. 
  16. ^ "Pimpinan DPRK Banda Aceh Resmi Dilantik". Laman Resmi DPRK Banda Aceh. 08-10-2019. Diakses tanggal 17-07-2020. 
  17. ^ Perolehan Kursi DPRK Banda Aceh 2014-2019
  18. ^ Perolehan Kursi DPRK Banda Aceh 2019-2024
  19. ^ "Banda Aceh - Samarkand". 
  20. ^ "Dutch - Indonesian sister cities". 
  21. ^ "Sister Cities". 

Pranala luar

Lihat Juga